TPA Suwung Akan Ditutup, Badung Maksimalkan 2 TPST Pengganti

TPA Suwung Akan Ditutup, Badung Maksimalkan 2 TPST Pengganti

Triwidiyanti - detikBali
Rabu, 02 Nov 2022 22:23 WIB
Kondisi TPA Suwung, Denpasar, Bali, Rabu (2/11/2022).
Kondisi TPA Suwung, Denpasar, Bali, Rabu (2/11/2022). Foto: Triwidiyanti/detikBali
Badung -

Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Badung, Bali, tengah melakukan berbagai persiapan menjelang penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung Denpasar pada Januari 2023. DLHK Badung telah menyiapkan tempat pembuangan akhir dengan memaksimalkan keberadaan dua Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST).

Saat ini Pemerintah Kabupaten Badung sudah memiliki dua TPST yang bekerja sama dengan pihak swasta. Dua TPST tersebut adalah Samtaku (Sampah Tanggung Jawabku) dan TPST di Mengwi. Di mana TPST Samtaku memiliki daya tampung 100 ton, sedangkan TPST Mengwi 300 ton.

"Itu kalau Mengwi tanahnya milik pemkab, jadi sistemnya sewa. Kalau Samtaku murni swasta, jadi kami bayar Rp 100 ribu/ton," ucap Kepala Bidang Pengelolaan Kebersihan dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (PKLB3) Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Badung AA Gede Agung Dalem kepada detikBali, Rabu (2/11/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jumlah timbulan sampah yang dihasilkan Badung menurut data DLHK mencapai 400-500 ton. "Jadi kalau TPST Samtaku dan Mengwi itu digabung kan 400 ton, sebenarnya untuk Badung sudah aman," katanya.

Meski demikian, menurutnya untuk menangani sampah sangatlah sulit. Ia mengaku sudah melakukan uji coba selama satu tahun, namun hingga saat ini penanganan sampah di Badung masih belum tertangani secara maksimal.

ADVERTISEMENT

"Sebenarnya kalau dibilang siap ya tidak siap, tapi ketika itu merupakan kebijakan pimpinan, kami sebagai tim teknis berusaha memaksimalkan, nanti kalau ada masalah ya kami laporkan, karena untuk mengatasi residu sampah itu sulit diselesaikan," ucap AA Gede Agung Dalem.

"Mengolah sampah itu berbeda dengan material lain. Jadi misalnya alat-alat bisa dicocokkan ke alat berat itu sendiri, tapi kalau sampah harus dipilah yang mana mau dipilah," terangnya.

Selain itu, lanjut Agung Dalem, material yang dipakai pihaknya cenderung alatnya cepat rusak. "Pengoperasian juga sulit, jadi orang mengolah material itu kan lain, apalagi ini banyak jenisnya sehingga sulit," tandasnya.

Dari hasil pengamatan, ada sekitar 17 komposisi jenis sampah. Seperti jenis sampah minyak, mulai dari minyak rambut hingga minyak goreng, dan aneka minyak lainnya, yang dapat mengakibatkan kerusakan pada alat.

"Selain itu pada saat proses pemilahan, intinya residu itu sulit diselesaikan," pungkas dia.




(irb/hsa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads