Brigadir Nopriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J tewas pada Jumat (8/7/2022). Namun tewasnya Brigadir J baru terungkap ke publik pada Senin (11/7/2022). Selama tiga hari sebelum terungkap, apa saja yang terjadi?
Dilansir dari detikNews, kejadian selama tiga hari itu terungkap dalam surat dakwaan Brigjen Hendra Kurniawan. Berikut hal-hal yang terjadi selama tiga hari sebelum kasus Brigadir J terungkap ke publik, sesuai surat dakwaan.
Jumat, 8 Juli 2022
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pukul 17.00 WIB
Brigadir J tewas ditembak di rumah dinas Ferdy Sambo.
Pukul 17.22 WIB
Brigjen Hendra Kurniawan mendapatkan telepon dari Ferdy Sambo untuk datang ke rumahnya. Saat itu Brigjen Hendra Kurniawan sedang berada di kolam pancing Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.
Pukul 19.15 WIB
Brigjen Hendra Kurniawan tiba di rumah Ferdy Sambo dan bertanya tujuan dipanggil ke sana. Ferdy Sambo menceritakan Putri Candrawathi mengalami pelecehan seksual, yang berakhir dengan peristiwa tembak-menembak yang menewaskan Brigadir Yosua.
Namun akhirnya terungkap, peristiwa tembak-menembak itu merupakan rekayasa Ferdy Sambo. "Inilah cerita yang direkayasa Ferdy Sambo, lalu disampaikan kepada Hendra Kurniawan," ucap jaksa.
Brigjen Hendra Kurniawan kemudian menemui Benny Ali selaku Karo Provos Propam Polri yang sudah lebih dulu tiba di lokasi. Benny Ali mengaku sudah mendapatkan cerita dari Putri Candrawathi, dan kembali menceritakan ke Brigjen Hendra Kurniawan.
19.30 WIB
Jenazah Brigadir J dibawa ambulans ke Rumah Sakit Kramat Jati.
20.05 WIB
Brigjen Hendra Kurniawan menuju kantornya dan bertemu Agus Nurpatria. Mereka hendak mengklarifikasi peristiwa tewasnya Brigadir Yosua ke Bharada Richard Eliezer, Bripka Ricky Rizal, dan Kuat Ma'ruf.
20.45 WIB
Benny Ali mendapat telepon untuk menghadap pimpinan, dan sempat bertemu Ferdy Sambo sebelum menghadap. "Benny Ali menyatakan, 'Saya dipanggil Pimpinan', kemudian dijawab Ferdy Sambo, 'Oh iya, jelaskan saja, nanti saya menghadap juga', kemudian Brigjen Hendra Kurniawan mendampingi Benny Ali bersama menghadap pimpinan," ucap jaksa.
22.00 WIB
Brigjen Hendra Kurniawan dan Ferdy Sambo menemui Richard Eliezer, Ricky Rizal, dan Kuat Ma'ruf di ruang pemeriksaan Biro Provost untuk menyamakan pikiran sesuai skenario yang sudah dibuat.
Baca halaman selanjutnya, kejadian di hari Sabtu 9 Juli 2022...
07.30 WIB
Brigjen Hendra Kurniawan mendapatkan telepon dari Ferdy Sambo yang memintanya mengecek CCTV kompleks perumahannya.
08.00 WIB
Brigjen Hendra Kurniawan menelepon Ari Cahya Nugraha alias Acay yang disebut jaksa sebagai tim CCTV saat kasus KM 50, namun tidak terhubung. Ia lalu meminta Agus Nurpatria menghubungi Acay, yang ternyata sedang berada di Bali. Lantas Acay meminta anak buahnya yaitu atas nama Irfan Widyanto untuk mengecek CCTV.
15.00 WIB
Irfan tiba di Kompleks Polri Duren Tiga untuk mengecek CCTV. Dia berkoordinasi dengan Agus Nurpatria. Irfan mengatakan di lokasi ada 20 CCTV. Hendra Kurniawan kemudian meminta dia untuk mengambil CCTV yang penting saja.
Di sinilah kemudian Irfan ditemani Agus Nurpatria mengambil 3 DVR CCTV, yaitu 2 DVR di pos sekuriti dan 1 DVR di rumah Ridwan Rhekynellson Soplangit (yang saat itu sebagai Kasat Reskrim Polres Jaksel). Irfan lantas menghubungi Tjong Djiu Fung alias Afung sebagai pemilik usaha CCTV untuk mengganti 3 DVR yang diambilnya.
18.00 WIB
Afung ditemani Irfan mengganti DVR CCTV.
18.10 WIB
Irfan diminta menyerahkan DVR CCTV yang sudah diambil ke Chuck di rumah pribadi Ferdy Sambo.
22.00 WIB
DVR CCTV diletakkan di bagasi mobil Chuck.
Baca halaman selanjutnya, kejadian di hari Minggu 10 Juli 2022...
18.30 WIB
Brigjen Hendra Kurniawan menelepon Arif Rachman Arifin dan memintanya menemui penyidik Polres Jaksel. Arif diperintah meminta penyidik Polres Jaksel membuat satu folder khusus untuk menyimpan file-file dugaan pelecehan Putri Candrawathi. "Di mana hal tersebut merupakan hal yang mengada-ngada karena memang tidak ada peristiwa pelecehan," kata jaksa.
19.00 WIB
Arif menelepon Chuck untuk bertemu di Polres Jaksel. Selain itu Arif juga menelepon Rifaizal Samual untuk bertemu di Polres Jaksel.
21.00 WIB
Chuck memberikan DVR CCTV ke Rifaizal. Namun keesokan harinya Chuck diminta Ferdy Sambo mengambil CCTV itu. CCTV itu lalu dilihat bersama Arif, Baiquni, dan Ridwan. Di sinilah mereka mengetahui bila Yosua masih hidup dan tidak sesuai dengan apa yang disampaikan Ferdy Sambo.
Senin, 11 Juli 2022
Mabes Polri dan Polres Jaksel menyampaikan tentang peristiwa tembak-menembak yang menewaskan Brigadir Yosua. Akhirnya terungkap lah bila tembak-menembak itu tidak benar karena merupakan rekayasa Ferdy Sambo.
Simak Video "Video: Kasus yang Membuat Megawati Menangis"
[Gambas:Video 20detik]
(irb/hsa)