Beternak ayam petelur adalah bisnis yang menggiurkan. Keuntungannya bisa berlipat saat harga naik. Tetapi juga banyak risiko, salah satunya bau dan lalat dari peternakan. Sehingga tidak jarang masyarakat sekitar mengeluhkan lalat dan bau dari peternakan. Solusi semua risiko itu sebenarnya mudah, seperti yang dilakukan peternak ayam petelur di Desa Kaliakah, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali.
Peternakan ayam petelur dikombinasikan dengan budidaya maggot. "Manfaatnya banyak dengan kombinasi ternak ayam petelur dengan budidaya maggot ini," kata Hasib Sucipto, pemilik peternakan ayam petelur kepada detikBali, Minggu, (5/6/2022).
Manfaatnya, yang bisa dilihat dari kualitas telurnya lebih keras kulit cangkangnya, sehingga tidak mudah pecah. Terlihat warna telur lebih coklat dibandingkan dengan telur ayam broiler lain. Selain itu, kebutuhan makanan untuk ayam bisa berkurang. Karena maggot dewasa bisa diberikan langsung pada ayam. "Saya campur pakan ayamnya. Tidak hanya sentrat, maggot 10 persen," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maggot juga bisa digunakan untuk makanan ikan dan burung. Pemilik rumah makan ini menggunakan maggot untuk makanan ikan lele dan ikan lain yang digunakan untuk warung makan. Pakan ayam jika hanya menggunakan pelet atau sentrat, dalam sebulan Hasib Sucipto bisa menghabiskan Rp 6 juta. Namun, jika ditambah maggot bisa menghemat biaya pengeluaran pakan sekitar Rp 1 juta. Karena maggot bukan pakan utama, tetapi hanya tambahan makanan.
Sedangkan untuk ikan lele, bisa menghemat hingga Rp 1,2 juta. Karena biasanya, tanpa menggunakan maggot dalam tiga hari bisa menghabiskan satu karung pakan ikan lele dengan harga Rp 300 ribu. Sedangkan dengan tambahan pakan maggot, dalam seminggu hanya sekali beli pelet pakan ikan. "Makanan untuk lele separuhnya menggunakan maggot," tambahnya.
Sementara itu, budidaya maggot di bawah kandang ayam. Tujuannya, agar maggot memakan kotoran ayam, sehingga bisa menghilangkan bau dan tidak akan ada lalat dari peternakan. Pengusaha yang disapa Cipto ini menjelaskan siklus maggot yang dibudidayakan. Lalat tentara hitam atau black soldier fly (BSF) diletakkan dalam kandang khusus untuk bertelur. Lalu telur dipindah ke wadah lain agar menetas.
Telur yang menetas menjadi larva, setelah usia larva sekitar dua hari dipindah ke bawah kandang ayam. Larva yang sudah jadi maggot ini memakan kotoran ayam untuk menghilangkan bau dan lalat. Kemudian maggot dewasa sudah bisa digunakan untuk pakan ayam dan ikan. Sebagian lagi dijadikan lalat tentara hitam untuk bertelur lagi. "Siklusnya cepat sekitar sebulan dan tidak perlu beli lagi maggot," tukasnya.
Peternakan ayam petelur yang dikombinasikan dengan budidaya maggot ini, sudah sering menjadi percontohan peternak ayam petelur dan ayam potong di Bali. Banyak peternak ayam datang untuk belajar budidaya maggot karena peternakannya sering dikeluhkan warga sekitar.
(nor/nor)