Keterbatasan Fisik, Ketut Karsa Tekuni Kerajinan Keroncongan Sapi

Keterbatasan Fisik, Ketut Karsa Tekuni Kerajinan Keroncongan Sapi

I Wayan Selamat Juniasa - detikBali
Kamis, 21 Jul 2022 20:13 WIB
I Ketut Karsa, pria dengan keterbatasan fisik asal Desa Selumbung, Karangasem, Bali, yang menekuni kerajinan keroncongan sapi.
I Ketut Karsa, pria dengan keterbatasan fisik asal Desa Selumbung, Karangasem, Bali, yang menekuni kerajinan keroncongan sapi. (Foto: I Wayan Selamat Juniasa/detikBali)
Karangasem -

I Ketut Karsa (47) tak mau menyerah dengan keterbatasan fisik yang dimilikinya. Pria asal Banjar Dinas Kelodan, Desa Selumbung, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Bali, itu menekuni kerajinan keroncongan sapi. Keroncongan sapi juga sering disebut sebagai klontong sapi atau lonceng sapi berbahan kayu.

Untuk diketahui, keterbatasan fisik Karsa adalah kaki dan tangannya yang bengkok. Kondisi itu membuatnya tidak bisa bergerak dengan leluasa. Karsa mengakudirinya sudah mengalami keterbatasan fisik sejak lahir.

"Saya mulai belajar membuat kerajinan sejak tahun 1995 awalnya karena iseng akibat tidak ada kerjaan di rumah," kata Ketut Karsa saat ditemui di kediamannya di Banjar Dinas Kelodan, Desa Selumbung, Kamis (21/7/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah mencoba membuat keroncongan sapi, lama-kelamaan mulai ada warga yang ingin membelinya. Sejak itulah Karsa makin bersemangat menekuni kerajinan tersebut. Dari pekerjaan itu pula ia dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Selain keroncongan sapi, Karsa juga mencoba membuat kerajinan lainnya seperti kulkul hingga topeng. Hanya saja, sejauh ini hanya keroncongan sapi buatannya yang dibeli orang.

ADVERTISEMENT

"Sebulan paling hanya terjual sekitar 3-5 keroncongan sapi saja," kata Karsa.

Satu keroncongan sapi dia jual mulai dari harga Rp 100 ribu, tergantung ukurannya. Meski penghasilannya per bulan tidak terlalu tinggi, ia tetap bersyukur.

Saat ini ia tinggal bersama ibu dan ayahnya yang sudah tua dan tidak mampu bekerja lagi. Karsa kerap dibantu oleh saudaranya yang lain.

"Untuk kebutuhan hidup sehari-hari saya dibantu oleh kakak saya karena kalau hanya mengandalkan dari penghasilan saya saja pasti tidak cukup," imbuhnya.




(iws/iws)

Hide Ads