BPOM Belum Pastikan 5 Obat Sirup Mengandung EG Picu Gagal Ginjal Anak

BPOM Belum Pastikan 5 Obat Sirup Mengandung EG Picu Gagal Ginjal Anak

Tim detikHealth - detikBali
Jumat, 21 Okt 2022 12:36 WIB
Berisiko Picu Kanker, 67 Batch Obat Asam Lambung Ranitidin Ditarik BPOM. Kepala BPOM Penny K Lukito
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) Penny K Lukito. Foto: Rifkianto Nugroho/detikHealth
Denpasar -

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI mengumumkan sebanyak 5 produk terindikasi mengandung etilen glikol (EG) di atas ambang normal yang diyakini sebagai pemicu gangguan gagal ginjal pada anak. Namun, BPOM RI belum bisa memastikan keterkaitan antara etilen glikol dan gangguan ginjal akut misterius.

"Hasil uji cemaran EG tersebut belum dapat mendukung kesimpulan bahwa penggunaan sirup obat tersebut memiliki keterkaitan dengan kejadian gagal ginjal akut, karena selain penggunaan obat, masih ada beberapa faktor risiko penyebab kejadian gagal ginjal akut," katanya, dalam keterangan tertulis, Jumat (21/10/2022) seperti dikutip dari detikHealth.

"Seperti infeksi virus, bakteri Leptospira, dan multisystem inflammatory syndrome in children (MIS-C) atau sindrom peradangan multisistem pasca COVID-19," lanjut dia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BPOM RI tengah melakukan penyelidikan secara intensif dengan berbagai pakar kefarmasian, Kementerian Kesehatan hingga Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

"Masih terus menelusuri dan meneliti secara komprehensif berbagai kemungkinan faktor risiko penyebab terjadinya gagal ginjal akut," terang BPOM RI.

Seperti diberitakan sebelumnya, BPOM RI melakukan uji sampling pada 39 batch (bets) dari 26 sirup yang diduga mengandung cemaran etilen glikol dan dietilen glikol. Lima produk obat sirup ditemukan tercemar etilen glikol, yakni:

  • Termorex Sirup (obat demam), produksi PT Konimex dengan nomor izin edar DBL7813003537A1, kemasan dus, botol plastik @60 ml.
  • Flurin DMP Sirup (obat batuk dan flu), produksi PT Yarindo Farmatama dengan nomor izin edar DTL0332708637A1, kemasan dus, botol plastik @60 ml.
  • Unibebi Cough Sirup (obat batuk dan flu), produksi Universal Pharmaceutical Industries dengan nomor izin edar DTL7226303037A1, kemasan Dus, Botol Plastik @ 60 ml.
  • Unibebi Demam Sirup (obat demam), produksi Universal Pharmaceutical Industries dengan nomor izin edar DBL8726301237A1, kemasan Dus, Botol @ 60 ml.
  • Unibebi Demam Drops (obat demam), produksi Universal Pharmaceutical Industries dengan nomor izin edar DBL1926303336A1, kemasan Dus, Botol @ 15 ml.

Dokter Anak di Bali Pusing Peredaran Obat Sirup Disetop

Dokter anak di Bali kini mengaku pusing dengan tidak adanya obat sirup. Mereka berharap pihak pemangku kebijakan segera menyelesaikan investigasi terhadap obat sirup yang dilarang beredar.

"Saya berharap secepat mungkin (ada kejelasan). Dokter anak pusing semua nggak ada obat sirup," kata Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang Bali dr. I Gusti Ngurah Sanjaya Putra, Sp.A di kepada wartawan di kantornya, Kamis (20/10/2022).

dr Sanjaya mengungkapkan, obat-obatan berupa sirup kini sedang ditarik sementara sampai ada hasil investigasi. Investigasi dilakukan oleh Kemenkes bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), pusat laboratorium forensik, farmakologi dan organisasi profesi.

"Sementara sebelum ada hasil investigasi, tentunya kita tidak mau mengambil risiko yang lebih, itu mungkin keputusan dari surat edaran itu mengharapkan obat-obatan sirup ini sementara kita tarik, sementara tidak dipakai dulu," jelasnya.

Karena itu, dr Sanjaya kini mengaku tidak lagi menggunakan obat sirup dalam melakukan perawatan kepada anak. Bahkan sejak dirinya praktek dari kemarin sudah tidak memberikan obat sirup untuk anak. Sesuai imbauan dari IDAI pusat, pihaknya kini mengganti obat sirup anak diganti ke puyer.

"Sementara kita pakai puyer, rekomendasi dari IDAI juga kalau sirup sementara ini sampai nunggu investigasi ya puyer atau kalau obat panas bisa suppositoria," jelas dr Sanjaya.

Selama ini, menurut dr Sanjaya, penggunaan obat sirup memang kerap dipakai untuk pengobatan anak. Bahkan rata-rata satu pasien bisa mendapat dua sampai tiga sirup.

Karena itu, pihaknya di kalangan dokter anak cukup kini kerepotan karena tidak ada obat sirup yang bisa diberikan kepada pasien. Meski begitu, pihaknya mencoba berbesar hati karena jika obat sirup tetap diberikan bisa berdampak fatal terhadap anak.

"Sangat merepotkan (tidak ada obat sirup), tapi kita berbesar hati, kita lebih merepotkan lagi, lebih kita kasihan lagi masyarakat meninggal yang nggak karuan. Kita lah sekarang berdoa biar cepat tim investigasi ini membawa hasil itu yang kita harapkan bersama," kata dia.

Karena itu, dirinya berharap agar obat sirup ini tidak disetop dalam kurun waktu yang lama. Ia meminta investigasi yang dilakukan segera bisa memberikan hasil yang cepat sehingga masyarakat juga akan bisa memakai atau dapat obat sirup kembali.

"Itu yang kita harapkan dari masyarakat semua saya juga berharap mudah-mudahan pemangku kebijaksanaan ya dari kementerian, BPOM, pusat laboratorium forensik cepat ini bekerjanya. Besok ada hasil oh ternyata sirup ini aman, buka. O ini ternyata ini aman, buka ini, gitu lho. Itu yang kita harapkan," tegasnya.




(nor/dpra)

Hide Ads