Kayu-kayu hutan berdiameter raksasa terbawa arus banjir bandang yang menerjang Jembrana. Banyak warga termasuk Bupati Jembrana kemudian menduga kerusakan hutan yang ada di hulu sungai menjadi penyebab banjir.
Bupati Jembrana I Nengah Tamba menyebut, banjir tahun ini terparah dibandingkan kejadian serupa empat tahun yang lalu. Dia pun mengancam mengajukan pencabutan hak pengelolaan hutan oleh kelompok tani.
"Kemarin (Senin) saya juga sudah langsung mengadakan rapat dengan Dinas PU Provinsi dan Balai termasuk seluruh kepala dinas kemarin saya minta tidak ada yang berkantor. Semua turun ke masyarakat," katanya Selasa (18/10/2022).
Faktor utama, kata Tamba, memang karena alam, namun faktor lainnya juga diduga karena adanya masyarakat merambah hutan. Terbukti dari material banjir yang terbawa banyak kayu yang hanyut sudah membuktikan adanya penebangan pohon untuk alih fungsi hutan.
"Saya sudah peringatkan ketua kelompok tani hutan, nanti akan saya kumpulkan masyarakat yang memanfaatkan hutan. Apabila masih terjadi banjir saya akan cabut hak untuk pengelolaan hutan. Saya akan berkoordinasi dengan bapak gubernur karena izin hak pengelolaan hutan oleh pemerintah provinsi," tegasnya
Bupati menambahkan, selain banjir bandang di sungai Biluk Poh, beberapa titik wilayah lain di Jembrana juga terjadi banjir. "Banjir tidak hanya terjadi di sini, di Desa Yehembang, di Jembrana hingga di Melaya juga terjadi banjir," tukasnya.
Selengkapnya simak halaman selanjutnya
Simak Video "Kronologi Eks Bupati Jembrana dan Istri Ditemukan Meninggal Dunia"
(hsa/dpra)