Jika Harga BBM Naik, Sopir Angkot di Buleleng Terancam Gak Bisa Narik

Jika Harga BBM Naik, Sopir Angkot di Buleleng Terancam Gak Bisa Narik

Made Wijaya Kusuma - detikBali
Selasa, 23 Agu 2022 23:45 WIB
Sejumlah Angkutan Umum sedang menunggu penumpang di Terminal Banyuasri Singaraja, Buleleng, Bali, Selasa (23/8/2022).
Sejumlah Angkutan Umum sedang menunggu penumpang di Terminal Banyuasri Singaraja, Buleleng, Bali, Selasa (23/8/2022). Foto: Made Wijaya Kusuma
Buleleng -

Adanya rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar membuat sopir angkutan umum di Kabupaten Buleleng, Bali, merasa keberatan. Sebab kenaikan BBM dinilai akan berpengaruh terhadap pendapatan mereka.

Salah satu sopir angkutan umum bernama Nengah Widi Suarsana mengatakan, kenaikan BBM akan membuat pengeluaran para sopir membengkak. Apalagi pemasukan yang tidak seimbang dengan pengeluaran tentu akan semakin mempersulit kondisi mereka.

Widi mengaku saat ini jumlah penumpang yang menggunakan angkutan umum untuk bepergian sudah semakin berkurang. Paling banyak dia hanya bisa mengangkut tiga penumpang tujuan Singaraja-Gilimanuk dalam sehari, dengan tarif bervariasi mulai dari Rp 25 ribu sampai Rp 50 ribu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau ada kenaikan pasti sulit bagi saya. Sekarang saja, dengan harga saat ini bisa menghabiskan bahan bakar Rp 100 ribu untuk pulang pergi. Itu nutup kalau dapat penumpang minimal tiga yang tarifnya Rp 50 ribu. Sedangkan kalau cuma dapat dua penumpang, ya cuma cukup buat beli solar, untuk setoran dan makan belum," kata Nengah Widi Suarsana sopir angkutan umum asal Desa Sumberkima, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, saat ditemui detikBali di Terminal Banyuasri, Selasa (23/8/2022).

Tidak jarang dia hanya hanya dapat penumpang satu orang dalam sehari. Widi mengaku sering menggunakan uang pribadi untuk biaya makan, setoran juga tidak menentu. Sebab jumlah penumpang sedikit.

Kadang saat beruntung, ujar Widi, dapat penumpang lumayan dan bisa setor Rp 40-50 ribu. Namun jika penumpang sedikit, uang tersebut hanya cukup untuk membeli bahan bakar solar.

"Kalau sekarang ini umpamanya pemerintah mau menaikkan harga BBM solar, kami ini sudah tidak bisa beroperasi lagi. Sekarang kami pentingkan dulu untuk biaya operasional BBM solar. Kalau saat ini solar dinaikkan, saya sudah tidak berani beroperasi lagi," katanya.

Widi meminta pemerintah mempertimbangkan kembali rencana menaikkan harga BBM tersebut. Sebab tidak mungkin lagi baginya untuk menaikkan tarif penumpang, mengingat saat ini jumlah penumpang sudah semakin berkurang.

"Kalau memberatkan ya memberatkan sekali, karena saat ini penumpang kan sudah tidak ada. Kalau ditambah lagi ada kenaikan BBM solar, bakal lebih parah lagi bagi kami sopir angkutan umum. Misal dinaikkan tarifnya, ya kalau ada penumpang nanti sekarang seperti ini, kami jadi serba salah," pungkasnya.




(irb/irb)

Hide Ads