SMA Bali Mandara melakukan berbagai inovasi untuk mewujudkan lulusan yang unggul dan berkualitas. Pasalnya selain berasal dari keluarga kurang mampu, kebanyakan siswa di SMA Bali Mandara ternyata memiliki kemampuan akademik yang rendah pada saat awal masuk sekolah.
Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) Bidang Humas SMA Bali Mandara I Gusti Bagus Weda Sanjaya mengungkapkan dari segi kemampuan akademik, anak-anak yang berasal dari keluarga miskin ini, memang sangat jauh di bawah, namun sebenarnya bukan berarti mereka bodoh. Menurutnya, keadaan yang membuat mereka seperti itu, ditambah lagi fasilitas yang tidak mendukung dalam proses pembelajaran.
Bahkan banyak diantaranya tidak berani memiliki cita-cita yang tinggi lantaran merasa dirinya berasal dari keluarga kurang mampu. Maka pihak sekolah selain mentransfer ilmu seperti sekolah lainnya, juga melakukan berbagai inovasi untuk meningkatkan kecerdasan dan kepercayaan diri para siswa SMA Bali Mandara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi memang yang kita kerjakan di sekolah itu dari input-an siswa. Rata-rata tiap tahun itu bisa 75 persen sampai 85 persen input-an kita itu ada di bawah rata-rata dari kemampuan akademik, sehingga kami di sekolah berusaha membuat program-program inovatif yang bisa mendukung perkembangan anak ini" kata Bagus Weda, Kamis (2/6/2022).
Program di SMA Bali Mandara untuk Hasilkan Alumni Berkualitas
Ia menceritakan beberapa program yang dilaksanakan selama ini lebih banyak difokuskan untuk melatih karakter dan akademik siswa. Seperti salah satunya yakni program bernama 'foundation'. Dimana dalam program ini dilaksanakan selama 1 bulan penuh, sebelum dimulainya pembelajaran sesuai kurikulum.
Dalam program ini, siswa diberikan pendalaman materi terkait dengan matematika dasar, Bahasa Inggris dasar, pengenalan riset, presentasi sampai cara penyampaian gagasan. Program ini dilakukan untuk memberikan pemahaman dasar kepada siswa sehingga siap untuk menerima pembelajaran sesungguhnya.
"Setelah kita korbankan 1 bulan diawal untuk program foundation ini, kecepatan anak-anak belajar malah lebih cepat, lebih siap mereka. Karena foundation ini lah yang kita dasari dulu sehingga merata sesuai dengan kebutuhannya di sini" jelasnya.
Kemudian untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa sehingga bisa bermimpi setinggi-tingginya, pihak sekolah menerapkan program yang dikenal dengan sebutan 'the calling'. Dalam program the calling ini dibagi atas dua rangkaian yakni 'time capsule' dan 'bon fire'.
Pada mulanya siswa akan disuruh untuk menulis cita-cita mereka di dalam secarik kertas yang nantinya akan dimasukkan ke dalam botol kaca dan dikumpulkan di dalam satu kotak besar dari kayu yang bernama 'the calling chest'.
Dalam mencapai mimpi pasti masih ada kecemasan. Maka untuk menghilangkan kecemasan itu, pihak sekolah akan mengadakan kegiatan bon fire (api unggun). Dimana setiap permasalahan yang mereka mungkin hadapi ke depan ditulis di selembar triplek.
"Itu mereka tulis pakai kapur, misalnya tidak percaya diri, atau anak yatim atau sering emosi, apapun permasalahan mereka, mereka tulis sebanyak-banyaknya di selembar triplek itu, lalu triplek itu dipatahkan, sambil berteriak 'I Can Because I Believe I Can'. Sambil disemangati oleh teman-temannya. Itu memberi efek secara psikologis bahwa tidak ada halangan yang bisa menggagalkan dia menggapai mimpi," terangnya.
Kegiatan Pengembangan Soft Skill
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa di SMA Bali Mandara juga ada program yang bernama guru kecil. Dimana guru kecil ini merupakan siswa yang ada di SMA Bali Mandara. Guru kecil bertugas untuk mendampingi guru pengajar dalam mengajar seperti halnya asisten dosen di tingkat perkuliahan.
Bilamana guru pengajar tidak bisa mengajar maka guru kecil lah yang akan menggantikan posisinya, jadi tidak ada istilah kelas kosong di SMA Bali Mandara.
"Sistemnya mendaftar tidak menunjuk, di setiap Mapel (mata pelajaran) yang ada. Kita harapkan merata, itu di SK-kan oleh kepala sekolah. Pada prinsipnya ketika siswa menjadi guru kecil dia akan belajar duluan, dan bisa memahami lebih banyak materi yang diajarkan. Diakhir akan diberikan piagam. Tidak jarang dengan modal itu mereka bisa memberikan les privat di sekolah-sekolah karena telah terbiasa menemani teman-temannya belajar. Itu biasanya dilakukan oleh lulusan sambil kuliah" jelasnya.
Kemudian untuk ekstrakurikuler SMA Bali Mandara memiliki sangat banyak ekstrakurikuler. Total ada sekitar 54 ekstrakurikuler yang disediakan oleh sekolah untuk menunjang pengembangan soft skill yang dimiliki siswa.
Disaat jam belajar kosong siswa juga dapat menggunakan berbagai fasilitas yang dimiliki oleh sekolah, seperti perpustakaan, ruang musik, sampai dengan tempat olahraga. Siswa juga boleh untuk me-request guru, untuk didampingi belajar dari jam 19.00 Wita sampai 21.00 Wita. Selain itu siswa juga dilatih untuk memiliki kejujuran, dan bertanggungjawab.
"Kalau dihari normal setelah pembelajaran akademik mereka mempunyai waktu luang dari jam 4 sore sampai jam 9 malam. Kemudian setiap jam 5 setiap harinya itu kita akan dorong mereka untuk ikut berbagai ekstra yang kita miliki seperti ekstra beladiri, ekstra seni, sampai ekstra tentang akademik atau klub, itu sampai jam 6 sore selesai lanjut mereka makan, dan dilanjutkan dengan kegiatan mandiri," katanya.
Prestasi Siswa SMA Bali Mandara
Weda menambahkan bahwa setiap siswa juga memiliki kewajiban untuk melakukan riset, terkait dengan karya ilmiah. Siswa di jurusan ilmu alam dan ilmu sosial mendapatkan kesempatan yang sama untuk melakukan riset.
Sejauh ini SMA Bali Mandara sudah memiliki 11 buah hak cipta dari riset yang sudah dilakukan oleh siswa dan alumni SMA Bali Mandara. Salah satunya yakni alat pendeteksi cuaca yang lolos hingga ke tingkat internasional.
Setiap tahun SMA Bali Mandara adalah sekolah terbanyak yang mengirim karya ilmiah ke Kopsi (kompetisi penelitian siswa Indonesia). "Dari hasil itu setiap tahun pasti ada saja medali emas 1 atau 2 itu setiap tahun ada, kemudian dari penelitian-penelitian itu ada 11 hak cipta dari karya ilmiah anak-anak" ungkapnya.
Kemudian ketika ditanya soal apakah program-program itu akan dilanjutkan ke depannya, Weda mengatakan akan berusaha untuk menanamkan itu kepada para siswa. Menurutnya hanya skema yang perlu diubah mengingat SMA Bali Mandara telah diubah menjadi sekolah reguler oleh Pemprov Bali.
"Tetap kita akan usahakan, untuk dilaksanakan, cuma nanti skemanya yang kita perhatikan karena karakteristik sekolah berasrama dan tidak itu berbeda, contohnya the calling kita adakan jam 7 malam, nanti kita akan sesuaikan lebih ke siang atau sore, kalau foundation lebih memungkinkan untuk dilaksanakan karena kita kini menggunakan kurikulum merdeka. Termasuk apel makan akan kita laksanakan, tinggal teknisnya saja yang nanti kita perhatikan" tukasnya.
(kws/kws)