Masih Trauma, Warga Karangasem Pilih Mengungsi Saat Malam Hari

#PrayForBali

Masih Trauma, Warga Karangasem Pilih Mengungsi Saat Malam Hari

I Wayan Selamat Juniasa - detikBali
Jumat, 21 Okt 2022 12:11 WIB
Warga Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali, saat melakukan pembersihan sisa lumpur yang masuk halaman rumahnya, Jumat (21/10/2022).
Warga Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali, saat melakukan pembersihan sisa lumpur yang masuk halaman rumahnya, Jumat (21/10/2022). Foto: I Wayan Selamat Juniasa
Karangasem -

Masih trauma dengan banjir bandang yang melanda Kabupaten Karangasem, Bali, Senin (17/10/2022) lalu, beberapa warga terdampak memilih tetap mengungsi saat malam hari. Mereka takut kejadian serupa terulang kembali, mengingat hujan masih terus mengguyur, terutama dari sore hingga malam, meski dengan intensitas sedang.

Salah seorang warga asal Banjar Dinas Abian Tiing Kelod, Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Ida Bagus Kunta (39) mengaku masih belum bisa melupakan kejadian yang menimpa keluarganya beberapa waktu lalu. Saat itu air masuk ke dalam rumahnya, karena posisi rumahnya tepat berada di samping sungai.

"Saya awalnya tidak tahu kalau sedang ada banjir sedahsyat itu, karena terhalang tembok penyengker, tapi saya dengar ada air yang mengalir karena kami sekeluarga sudah bangun saat itu, saya kira cuma banjir biasa seperti sebelum-sebelumnya," kata Kunta, Jumat (21/10/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun tiba-tiba, tembok penyengker miliknya di sebelah timur roboh, kemudian dalam hitungan detik air langsung masuk ke halaman rumahnya dengan ketinggian sedada. Secara spontan ia langsung menggendong anaknya, setelah itu tembok penyengker rumahnya di sebelah selatan juga ikut jebol, sehingga air kemudian sedikit lebih surut.

"Namun setelah air sedikit surut saya lihat dua unit sepeda motor dan barang-barang lainnya di halaman rumah sudah hilang terbawa air. Namun setelah dicari sepeda motor saya berhasil ditemukan, tapi dalam kondisi rusak berat dan tidak bisa diperbaiki lagi," kata Kunta.

Kunta juga mengatakan akibat kejadian tersebut sampai saat ini ia, anak, dan istrinya masih mengungsi saat malam hari. Mereka memilih mengungsi di rumah orang tuanya yang jaraknya tidak jauh dari rumah, tapi posisinya lebih tinggi dan tidak terdampak banjir bandang. Sementara pagi harinya tetap beraktivitas di rumahnya sambil membersihkan sisa-sisa lumpur yang masuk ke halaman.

Ia berharap kepada instansi terkait supaya melakukan normalisasi sungai di samping rumahnya. Karena saat ini tinggi sungai setara dengan halaman rumahnya, sehingga setiap terjadi hujan lebat otomatis air akan kembali masuk ke halaman rumahnya.

"Jika hujan terus turun dengan intensitas tinggi, saya tidak berani tinggal di rumah saat malam hari sebelum sungai tersebut dinormalisasi. Tapi jika tidak ada hujan mungkin baru saya berani tinggal di rumah," kata Kunta.

Sementara itu, Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Karangasem I Putu Eka Putra Tirtana mengatakan, sampai saat ini memang masih ada puluhan Kepala Keluarga (KK) yang masih mengungsi saat malam hari, baik yang mengungsi di rumah kerabat maupun balai banjar. Sedangkan sisanya sudah kembali tinggal di rumah masing-masing.

Ia menuturkan, berdasarkan data sementara akibat cuaca ekstrem yang melanda Karangasem tercatat sebanyak 70 rumah mengalami kerusakan akibat tanah longsor dan banjir bandang. Sedangkan korban jiwa sebanyak tiga orang dan luka-luka tujuh orang.

"Untuk kerusakan rumah masih bersifat sementara karena kami masih terus melakukan pendataan," kata Eka Tirtana.

Eka Tirtana juga mengatakan, seluruh masyarakat terdampak bencana sudah mendapatkan bantuan, seperti sembako, matras, kompor, dan lainnya. Tapi pihaknya tetap melakukan pemantauan jika seandainya ada warga yang masih membutuhkan bantuan akan langsung disalurkan karena stok bantuan logistik masih aman.




(irb/hsa)

Hide Ads