Tak Seperti Niluh Djelantik, Putu Artha Pilih Bertahan di NasDem

Chairul Amri Simabur - detikBali
Sabtu, 08 Okt 2022 13:49 WIB
Foto: I Gusti Putu Artha kala menjadi timses Ahok pada Pilkada DKI Jakarta 2017. (Bagus Prihantoro/detikcom)
Jakarta -

Mantan anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI yang sekarang kader Partai NasDem I Gusti Putu Artha akhirnya bersuara terkait keputusan partainya mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres). Tak seperti mantan kader NasDem Niluh Djelantik yang langsung hengkang, Putu Artha memilih bertahan.

Padahal, Artha sendiri dulu pernah jadi 'lawan' Anies kala menjadi tim sukses (timses) Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) Pilkada DKI Jakarta 2017.

"Saya sangat menghormati seluruh keputusan ketua umum saya, Pak Surya Paloh. Saya masih tetap di NasDem. Poinnya di sana," ujar Putu Artha, Sabtu (8/10/2022).

Ada sejumlah pertimbangan yang ia sampaikan perihal sikap politiknya itu. Sekalipun di masa lalu, ia berseberangan dengan Anies Baswedan yang sudah diusung partainya.

"Lima tahun, sangat cukup bagi saya untuk mengenal dan dekat dengan sosok Pak Surya Paloh. Saya menyimpulkan, beliau mencintai Indonesia di atas segala-galanya," ujarnya.

Kecintaan itu, sambungnya, tengah diperjuangkan melalui visi ke depan dengan keras merawat Indonesia sebaik-baiknya serta memberi perlawanan terhadap kelompok-kelompok yang hendak membelah Indonesia.

"Termasuk kecerdasan beliau meminang sejumlah calon kepala daerah dan dibawa dalam tanda kutip ke tengah adalah sebagian kecil indikator itu," imbuh politisi NasDem yang di 2019 menduduki posisi Ketua Komisi Saksi DPP NasDem tersebut.

Sebelum sampai pada keputusan meminang Anies Baswedan sebagai capres, ia melihat Surya Paloh selaku ketua umum telah berupaya mengantisipasi polarisasi yang sempat terjadi di pilpres 2019 dengan wacana menduetkan Ganjar Pranowo dengan Anies Baswedan.

"Namun skenario politik itu tidak terwujud karena faktor-faktor eksternal," ujar mantan Komisioner KPU ini.

Ia juga mempertimbangkan faktor sosiopolitik saat ini yang memberi sinyal kekuatan politik religius sedang menguat.

Menurutnya, Anies Baswedan tanpa Partai NasDem sekalipun potensial menjadi calon melalui partai lainnya seperti PPP dan PAN.

"Saya melihat, jika ini terjadi, ngeri menghadapi konstelasi pilpres dengan keterbelahan kandidat dan partai pengusungnya. Sadar akan potensi itu, Pak Surya Paloh sudah mengambil langkah yang amat brilian dengan meminang Anies," sebutnya.

Tentu, sambung Putu Artha, langkah ini diharapkan bisa menghindari polarisasi yang sempat terjadi dalam pilpres 2019 lalu. "Sekaligus Anies bisa dikelilingi tokoh-tokoh bangsa yang nasionalis," imbuh Putu Artha.

Pandangan Putu Artha soal cawapres, baca halaman selanjutnya



Simak Video "Video Penampakan Kota Bersejarah Hue dan Hoi An Vietnam yang Ditelan Banjir"

(hsa/dpra)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork