Respon Warga Tabanan Sikapi Rencana Kenaikan Harga BBM: Makin Sulit!

Respon Warga Tabanan Sikapi Rencana Kenaikan Harga BBM: Makin Sulit!

Chairul Amri Simabur - detikBali
Senin, 22 Agu 2022 21:00 WIB
Sopir angkutan umum I Ketut Sukanadi sedang membersihkan mobilnya saat mangkal di Terminal Pesiapan, Senin (22/8/2022).
Sopir angkutan umum I Ketut Sukanadi sedang membersihkan mobilnya saat mangkal di Terminal Pesiapan, Senin (22/8/2022). (Foto: Chairul Amri Simabur)
Tabanan - Kabar kenaikan harga BBM (bahan bakar minyak) ditanggapi beragam oleh para pengguna kendaraan.

Khususnya mereka yang menjadikan kendaraan roda empat sebagai alat kerja seperti sopir angkutan maupun pedagang di atas mobil bak.

"Kalau (BBM) naik, ya ongkos beli bensin pasti bertambah," kata Ketut Sukanadi (60), sopir angkutan umum, yang lagi ngetren di Terminal Pesiapan, Senin (22/8/2022).

Menurutnya, rencana kenaikan BBM itu jelas akan berpengaruh pada biaya operasional yang harus dikeluarkan.

Ongkos BBM yang naik pastinya membuat usaha transportasi umum yang Sukanadi makin sulit.

Untuk dua hari saja kata Sukanadi, ia perlu lima liter Pertalite dengan harga beli sekitar Rp 6.000. "Itupun belum tentu habis. Karena penumpang sepi," ungkap Sukanadi

Kalaupun lima liter Pertalite yang ada di tangkinya habis terpakai dalam sehari, itu karena ia harus melayani carter ke luar trayek. Misalkan ke Kecamatan Penebel.

Untuk trayek rutin, angkutannya melayani rute Terminal Pesiapan-Kota Tabanan-Terminal Kediri.

"Kalau keluar jauh seperti ke Penebel baru biasanya habis lima liter. Paling ongkosnya Rp 50 ribu. Itupun penumpangnya orang-orang yang tidak biasa main HP. (Tidak punya aplikasi layanan angkutan berbasis online)," ujar Sukanadi sembari membersihkan angkutannya.

Sukanadi menuturkan, ia ikut dalam program Tran Serasi. Tapi program layanan antar jemput siswa SMP itu lagi tidak jalan karena ketiadaan anggaran dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tabanan.

"Saya ikut Trans Serasi. Tapi (sekarang) lagi tidak jalan karena anggaran tidak ada. Sekarang ini murid-murid mesti bayar. Ongkosnya Rp 6.000 PP (pulang pergi)," terang Sukanadi.

Hal yang sama juga dituturkan penjual sayur di Pasar Pesiapan, I Wayan Susila (47), dari Desa Angaseri, Kecamatan Baturiti.

"Pasti ada dampaknya. Biasanya ke harga dagangan," sebut Susila.

Apalagi barang dagangan berupa sayur-mayur yang ia jual dibeli dan diangkut dari Baturiti.

Jarak tempuh dari Baturiti ke Tabanan biasa ia cukupi dengan mengisi tanki mobil pick up Rp 120.000 untuk dua hari. "Pasti berdampak BBM itu terhadap harga jual nantinya," pungkas Susila.


(dpra/dpra)

Hide Ads