Desa Intaran Kembali Pasang Baliho Tolak Terminal LNG di 7 Titik

Desa Intaran Kembali Pasang Baliho Tolak Terminal LNG di 7 Titik

I Wayan Sui Suadnyana - detikBali
Selasa, 05 Jul 2022 22:32 WIB
Warga Banjar Adat Betngandang, Desa Adat Intaran, Denpasar, Bali, memasang baliho penolakan terminal LNG di kawasan mangrove, Selasa (5/7/2022).
Warga Banjar Adat Betngandang, Desa Adat Intaran, Denpasar, Bali, memasang baliho penolakan terminal LNG di kawasan mangrove, Selasa (5/7/2022). Foto: I Wayan Sui Suadnyana/detikBali
Denpasar -

Desa Adat Intaran kembali memasang baliho pernyataan penolakan terminal khusus (tersus) gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) di kawasan hutan bakau (mangrove) Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai, Desa Sidakarya, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali. Baliho kini dipasang oleh Banjar Betngandang, Desa Adat Intaran, di tujuh titik.

"Hari ini kegiatan serentak di wilayah tujuh titik yang ada pesisir Adat Intaran pada tanggal 5 Juli 2022. Kami memasang baliho secara serentak ini, yaitu baliho tolak terminal LNG di kawasan mangrove," kata Kelihan Adat Banjar Betngandang Desa Adat Intaran I Made Suda kepada wartawan, Selasa (5/7/2022).

Sebanyak tujuh buah baliho dipasang Banjar Adat Betngandang di Sindu Kaja, Sindu Kelod, Batu Jimbar, Semawang, Betngandang, Blanjong, dan Tanjung. Pemasangan baliho sebagai tanda pihaknya bertekad secara bulat menolak terminal LNG di kawasan mangrove.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suda mengatakan, Banjar Adat Betngandang terdiri atas 147 kepala keluarga (KK). Warga sepakat untuk menolak rencana pembangunan terminal LNG di kawasan mangrove setelah pihaknya melakukan pertemuan.

"Berdasarkan sosialisasi kami, kami tentunya mintakan pendapat dari masing-masing warga yang hadir pada saat rapat sosialisasi. Nah, tentu kami tidak mengarahkan, dikembalikan bagaimana warga kami. Pada saat rapat itu semua menyampaikan menolak," terangnya.

ADVERTISEMENT

Warga Banjar Adat Betngandang menolak karena jika terminal LNG dibangun di kawasan hutan bakau, tentunya akan merusak mangrove dan biota di dalamnya. Setelah mangrove rusak akibat proyek, maka selanjutnya dapat menimbulkan abrasi.

Berbagai akibat yang ditimbulkan oleh adanya proyek terminal LNG tersebut nantinya akan berdampak pada Desa Adat Intaran. Terlebih banyak warga Desa Adat Intaran yang menggantungkan kehidupan di pesisir dan laut.

"Ya tentunya secara umum Desa Adat Intaran (akan terdampak) ya, karena warga kami memang banyak di kawasan itu, cari penghidupan di laut lah. Apalagi kami kan daerah pariwisata juga," ujarnya.

Di sisi lain, warga Desa Adat Intaran, termasuk Banjar Adat Betngandang kini telah memiliki berbagai atribut dalam penolakan terminal LNG di kawasan mangrove. Berbagai atribut tersebut mulai dari baliho, bendesa, hingga kaos.

Suda menyebut, berbagai atribut tersebut timbul karena ada keinginan dari warga, termasuk di Banjar Adat Betngandang. Padahal pihaknya mengaku tidak pernah mengumpulkan.

"Kalau saya selaku kelihan tentu tidak ingin mengumpulkan. Nah karena ini aspirasi keinginan dari warga, kami khususnya di Betngandang ini, maka kami lakukan walaupun memang baru selesainya beberapa," tegasnya.

Berbagai atribut tersebut berasal dari dana kolektif atau dana pribadi masing-masing orang di Desa Adat Intaran. Siapa yang ingin memiliki atribut maka langsung bayar, tidak ada keharusan.

"Karena memang kami di Banjar Betngandang ini sudah dari puluhan tahun kalau ada kegiatan-kegiatan seperti ini tidak pernah memungut biaya. Misalnya kegiatan gotong royong, ada yang tidak hadir kami memang tidak memungut denda (atau) dedosan istilahnya," paparnya.




(irb/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads