Suka Duka Bos Kostum Badut Jalanan, Modal Hasil Utang-Razia Satpol PP

Suka Duka Bos Kostum Badut Jalanan, Modal Hasil Utang-Razia Satpol PP

Tim detikFinance - detikBali
Minggu, 03 Jul 2022 15:13 WIB
Manusia silver dan badut jalanan/Aulia Damayanti-detikcom
Riska, bos penyewa kostum badut jalanan. Foto: Manusia silver dan badut jalanan/Aulia Damayanti-detikcom
Bali -

Badut jalanan atau di beberapa pusat keramaian bukanlah hal yang baru lagi. Peluang bisnis penyewaan kostum badut dimanfaatkan bagi sebagian orang. Namun, banyak cerita suka duka dari bisnis penyewa kostum badut jalanan.

Salah satunya Riska, penyewa kostum badut jalanan di kawasan CBD Ciledug, Tangerang. Riska memiliki sembilan kostum badut, mulai dari tokoh kartun Upin dan Ipin hingga BoBoiBoy. Harga sewa yang ditawarkan satu kostum Rp 30 ribu per hari.

"Sehari saya sewa kostum Rp 30 ribu per hari," ujarnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Modal Hasil Utang

Modal yang dikeluarkan Riska untuk membeli kostum hasil meminjam ke orang tuanya. Awalnya Riska hanya membeli dua kostum baru di Bogor. Harga satu kostumnya sekitar Rp 1,3 juta hingga 1,5 juta.

ADVERTISEMENT

"Badutnya saya beli dari Bogor, kan banyak di sana produksi baju badut, satu kostum beli Rp 1,5 juta atau Rp 1,3 juta lah," tuturnya.

Ide awalnya menjadi penyewa kostum badut karena permintaan pengamen-pengamen di kawasan tersebut.

"Kan saya disapanya Tante ya, mereka minta 'tan beliin kostum dong, nanti kita sewa' katanya gitu. Yaudah saya kan sebelumnya koperasi, modal dari itu saya cicil beli kostum badut ini," ungkapnya.

Meski begitu, Riska yang baru saja beberapa bulan menjadi penyewa kostum ini mengaku ada barangnya yang tidak dikembalikan oleh penyewa. "Satu udah hilang kostumnya, yang kembarannya kostum Ipin itu, kan saya belinya sepasang. Satu dibawa kabur sudah 2 bulan ini saya malas carinya," ungkapnya.

Riska tetap menambahkan koleksi kostumnya dari hasil uang Sewa. Dua kostum berikutnya dia beli baru, sementara sisanya dia beli kostum bekas dari penyewa kostum lainnya.

Pemasukan Seret karena Razia Satpol PP

Sering adanya razia Satpol PP otomatis membuat pemasukannya menjadi seret. Sebab para pengamen yang menyewa kostum padanya juga terkadang enggan membayar uang sewa kostum.

"Awal-awal lancar makanya saya bisa nambah kostum. Ke sini-sini sepi, kalau pada bayar ya diterima, kalau nggak mau gimana lagi. Banyak razia Satpol PP," ungkapnya.

Namun, Riska mengatakan sebagai penyewa kostum dia belum balik modal. Mengingat hasil dari orang-orang yang menyewa kepadanya juga sedikit.

"Paling pada banyak pada bayarnya Rp 60 ribu, kalau ramai lancar Rp 90 ribu sampai Rp 100 ribu. Kalau lagi nggak jalan yaudah nganggur aja kostumnya., Itu juga modalnya belum balik. Jangan ngomongin untung dulu, modal aja belum balik," terangnya.

Riska memang awalnya berniat untuk membantu kawan-kawannya di kawasan itu untuk mencari uang. Ibu satu anak ini pun mengaku tidak masalah jika memang penyewanya belum mampu membayar. Dia mengerti bagaimana kondisi pengamen badut jalanan saat ini.

"Mau gimana kasihan, kalau ibu itu kan juga dulunya manusia silver. Jadi manusia silver juga takut ditangkap Satpol PP. Sekarang lagi banyak razia juga," tuturnya

Untuk memenuhi kehidupannya, Riska mengandalkan warung kopinya dan pemasukan dari suaminya yang supir angkot. Riska mengatakan dirinya bisa mendapatkan sewa warung dengan harga murah Rp 1,3 juta per 3 bulan.

"Ini saya dapat murah sewa warung Rp 1,3 juta per 3 bulan yang lain jutaan per bulan. Yaudah pemasukan dari sini aja atau dari suami narik angkot. Pinter-pinter sayalah mengandalkan warung untuk makan, uang dari suami untuk kebutuhan lain," tutupnya.




(nor/nor)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads