Bukan satu-satunya, Ni Putu Pusparini (12), menjadi korban kedua yang tewas tenggelam di Sungai Samblong, Kelurahan Sangkaragung, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana, Bali. Beberapa tahun lalu, seorang warga juga ditemukan tewas di lokasi yang sama.
Duka mendalam tengah dirasakan keluargaPurparini. Peristiwa ini juga menjadi perhatian serius warga sekitar untuk mewaspadai anak-anak agar tidak bermain di SungaiSamblong. Pasalnya, selain permukaan sungai dalam, warga menyebut sungai tersebut terkenal angker.
Seperti diungkapkan sejumlah warga kepada detikBali, Sabtu (3/9/2022). Salah satunya, Iluh Damayanti (34), yang mengaku sungai TKP bocah meninggal itu memang angker. Bahkan terdapat cerita mistis tentang sungai yang bermuara di Muara Desa Perancak tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memang angker," ungkapnya.
Senada dengan warga, Kepala Lingkungan Samblong I Gede Utamayasa mengungkapkan pernah ada orang tewas di Sungai Samblong pada tahun 1990-an. Warga yang tewas saat itu diketahui bunuh diri loncat ke sungai, tepatnya sepuluh meter sebelah barat lokasi tewasnya Pusparini.
"Mayatnya ditemukan beberapa hari kemudian, hanyut jauh dari lokasi bunuh diri," ungkapnya.
Ia juga mengakui tentang banyaknya cerita mistis yang berkembang di masyarakat. Namun terlepas dari cerita tersebut, sebut Utamayasa, Sungai Samblong yang biasa dijadikan tempat lomba sampan itu memang cukup dalam di beberapa titik.
"Sepanjang sungai ini memang banyak lokasi yang dalam, termasuk tempat anak yang meninggal tenggelam," ungkapnya.
Menurutnya, kedalaman sungai 2-3 meter tidak menentu karena dipengaruhi pasang surut air laut. Hilir sungai juga berada di muara pembatas Desa Perancak dan Desa Pengambengan.
Pasca peristiwa bocah kelas VI SD tenggelam di Sungai Samblong, pihaknya akan mengimbau warga untuk lebih waspada. Terutama bagi anak kecil tidak dipekenankan bermain di sungai tanpa pengawasan orang tua.
Diberitakan sebelumnya, Ni Putu Pusparini meninggal saat mandi bersama empat temannya. Tiga temannya yang nyaris tenggelam, berhasil selamat karena ditolong warga. Mereka ditarik ke pinggir sungai dengan menggunakan potongan bambu.
Sayangnya, Pusparini tidak ditemukan saat proses penyelamatan tersebut. Ia baru ditemukan kakeknya di dasar sungai dalam kondisi sudah tidak sadar. Setelah berusaha ditolong tidak berhasil, bocah SD tersebut dinyatakan tewas saat dibawa ke puskesmas.
(irb/irb)