63 Kasus PMK Ditemukan di Bali, Sapi Dipotong Paksa

63 Kasus PMK Ditemukan di Bali, Sapi Dipotong Paksa

I Wayan Sui Suadnyana - detikBali
Sabtu, 02 Jul 2022 14:42 WIB
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali I Wayan Sunada saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Sabtu (2/7/2022).
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali I Wayan Sunada saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Sabtu (2/7/2022). Foto: I Wayan Sui Suadnyana
Denpasar - Sebanyak 63 kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang ternak sapi ditemukan di tiga kabupaten di Bali. Ketiga kabupaten tersebut yakni Gianyar, Buleleng dan Karangasem.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali I Wayan Sunada mengatakan, pihaknya menemukan ada sebanyak 38 kasus di Kabupaten Gianyar, 21 kasus di Buleleng dan 4 di Karangasem.

"Terkait dengan PMK di Bali memang saya tidak munafik bahwa PMK itu sudah masuk ke Bali, hanya ada 63 kasus. Kasus pertama adalah di Gianyar ada 38 kasus dan di Buleleng ada 21 kasus dan di Karangasem ada 4 kasus. Jadi jumlah keseluruhan adalah 63 kasus," kata Sunada kepada wartawan di kantornya, Sabtu (2/7/2022).

Sunada mengatakan, pihaknya melakukan pemusnahan dengan pemotongan atau stamping out terhadap sapi yang positif terjangkit PMK. Sebanyak 38 ternak sapi di Kabupaten Gianyar yang terjangkit PMK telah dimusnahkan. Setelah dimusnahkan, hingga kini belum ada temuan gejala pada sapi lainnya di lokasi tersebut.



"Jadi untuk yang di Gianyar kita sudah lakukan stamping out, memang SOP-nya seperti itu. Kita sudah lakukan stamping out, kita sudah musnahkan yang ke 38 itu dan sampai saat ini belum ada lagi bergelaja sudah bersih di sana di Gianyar itu," terangnya.

Setelah melakukan pemusnahan di Kabupaten Gianyar, lalu muncul kasus yang sama di Kabupaten Buleleng sebanyak 21 kasus. Dari 21 sapi yang terjangkit PMK, pihaknya telah melakukan pemotongan sebanyak 17 ekor sehingga hanya tersisa sebanyak 4 ekor.

Sementara itu, pihaknya belum melakukan pemotongan untuk 4 ekor sapi yang terjangkit PMK di Kabupaten Karangasem. Sunada mengatakan, timnya berencana turun ke lapangan hari ini atau besok guna melakukan pemusnahan dengan berkoordinasi terlebih dahulu dengan dinas terkait setempat serta pemilik ternak.

"Untuk yang di Karangasem kita rencananya juga lakukan stamping out, sekarang atau besok kita turun. Terkait itu kita akan melakukan koordinasi dulu dengan dinas terkait sama yang punya sapi itu," jelasnya.

Sunada mengklaim, bahwa pemotongan adalah upaya yang paling tepat untuk mencegah penularan penyakit PMK. Hingga saat ini masih hanya tersisa delapan ekor sapi yang terjangkit PMK belum dimusnahkan.

"Yang paling tepat yang kita lakukan adalah stamping out untuk menghilangkan sumber-sumber penyakit itu. Kalau sumber penyakitnya sudah kita hilangkan, Bali ini akan ke Bali lagi hijau. Hanya lagi delapan kasus saja, akan kita lakukan stamping out kok itu," tegasnya.

Menurutnya, walaupun sapi yang terjangkit PMK bisa sembuh, namun tetap bisa menularkan penyakit kepada ternak lainnya. Terlebih situasi Bali saat ini mengalami fenomena angin kencang sehingga virus lebih mudah menyebar.



"Yang paling tepat itu adalah stamping out, tidak ada lagi. Walaupun dia ternak itu sembuh nantinya, tapi dia karier masih pembawa virus itu. Itu yang paling pas itu stamping out, sumber penyakitnya yang kita hilangkan. Itu saya optimis hanya lagi delapan kasus. Astungkara yang delapan ini sesegera mungkin kita lakukan pemusnahan," kata dia.

Sebelum dilakukan pemusnahan, sapi yang terjangkit PMK dilakukan isolasi sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang ada. Karena diisolasi, ternak tersebut tidak boleh dibawa ke mana-mana dan dilakukan pemotongan secepat mungkin.

"Itu ada SOP-nya itu, sudah kita lakukan ternak itu tidak boleh ke mana-mana, tidak boleh melakukan pergerakan ke manapun, tidak boleh. Kita lakukan pemotongan secepat mungkin supaya penyakit ini (musnah). Ini virus, apalagi angin kencang ini, virus itu dibawa oleh angin juga," paparnya.


(nor/nor)

Hide Ads