Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) menjadikan Bali sebagai daerah prioritas untuk pengelolaan sampah terpadu. Pulau Dewata dipilih lantaran menjadi destinasi pariwisata dunia.
"Bali sebagai prioritas untuk percepatan pengelolaan sampah tersebut karena Bali memiliki nilai strategis dan sebagai provinsi pariwisata," kata Asisten Deputi Pengelolaan Sampah dan Limbah Kemenko Marves Rofi Alhanif saat konferensi pers di kawasan Jimbaran, Badung, Kamis (3/11/2022).
Sebelumnya, pemerintah pusat membangun tiga tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) berteknologi refused derived fuel (RDF) di Kota Denpasar, Bali. Tiga TPST itu ialah TPST Kesiman Kertalangu, Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai, dan Padangsambian Kaja.
TPST Kesiman Kertalangu itu ditargetkan bisa beroperasi pada pekan ini. Pengoperasian TPST itu dilakukan sebelum pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) The Groups of Twenty (G20) pada 15-16 November 2022.
Bali, Rofi melanjutkan, juga menjadi salah satu percontohan sebagai provinsi yang menerapkan net zero emission pada 2040. Salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca ialah sampah. Walhasil, perlu ada pengolahan sampah yang lebih baik.
Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan mengeluarkan metana yang mencemari ozon. "Jadi itu salah satu kenapa pengelolaan sampah erat kaitannya dengan mitigasi perubahan iklim," kata Rofi.
Faktanya, menurut Rofi, Bali punya permasalahan dalam pengelolaan sampah. Misalkan, di Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan. Momentum G20 ini, ingin digunakan oleh Kemenko Marves untuk memperbaiki pengelolaan sampah di Badung dan Denpasar dengan TPST.
Simak Video "Mengenal Mobula 8, Kapal Pengendali Sampah dari Prancis"
[Gambas:Video 20detik]
(gsp/gsp)
