Mahasiswa Gelar Konferensi 'G20 Tandingan' di Kampus Unud Denpasar

Mahasiswa Gelar Konferensi 'G20 Tandingan' di Kampus Unud Denpasar

I Wayan Sui Suadnyana - detikBali
Senin, 14 Nov 2022 13:10 WIB
Penanggung Jawab Musyawarah Rakyat Indonesia Menyikapi G20 di Kampus Universitas Udayana (Unud), Excel saat ditemui wartawan, Senin (14/11/2022).
Foto: Penanggung Jawab 'Musyawarah Rakyat Indonesia Menyikapi G20' di Kampus Universitas Udayana (Unud), Excel saat ditemui wartawan, Senin (14/11/2022). (I Wayan Sui Suadnyana/detikBali)
Denpasar - Sejumlah komponen menggelar 'Musyawarah Rakyat Indonesia Menyikapi G20' di Kampus Universitas Udayana (Unud), Kota Denpasar, Bali. Musyawarah yang digelar oleh komponen Bali Tidak Diam yang tergabung dalam Indonesia People's Assembly itu digelar di Gedung Student Center (SC) Unud. Mahasiswa menyebut acara ini sebagai agenda 'G20 Tandingan.'

Musyawarah awalnya akan digelar di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kampus Unud Denpasar. Karena pintu kampus tertutup, musyawarah akhirnya digeser ke Gedung Student Center (SC) Unud yang tak jauh dari lokasi awal.

"Jadi pada intinya kegiatan hari ini sebenarnya adalah konferensi tandingan atau konferensi ilmiah yang berbicara masalah rakyat dari sudut pandang rakyat. Jika di Nusa Dua elit pemerintahan pejabat dunia berbicara masalah rakyat, kami di sini ingin berbicara masalah rakyat dari sudut pandang rakyat," kata penanggung jawab kegiatan, Excel kepada wartawan, Senin (14/11/2022).

Menurut Excel, musyawarah yang digelar melibatkan beberapa sektor, baik dari buruh, petani, buruh migran dan juga mahasiswa. Peserta selain mahasiswa hadir secara daring. Mereka yakni buruh migran dari Hongkong dan buruh Jakarta terlibat via hybrid.

"Kalau di sini itu memang sektor mahasiswa yang ingin melahirkan manifesto bersama tentang masalah kami sendiri. Di situ intinya. Inti dari acara ini. Itulah sebabnya temanya adalah musyawarah rakyat Indonesia menyikapi G20. Eksplisit memang, kami mengkritisi G20," jelas Excel.

Excel pun mengkritisi moda pembangunan atau resep yang ditawarkan dalam forum G20. Menurutnya, moda pembangunan yang ditawarkan dalam G20 selalu menggilas rakyat miskin. Salah satu yang disoroti olehnya yakni pembangunan infrastruktur kesehatan di kawasan Sanur yang dinilai sangat dilaksanakan.

"Di Bali itu dibentuk kawasan ekonomi khusus medis terbesar di Asia Tenggara walaupun itu mem-PHK 300 lebih buruh yang di Sanur. Karena itu megaproyek yang terhubung untuk menyambut G20," kata dia.

Selain itu, ada pula rencana pembangunan Terminal Liquefied Natural Gas (LNG) di kawasan hutan bakau (mangrove) Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai yang ditolak oleh pihak desa adat. Menurutnya, itu adalah program transisi energi yang dipromosikan di dalam G20.

"Artinya apa, setiap keputusan atau resep itu pada akhirnya selalu mengorbankan Masyarakat. Makanya kami ingin membuat narasi tandingan kami bisa membahas masalah kami sendiri. Kami punya cara kami sendiri, bukan dengan model pembangunan ala pemerintah yang pada akhirnya resep yang ditawarkan selalu mengorbankan Masyarakat miskin," ungkapnya.

Excel mengungkapkan, pihaknya akan melahirkan manifesto atau pernyataan terbuka atau pandangan yang dilahirkan dalam musyawarah tersebut.

"Kami pasti akan menerbitkan manifestonya karena.memang rencana sebenarnya diskusi ini akan melahirkan manifesto pernyataan sikap bersama dari hasil penyimpulan di semua sektor," paparnya.


(hsa/dpra)

Hide Ads