Sebanyak 63 orang mahasiswa jurusan Hubungan Internasional (HI) dari berbagai universitas di Pulau Jawa diperiksa petugas di Pelabuhan Gilimanuk. Mereka datang ke Pulau Bali untuk menghadiri Pertemuan Nasional Mahasiswa HI se-Indonesia (PNMHII) XXXIV di Universitas Udayana, Bali.
Sebelumnya, ketika menyeberang dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, para mahasiswa itu dicurigai hendak menggelar aksi demonstrasi terkait Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang sedang berlangsung di Bali. Mereka juga dikira sebagai bagian dari agenda 'Musyawarah Rakyat Indonesia Menyikapi G20' atau 'G20 Tandingan' yang digelar di Kampus Universitas Udayana, Denpasar.
"Terkait adanya isu kami akan turun ke jalan itu tidak benar. Kami memang murni berkegiatan diskusi ilmiah. Kami bukan pergerakan, kami memang murni diskusi, dan tidak pernah kami berkegiatan turun ke jalan bawa bendera dan sorak-sorak," kata Ketua Pelaksana PNMHII XXXIV, I Gusti Agung Yudhiswara Anandya Kumara saat ditemui, Senin (14/11/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anandya menjelaskan, puluhan mahasiswa HI itu awalnya ditahan di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. Ia bersama sejumlah panitia pun harus jauh-jauh dari Denpasar menyeberang ke Pelabuhan Ketapang untuk menjelaskan maksud para mahasiswa HI.
Kegiatan PNMHII, kata dia, berbeda dengan agenda G20 Tandingan yang digelar komponen Bali Tidak Diam maupun Indonesia People's Assembly. Anandya menegaskan, pihaknya bersama mahasiswa HI se-Indonesia mendukung penuh terlaksananya KTT G20.
"Kami beserta panitia lainnya menjemput rombongan dari Pulau Jawa di Pelabuhan Ketapang karena sempat ditahan, selanjutnya kami memberikan pemahaman mengenai kegiatan yang dilaksanakan di Bali ini, dan memang tidak adanya unsur lain untuk mempengaruhi kegiatan G20," kata Anandya.
Terkait pemilihan tanggal kegiatan yang bersamaan dengan KTT G20, Anandya menyebut hal itu sesuai keputusan rapat sebelumnya.
"Kalau di level pemerintah saja bisa membahas isu nasional, mahasiswa tidak boleh kalah. Kita sebagai penerus bangsa ini marilah kumpul di momen G20. Tapi kami tidak ada niatan untuk mengacaukan momen G20," paparnya.
Pantauan detikBali, puluhan mahasiswa itu diminta untuk menunjukkan dokumen kelengkapan diri seperti KTP dan bukti vaksinasi COVID-19. Perlakuan yang sama sebenarnya juga diterapkan kepada masyarakat umum selama pelaksanaan KTT G20.
Setelah diperiksa petugas, seluruh mahasiswa tersebut akhirnya diizinkan berangkat menggunakan 3 bis menuju hotel tempat kegiatan berlangsung, yakni di daerah Denpasar. Kegiatan tersebut berlangsung pada 14-18 November 2022.
"Sesuai arahan dari rektorat, Polda Bali, dan pemerintah, seluruhnya kami ada di depan laptop di kamar masing-masing melalui Zoom Meeting. Sehingga untuk giat turun ke lapangan memang tidak ada," ungkapnya.
Selain kegiatan melalui Zoom Meeting yang dilakukan di Hotel Neo dan Hotel Aston, pada hari terakhir akan dilanjutkan dengan closing ceremony. Acara penutup itu akan digelar di Gedung Widya Sabha Kampus Unud Jimbaran.
"Kegiatan hari terahir itu sudah di luar masa kegiatan G20. Jadi tidak akan menggangu terlaksananya KTT G20," tandasnya.
Sementara itu, Kapolres Jembrana, AKBP I Dewa Gde Juliana menjelaskan penjagaan pintu masuk di Pelabuhan Gilimanuk saat ini mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan selama helatan KTT G20. Seluruh warga masuk Pulau Bali diperiksa ketat demi kelancaran KTT G20.
"Semua kita periksa sesuai ketentuan. Baik itu rombongan maupun pejalan kaki. Jadi tadi kita bantu melakukan pendataan dan pemeriksaan. Salah satunya ada rombongan mahasiswa yang akan melaksanakan kegiatan di Denpasar," tandas Kapolres Dewa Juliana.
(iws/dpra)