Puasa Tarwiyah jatuh pada 8 Dzulhijjah atau besok, Jumat (8/7/2022). Sebelum melaksakan puasa, simak bacaan niat puasa Tarwiyah yang perlu dipahami muslim bagi yang hendak berpuasa sunnah pada hari Tarwiyah.
Dilansir dari detikEdu, menurut Dr. Muhammad Utsman Al-Khasyt, dkk dalam buku Haji dan Umrah Wanita, istilah Tarwiyah mengandung arti membawa bekal air. Makna tersebut merujuk pada jemaah haji yang membawa bekal air zam-zam sebagai persiapan menuju Mina dan Padang Arafah pada hari Tarwiyah.
"Ketika telah tiba hari Tarwiyah, mereka (Nabi Muhammad SAW dan para sahabat) bertolak menuju Mina seraya berihram untuk haji," (HR Muslim).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi muslim yang tidak menunaikan ibadah haji dapat mengerjakan amalan sunnah puasa Tarwiyah pada waktu tersebut. Dalil yang menyebutkan tentang amalan puasa Tarwiyah seperti dinukil dari Ibnu Abbas RA yakni,
صوم يوم التروية كفارة سنة وصوم يوم عرفة كفارة سنتين
Artinya: "Puasa hari Tarwiyah menghapus dosa setahun dan puasa Arafah menghapus dosa dua tahun," (HR Ibnu Hibban).
Di samping itu, puasa Tarwiyah termasuk dalam kelompok puasa di bulan Dzulhijjah yang tidak pernah ditinggalkan Rasulullah SAW. Hal ini dijelaskan dalam hadits yang diceritakan dari Hafshah bin Umar bin Khattab RA,
عَنْ حَفْصَةَ قَالَتْ أَرْبَعٌ لَمْ يَكُنْ يَدَعُهُنَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صِيَامَ عَاشُورَاءَ وَالْعَشْرَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغَدَاةِ
Artinya: Dari Hafshah RA, ia berkata, "Ada empat hal yang tidak pernah ditinggalkan Rasulullah SAW yaitu, puasa Asyura, puasa sepuluh hari di bulan Dzulhijjah, puasa tiga hari setiap bulan, dan dua rakaat sebelum Subuh," (HR Ahmad dan An Nasa'i).
Untuk meneladani amalan yang dicontohkan Rasulullah SAW sekaligus meraih keutamaan di dalamnya, amalan sunnah ini juga perlu diiringi dengan pengamalan tata cara dan bacaan niat puasa Tarwiyah yang tepat. Bagaimana bacaan niat puasa Tarwiyah?
Niat Puasa Tarwiyah dalam Bahasa Arab, Latin, dan Artinya
Puasa Tarwiyah termasuk dalam amalan puasa sunnah. Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jaza'iri dalam Kitab Minhajul Muslim mengatakan, niat puasa ini boleh diamalkan pada pagi atau siang hari setelah waktu fajar selama belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa.
Dengan kata lain, niat puasa Tarwiyah tidak harus dibaca pada malam hari sebelum hari berpuasa sebagaimana puasa wajib Ramadan. Keterangan ini didasarkan dari keterangan hadits yang diceritakan Aisyah RA,
هَلْ عِنْدَكُمْ مِنْ غَدَاء ؟ فقُالْنَا: لاَ. قَالَ: فَإِنيِّ إِذاً صَائِم
Artinya: "Nabi SAW masuk kepadaku pada suatu hari dan beliau bertanya, 'Apakah ada sesuatu padamu (makanan yang bisa dimakan)? Aku menjawab, 'Tidak ada,' Beliau berkata, 'Maka sesungguhnya aku puasa,'" (HR Muslim).
Untuk itu, bacaan puasa niat Tarwiyah dapat disesuaikan dengan waktu membacanya baik pada seusai waktu fajar atau pun malam hari. Mengutip buku Pintar Ibadah oleh Ustaz H. Fatkhur Rahman, berikut bacaan lengkapnya.
1. Niat Puasa Tarwiyah yang Dibaca Usai Salat Subuh
نويتُ صومَ تَرْوِيَة سُنّةً لله تعالى
Bacaan latin: Nawaitu shauma tarwiyata sunnatan lillahi ta'ala
Artinya: "Aku niat puasa sunah Tarwiyah karena Allah Ta'ala."
2. Niat puasa Tarwiyah yang Dibaca Malam Hari
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ التَّرْوِيَةِ لِلهِ تَعَالَى
Bacaan latin: Nawaitu shauma ghadin 'an adaai sunnati yaumit Tarwiyyati lillaahi ta'aalaa
Artinya: "Aku niat puasa sunnah Tarwiyah besok hari karena Allah."
Selebihnya, tata cara dan ketentuan puasa Tarwiyah tidak jauh berbeda dengan puasa-puasa lainnya. Adapun permasalahan dalam menggabung niat puasa Tarwiyah dan qadha Ramadan masih menjadi perdebatan di kalangan ulama termasuk di kalangan sahabat nabi.
Diceritakan Ibnu Rajab al Hanbali dalam Lathaif al Ma'arih, dua sahabat nabi yang memiliki pendapat berlawanan mengenai hal ini adalah Umar bin Khattab dan Ali bin Abu Thalib. Umar bin Khattab berpendapat, mengerjakan puasa ganti Ramadhan pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah adalah hari terbaik untuk beribadah.
Sementara, Ali bin Abi Thalib melarang hal tersebut karena qadha Ramadan di bulan Dzulhijjah dianggap meninggalkan fadhilah puasa sunnahnya. Untuk itu, Ali bin Abi Thalib tidak menganjurkan penggabungan niat puasa Tarwiyah dengan qadha Ramadan.
(nor/nor)