Bangun TPST Jelang G20, Denpasar Kena Tipping Fee Rp 100 Ribu Per Ton

Bangun TPST Jelang G20, Denpasar Kena Tipping Fee Rp 100 Ribu Per Ton

I Wayan Sui Suadnyana - detikBali
Selasa, 20 Sep 2022 14:55 WIB
Suasana di TPST Kesiman Kertalangu pada Rabu (31/8/2022)
Suasana TPST Kesiman Kertalangu, Denpasar, Bali, Rabu (31/8/2022). Foto: Ni Made Lastri Karsiani Putri/detikBali
Denpasar -

Sebanyak tiga tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) dibangun di Kota Denpasar, Bali, jelang Presidensi G20. Tiga TPST itu yakni TPST Kesiman Kertalangu, TPST Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai, dan TPST Padang Sambian. Denpasar harus membayar tipping fee (biaya pengelolaan sampah) sebesar Rp 100 ribu per ton.

Wali Kota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara mengatakan, pembangunan TPST Jelang G20 dibangun bersama lintas pemerintahan. Lahan disiapkan bersama-sama antara pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali, maupun Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar.

"Pemerintah pusat menyiapkan anggaran Rp 100 miliar untuk pembangunan, tapi tendernya kayaknya sekitar Rp 90-an (miliar). Kami menyiapkan tipping fee, biayanya Rp 100 ribu per ton," kata Jaya Negara saat menerima audiensi detikBali di kantornya, Kamis (15/9/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Jaya Negara, hingga saat ini belum ditemukan pengolahan sampah yang tanpa tipping fee karena biaya investasi cukup tinggi. Pihaknya pun berharap, biaya tipping fee yang dikeluarkan Pemkot Denpasar bisa ditutupi dari penjualan RDF (refused-derived fuel).

"Itu memang hasil tendernya begitu. Sekarang kan tidak ada yang tanpa tipping fee karena biaya investasinya kan tinggi,"

ADVERTISEMENT

Seperti diketahui, hasil RDF dari tiga TPST yang dibangun rencananya akan dijual ke PT Semen Indonesia TBK (Semen Indonesia Group/SIG) seharga Rp 300 ribu per ton. RDF dibeli oleh perusahaan semen untuk pengganti batubara.

"Dan kami berharap Rp 100 ribu pun kami berharap dari tipping fee, itu akan bisa nutupi dari penjualan RDF-nya. Tipping fee-nya tertutup, minimal mengurangi anggaran daerah. Bagi kami kan kalau segitu untuk urusan sampah itu masih murah, karena kalau bicara di luar itu gila-gila harga tipping fee-nya," kata dia.

Di sisi lain, Jaya Negara menegaskan, TPST yang dibangun di Kota Denpasar baru hanya bisa menghasilkan RDF, belum bisa sampai ke listrik. Sebab, jika sampai menghasilkan listrik maka membutuhkan biaya investasi yang sangat mahal.

TPST berteknologi RDF ini ditargetkan bakal beroperasi pada Oktober 2022 mendatang. Sebab, TPST direncanakan menjadi salah satu kunjungan bagi para delegasi G20.

"Begitu G20 harus sudah operasi, siapa tahu ada kunjungan terhadap pengelolaan sampah. Yang akan menjadi kunjungan nanti (TPST) Kertalangu. Sekarang akhirnya kerja barengan, bangunan jalan mesin juga harus masuk," tuturnya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan tiga TPST baru yang sedang dibangun di Kota Denpasar akan mampu mengolah sampah sebanyak 1.020 ton per hari. Ketiganya, yakni TPST Kesiman Kertalangu, TPST Padang Sambian, dan TPST Tahura.

Rinciannya adalah TPST Kesiman Kertalangu, diproyeksikan mampu mengolah 450 ton sampah per harinya, lalu TPST Tahura 450 ton, dan TPST Padang Sambian 120 ton per hari.

"Tiga TPST ini akan beroperasi minggu kedua pada bulan Oktober 2022 atau paling lambat Minggu ketiga. Saya pikir ini akan membuat kota menjadi bersih dan kami akan buat yang seperti ini di 52 titik seluruh Indonesia selama dua tahun ke depan," ucap Luhut pada kunjungan kerjanya ke TPST Kesiman Kertalangu, Denpasar, Rabu (31/8/2022).




(irb/hsa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads