Museum Subak Tabanan Uji Coba Teknologi AR

Museum Subak Tabanan Uji Coba Teknologi AR

Chairul Amri Simabur - detikBali
Minggu, 05 Jun 2022 02:35 WIB
Kepala Museum Subak Tabanan, Ida Ayu Nyoman Ratna Pawitrani, menunjukkan tampilan AR pada salah satu koleksi.
Kepala Museum Subak Tabanan, Ida Ayu Nyoman Ratna Pawitrani, menunjukkan tampilan AR pada salah satu koleksi. Foto: Chairul Amri Simabur/detikBali
Tabanan -

Museum Subak Tabanan sedang mengujicobakan penerapan teknologi augmented reality (AR) atau realitas berimbuh ke sejumlah koleksinya.

Dengan teknologi ini, pengunjung akan memperoleh informasi mengenai beberapa koleksi museum dari narator dengan tampilan tiga dimensi melalui telepon seluler setelah memindai QR code atau kode batang.

Sayangnya, teknologi ini baru bisa dicicipi dengan mengunduh aplikasi Augmented Reality Subak di Playstore. Sementara aplikasi untuk telepon seluler berplatform IOS belum tersedia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Uji coba teknologi ini sudah mulai dilakukan sejak Jumat (3/6/2022), pada tujuh koleksi Museum Subak.

Penerapan teknologi AR ini merupakan kerja sama Museum Subak dengan Kelompok Riset Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksa) Buleleng.

ADVERTISEMENT

"Kami ingin salah satu tren teknologi ini bisa memberi pengalaman berkunjung yang menarik bagi para siswa atau mahasiswa," ujar pimpinan Kelompok Riset Penerapan AR di Museum Subak, Ketut Agustini, Sabtu (4/6/2022).

Ia menyebutkan, teknologi realitas di masa sekarang sudah sangat beragam. Teknologi AR merupakan salah satunya yang sudah banyak diterapkan pada beberapa museum di luar negeri.

"Penerapan teknologi AR ini arahnya nanti meningkatkan kunjungan museum tetapi dengan memberikan pengalaman baru," imbuh perempuan yang juga dosen informatika ini.

Agustini menuturkan, proses penerapan teknologi AR pada koleksi-koleksi Museum Subak ini sudah digagas sejak 2021 lalu. Namun, baru pada tiga bulan lalu, kelompok riset terdiri dari lima orang ini membuat permodelan tiga dimensi dari sejumlah koleksi museum.

Proses pembuatan permodelan tersebut memanfaatkan software tiga dimensi. Sama seperti membuat aset game. Karena itu, sambung Agustini, penerapan teknologi AR ini masih akan terus dikembangkan. Sejauh ini baru ada tujuh koleksi yang dilengkapi kode batang.

"Ini baru tahap awal. Kode batang untuk koleksi lainnya juga sedang dibuat. Termasuk aplikasi untuk telepon seluler berbasis IOS," jelasnya.

Sementara itu, Kepala Museum Subak Tabanan, Ida Ayu Nyoman Ratna Pawitrani, menyebutkan bahwa pihaknya memang antusias menerapkan teknologi ini.

"Karena kami ingin museum ini tidak terkesan sebagai tempat yang monoton," sebutnya.

Dengan penerapan teknologi AR, kata Ratna Pawitrani, ada pengalaman baru yang bisa dirasakan pengunjung saat berkunjung ke museum.

"Menambah nilai atraktif dari sebuah museum. Meski koleksi museum ini kuno, kusam, tapi kami ingin menampilkan secara modern," ujarnya.

Sehingga, lanjut Ratna Pawitrani, generasi muda tertarik datang ke museum dan melihat tiap koleksi secara atraktif. Sepengetahuannya, teknologi AR baru diterapkan di Museum Bali dan Museum Neka.

"Tidak membosankan. Apa sih kegunaan alat ini? Mereka dapat penjelasan dan gambaran langsung lewat HP. Apalagi semua orang sekarang pegang HP," pungkasnya.




(irb/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads