Soal Aksi Spanduk Tolak G20, Excel: Kami Cuma Sampaikan Narasi Kritis

KTT G20

Soal Aksi Spanduk Tolak G20, Excel: Kami Cuma Sampaikan Narasi Kritis

I Wayan Sui Suadnyana - detikBali
Selasa, 15 Nov 2022 23:59 WIB
Penanggung Jawab aksi pembentangan spanduk penolakan KTT G20, Excel Bagaskhara saat ditemui wartawan di Kantor Satpol PP Provinsi Bali, Selasa (15/11/2022).
Penanggung Jawab aksi pembentangan spanduk penolakan KTT G20, Excel Bagaskhara saat ditemui wartawan di Kantor Satpol PP Provinsi Bali, Selasa (15/11/2022).(Foto: I Wayan Sui Suadnyana)
Jakarta -

Mahasiswa yang memasang spanduk penolakan Konferensi Tingkat Tinggi The Groups of Twenty (KTT G20) hingga berujung diamankan di Kantor Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Provinsi Bali buka suara. Mereka mengaku melakukan aksi tersebut sebagai bagian dari penyampaian narasi kritis.

"Sebenarnya tadi itu hanya menyampaikan narasi kritis," kata penanggung jawab aksi, Excel Bagaskhara saat ditemui wartawan di Kantor Satpol PP Provinsi Bali, Selasa (15/11/2022).

Menurut Excel, dalam aksi itu pihaknya membawa pamflet yang salah satunya berisi tulisan bahwa G20 membuat ribet masyarakat Bali. Selain itu, di salah satu banner juga tertulis bahwa 'pembahasan G20 tidak akan menyelesaikan masalah Indonesia secara keseluruhan' dalam bahasa Bali.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"(Aksi yang dilakukan) hanya penyampaian narasi kritis," tegas Excel yang mengaku berstatus sebagai mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana (FMIPA Unud) itu.

Excel menjelaskan, pihaknya melakukan aksi di perempatan depan kampus Unud di Jalan Panglima Besar (PB) Jenderal Sudirman, Kota Denpasar, Bali. Lokasi aksi lebih tepatnya di sebelah utara Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unud.

Pihaknya melakukan aksi bersama tujuh orang dengan membentangkan sebanyak tiga spanduk penolakan KTT G20. Dari tujuh orang tersebut, enam peserta di antaranya berstatus mahasiswa. Satu orang lagi berstatus sebagai pekerja.

"Sebagian memang bukan mahasiswa. Tapi mayoritas dari kami itu mahasiswa. Cuma satu orang saja yang bukan mahasiswa. (Sisanya) mahasiswa Unud," kata dia.

Pihaknya melakukan aksi dengan mengatasnamakan dari Indonesia People's Assembly. Aksi pembentangan spanduk penolakan KTT G20 itu dilakukan sebagai respon atas pembubaran diskusi yang dilakukan oleh aparat sehari sebelumnya di Gedung Student Center (SC) Unud.

Selengkapnya baca di halaman berikutnya:

"Aksi itu sebenarnya dilakukan sebagai respon atas pembubaran diskusi kami kemarin. Tujuannya sederhana sebenarnya. Kami diskusi di kampus dilarang ya sudah kami menyampaikan aksi diam. Damai dan memang tidak ada intensi lain. Damai aksi diam, lebarin spanduk," ungkapnya.

Excel menuturkan, pihaknya sebenarnya hanya melakukan aksi di pinggir jalan. Ia mengklaim aksi itu tidak sampai memblokade jalan hingga menimbulkan kemacetan. Bahkan ia menyebut aksi itu tidak mengganggu keberadaan trotoar.

Namun, aksi yang baru berjalan kurang lebih selama tujuh menit langsung dibredel oleh orang berpakaian biasa. Spanduk yang dipasang langsung dicabut dan peserta aksi dibawa ke Pertokoan Sudirman. Sampai di sana, beberapa orang dipisah lagi dan dibawa ke dalam kampus.

"Belakangan kawan-kawan yang terpisah itu dibawa ke kampus juga. Jadi kami tidak melakukan apapun yang mengganggu keributan atau mengganggu ketertiban umum dan itu langsung dibredel tiba-tiba. Dan itu orang-orang yang tidak berseragam," kisahnya.

Setelah diamankan, para peserta aksi itu yang terdiri atas dua orang perempuan dan lima orang laki-laki itu kemudian dibawa ke Kantor Satpol PP Provinsi Bali. Sejumlah aparat melakukan interogasi terhadap mereka. Namun mereka akhirnya mendapatkan pendampingan dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bali.

"Tadi sebelum ada pendampingan hukum kami sempat disuruh untuk menandatangani materai namun kami menolak. Karena kami menyatakan, kami tidak mau melakukan apapun yang berkonsekuensi hukum tanpa ada pendampingan hukum," terang Excel.

"Tapi tadi sempat berkelit katanya ini adalah metode non yustisia jadi tidak perlu pendampingan hukum. Bahkan tadi sempat ada pernyataan tidak perlu lah ada pendampingan hukum biar lancar. Jadi terkesan bahwa kami tidak udah walaupun tidak melarang," tambahnya.

Selengkapnya baca di halaman berikutnya:

Excel mengaku tidak mendapatkan kekerasan secara fisik atau verbal meski sempat diamankan oleh aparat. Meski begitu, ia mengakui bahwa para peserta aksi ini sempat mendapatkan tensi suara yang cukup tinggi dari petugas.

"Tapi memang sempat kalau bahasanya itu dengan tensi suara yang agak keras. Tapi aku juga tidak mau mengatakan bahwa itu kekerasan. Maksudnya bahasanya butuh pembinaan dan itu sebelum ada pendampingan hukum dan sebelum ada wartawan yang masuk tadi di situ," kata dia.

Ada beberapa hal yang disampaikan oleh pihak aparat kepada para mahasiswa tersebut. Berbagai hal yang disampaikan pada intinya normatif sama seperti yang disampaikan pemerintah tentang perhelatan G20.

"Dan eksplisit disampaikan bahwa pendapat kalian itu tidak salah. Yang salah karena kalian menyatakan sikap itu ketika G20. Aku menafsirkan bahwa apa yang kami lakukan mengancam apa yang akan terjadi dalam perhelatan G20. Seolah-olah itu adalah sebuah ancaman," tutur Excel.

Halaman 2 dari 3


Simak Video "Video: Catatan Pengamat soal Program KKN Perguruan Tinggi Saat Ini"
[Gambas:Video 20detik]
(dpra/hsa)

Hide Ads