Meskipun pembangkit listrik model sederhana itu baru dipakai untuk menerangi Pura Subak Desa Bengkel di Kecamatan Kediri dengan empat bohlam tiga Watt.
"Ternyata bisa. Ya meskipun baru untuk penerangan jalan," kata I Made Agus Permana Dwiputra, Sabtu (8/10/2022).
Ia menuturkan, PLTMH itu dibuat bersama teman sekelasnya, Gunem yang dari Desa Sembung, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, sebagai materi ujian akhir program diploma tiga di kampusnya.
"Lumayan nilainya. Dapat A," sambung pemuda dari Banjar Telengis, Desa Bengkel, ini.
Agus Permana menuturkan, PLTMH merupakan pembangkit listrik yang sebetulnya bukan teknologi baru. Namun, ia melihat teknologi ini masih belum banyak diterapkan, khususnya di Bali.
"Karena belum banyak yang menerapkan. Itu yang pertama," ungkapnya.
Gagasan kedua, ia melihat PLTMH merupakan teknologi pembangkit listrik terbarukan yang efisien dari sisi tempat dan bisa disesuaikan dengan kondisi debit air. Apalagi di desanya, potensi untuk menerapkan teknologi ini ada yakni dengan memanfaatkan aliran sungai atau saluran irigasi di persawahan.
"Kalau pembangkit ini prinsip kerjanya sama seperti pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Bedanya, kalau PLTA itu kan mesti buat bendungan besar dan biayanya tinggi. Ini (PLTMH) skala kecil dari PLTA," jelasnya.
Agus Permana menceritakan, ia dan temannya, Gunem, sudah memulai pembuatan PLTMH itu sekitar April 2022 lalu. Diawali dengan pembuatan proposal untuk diujikan.
"Dosen sempat tidak yakin akan berhasil. Kami sudah kena mental waktu itu. Tapi saya dan Gunem bilang, udah gas (kerjakan) saja dulu. Dicoba pelan-pelan dan berhasil" bebernya.
Cerita lengkapnya klik halaman berikutnya
![]() |
Singkat cerita, mulai awal hingga akhir September 2022, ia mulai merakit PLTMH tersebut. Itu pun setelah ia berkutat mencari referensi mengenai turbin apa yang tepat diterapkan.
"Waktu itu masih minim referensi. saya cari-cari informasi di Youtube. Terakhir saya dapatnya di jurnal-jurnal. Saya akhirnya pilih turbin ulir atau yang dikenal dengan sebutan Sekrup Archimedes," bebernya.
Selain merakit turbin dari bahan plat baja, ia juga mesti membuat kerangka dan wadahnya. Semua itu ia rakit dengan mengacu pada desain yang pembuatannya dibantu temannya.
"Terus terang saya tidak bisa gambar. Saya minta tolong ke teman saya yang kebetulan di jurusan informatika. Dia bantu saya desain," imbuhnya.
Proses pembuatan turbin yang menjadi penggerak utama generator bersama wadahnya tersebut ia rakit sembari menunggu komponen lainnya yang harus dipesan terpisah. Total ongkos yang ia keluarkan bersama temannya sekitar Rp 4 juta.
"Komponen lainnya saya pesan. Seperti generator, kotak panel, inverter yang ada di kontak panel, serta aki yang bisa diisi ulang," jelasnya.
Menariknya, di hari pertama membuat turbin dan rangka ia mengaku sampai tidak bisa tidur. Matanya masih silau karena untuk pertama kalinya ia mengelas plat.
"Pakai pelindung kaca mata hitam saja. Mata saya silau. Sampai tidak bisa tidur," kenangnya.
Begitu pembangkitnya rampung, ia kemudian menguji coba dengan menggunakan bor. Untuk memastikan apakah putaran turbin yang dikoneksikan ke generator mampu menghasilkan listrik.
"Kebetulan putaran turbin dan generatornya ke arah yang sama. Jadi tidak perlu dirakit ulang dan sudah menghasilkan listrik," jelasnya.
Untuk memastikannya, ia lantas minta izin ke Perbekel Bengkel, I Nyoman Wahya Biantara, untuk mengujicobakan pembangkitnya tersebut di saluran irigasi Subak Bengkel.
Gayung bersambut, upayanya untuk bisa mengujicobakan pembangkit itu diizinkan dan mendapatkan dukungan. Kemudian ia menyusun pembangkit listrik tersebut beserta instalasi penunjang lainnya seperti kotak panel dan lampu penerang di dekat Pura Subak.
"Menghasilkan listrik 12 Volt untuk DC. Tapi itu nanti diubah jadi AC pakai inverter yang ada di kotak panel. Listrik yang dihasilkan dari 13 sampai 16 Watt," ujarnya.
Menurutnya, meski sudah berhasil, pembangkit listrik yang digarap bersama temannya itu masih perlu disempurnakan lagi. Terutama untuk memperoleh putaran turbin dan generator yang maksimal.
"Ini pakai generator 100 Watt dan 24 Volt. Untuk maksimalnya, putaran turbin dan generator 1.500 rpm (rotation per minute). Kemarin baru dapat di 800 sampai 900 rpm. Jadi masih perlu dimodifikasi," ungkapnya.
Terlepas dari itu, Agus Permana dan Gunem sudah berhasil membuktikan rancangan mereka berhasil. Bahkan menurut Agus Permana, bila dikembangkan lagi, pembangkit itu bisa menghasilkan energi listrik yang cukup untuk keperluan penerangan skala rumah tangga. Tentu dengan menambah atau memodifikasi turbin dan menggunakan generator berkapasitas besar.
"Kira-kira kalau diterapkan untuk skala rumah tangga bisa. Itu kalau generatornya lebih besar dan debit airnya cukup. Bisa untuk sekadar kebutuhan penerangan rumah tangga," pungkasnya.
Simak Video "Video: Prabowo Minta Maaf Tak Resmikan Langsung Pembangkit Listrik di Jatim"
[Gambas:Video 20detik]
(nor/irb)