5 Pembelaan Terbaru Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi Jelang Sidang

5 Pembelaan Terbaru Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi Jelang Sidang

Tim detikNews - detikBali
Kamis, 13 Okt 2022 14:18 WIB
Ferdy Sambo dan Putri Candrawati akhirnya selesai menjalani rekonstruksi pembunuhan Brigadir J. Keduanya sempat berpelukan sebelum berpisah.
Ferdy Sambo dan Putri Candrawati. Foto: Rifkianto Nugroho
Denpasar -

Ferdy Sambo dan istrinya, Putri Candrawathi melalui kuasa hukum mereka menyampaikan 5 pembelaan terkait pembunuhan Brigadir Yoshua alias Brigadir J jelang sidang. Pembelaan itu disampaikan oleh tim kuasa hukum Sambo yakni Febri Diansyah dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (12/10/2022).

Berikut 5 pembelaan Ferdy Sambo jelang persidangan.

1. Sambo Ngaku Minta Richard Hajar Yosua

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Febri mengatakan bahwa dari berkas yang didapatkan, Ferdy Sambo kala itu meminta Richard alias Bharada E menghajar Yosua, bukan menembak. Pihaknya mengklaim Ferdy Sambo memerintahkan Bharada E dengan kata "Hajar Chard" bukan dengan kata "Tembak".

"Memang ada perintah FS pada saat itu, yang dari berkas yang kami dapatkan itu perintahnya adalah 'hajar, Chard', namun yang terjadi adalah penembakan pada saat itu," kata Febri dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (12/10/2022).

ADVERTISEMENT

2. Sambo Panik Richard Tembak Yosua

Febri mengatakan Ferdy Sambo pun panik saat Richard justru menembak Yosua. Ferdy Sambo, kata dia, juga sempat memerintahkan ajudannya memanggil ambulans setelah penembakan terjadi.

"FS kemudian panik dan meminta memerintahkan ADC. Jadi sempat memerintahkan ADC untuk melakukan memanggil ambulans dan kemudian FS menjemput Ibu Putri dari kamar dengan mendekap wajah bu Putri agar tidak melihat peristiwa dan kemudian memerintahkan RR mengantar Ibu Putri ke rumah Saguling. Ini adalah fase pertama rangkaian peristiwa," tuturnya.

3. Sambo Ngaku Sempat Ingin Main Badminton

Febri juga menyampaikan perihal awal mula terjadinya penembakan terhadap Yosua itu. Dia mengungkapkan bahwa Ferdy Sambo sangat emosional kala mendengar pengakuan istrinya, Putri Candrawathi, mengenai peristiwa di Magelang.

Ferdy Sambo pun lantas memanggil Richard dan Ricky Rizal secara terpisah di rumah pribadinya di Jalan Saguling, Jakarta Selatan. Febri mengatakan saat itu Richard dan Ricky Rizal melihat kondisi Ferdy Sambo yang emosional dan menangis.

Usai melakukan klarifikasi ke Richard dan Ricky Rizal, Ferdy Sambo disebutnya bersiap menuju tempat main badminton. Namun, kata Febri, saat melewati rumah dinas di Duren Tiga, di mana Putri melakukan isolasi mandiri, Ferdy Sambo berubah pikiran.

"Kemudian FS bersiap menuju lokasi tempat main badminton. Jadi awalnya rencana FS adalah dari rumah Saguling adalah pergi main badminton. Namun kemudian ada lokasi ketiga yaitu di rumah Duren Tiga Ibu Putri melakukan isolasi di kamar. Kemudian FS secara terpisah secara tiba-tiba menyuruh supir untuk mundur sesaat setelah melewati rumah Duren Tiga," kata Febri.

"Jadi pada saat itu FS dari rumah di Saguling adalah pergi badminton namun ketika FS melihat lewat di depan rumah Duren Tiga, sampai lewat beberapa meter jaraknya, dia kemudian memerintahkan sopir untuk berhenti. Meskipun tidak ada rencana pada saat itu ke rumah Duren Tiga," imbuhnya.

Dua pengakuan lain klik halaman selanjutnya

4. Sambo Ngaku Sempat Klarifikasi ke Yosua

Febri melanjutkan Ferdy Sambo kemudian melakukan klarifikasi ke Yosua, yang saat itu berada di rumah Duren Tiga terkait peristiwa di Magelang. Pada momen itulah kemudian peristiwa pembunuhan terjadi.

5. Minta JC Jujur

Febri Diansyah juga bicara soal peran justice collaborator atau JC. Febri mengatakan, sebagai JC, pelaku tindak pidana harus terlebih dahulu mengakui perbuatannya.

"Kalau bicara soal JC atau justice collaborator. Yang pertama harus dipahami adalah seorang JC adalah pelaku yang bekerja sama sehingga ia harus terlebih dulu mengakui perbuatannya," kata Febri.

Febri mengatakan, jika ada JC yang menyangkal perbuatannya, harus dipertanyakan. Sebab, menurutnya, JC tidak boleh berbohong.

"Kalau ada seorang JC yang menyangkal perbuatannya maka tentu patut kita pertanyakan. Yang kedua, seorang JC harus jujur, tidak boleh berbohong. Kalau seorang JC berbohong, maka ia bukan kontribusi mengungkap keadilan itu tapi justru merusak keadilan yang dicita-citakan oleh semua pihak," tuturnya.

Febri melanjutkan, seorang JC juga tidak boleh menggunakan label tersebut untuk menyelamatkan dirinya sendiri dari kasus yang menjerat. JC, ditegaskannya, adalah sarana untuk mengungkap keadilan, bukan untuk menyelamatkan diri sendiri.

"Sehingga seorang JC tidak boleh hanya menggunakan label JC tersebut untuk menyelamatkan diri sendiri. JC bukan sarana untuk menyelamatkan diri sendiri. JC adalah sarana untuk mengungkap keadilan yang lebih besar dari semua pihak," kata Febri.

Febri menghargai posisi seorang JC. Namun dia berharap JC dalam kasus ini jujur dan tidak berbohong.

"Jadi kami menghargai tentu. Kami juga berharap JC betul-betul adalah seorang JC yang jujur dan tidak berbohong. Bahkan keterangannya wajib konsisten dari satu keterangan ke keterangan yang lain di segala tingkat pemeriksaan," ujarnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Kasus yang Membuat Megawati Menangis"
[Gambas:Video 20detik]
(nor/hsa)

Hide Ads