"Anggap (Tuwut) sudah berjalan enam setengah tahun. Sudah hampir dua ratus ekor (dilepasliarkan)," jelas Made Jonita yang mengelola penangkaran burung hantu Tuwut, Sabtu (1/10/2022).
Dek Enjoy, begitu Made Jonita akrab disapa, menuturkan bahwa penangkaran burung hantu tersebut dimulai sejak 2015 lalu. Kegiatan penangkaran ini berawal dari serangan hama tikus.
"Akhirnya teman-teman bersama pemerhati pertanian mencari solusi. Ketemulah solusi ini. Menangkar burung hantu sebagai predator hama alami," ujarnya.
Di masa-masa awal, penangkaran dilakukan dengan mengadopsi anakan burung hantu yang diperoleh dari beberapa tempat. Ada yang di Kantor Camat Tabanan, Camat Kediri, dan kantor Desa Pandak di Kecamatan Kediri.
"Awalnya itu kami adopsi delapan ekor anakan. Kami tangkar dan kami latih untuk berburu tikus," tuturnya.
Setelah dewasa, delapan burung itu kemudian dilepasliarkan pada areal persawahan Subak Ganggangan yang berada di sekitar Banjar Pagi dengan luas sekitar 25 hektar.
Untuk memantapkan aktivitas penangkaran, tim dari Tuwut juga sempat belajar hingga ke Demak, Jawa Tengah. Ilmu yang diperoleh di sana kemudian diterapkan di penangkaran Tuwut dengan kandang berukuran sekitar 648 meter kubik.
"Di dalam kandang itu sekarang ada tujuh ekor. Yang di luar ada lima ekor. Ada juga yang di Rubuha atau rumah burung hantu," jelasnya.
Saat ini, sambungnya, ada tiga induk yang rutin bertelur dan beranak. Dalam setahun, induk burung hantu bisa beranak sampai dua kali dengan jumlah maksimal lima ekor.
Cerita lengkap klik halaman selanjutnya
Simak Video "Damkar Cianjur 'Main' Layangan Demi Selamatkan Burung Hantu"
(nor/iws)