SMA Negeri Bali Mandara dikenal sebagai sekolah eksklusif bagi siswa dengan background kurang mampu atau miskin. Namun kini sekolah yang terletak di Bali Utara itu diubah 'statusnya' menjadi sekolah reguler oleh Pemprov Bali.
Sebelum diubah, SMA Negeri Bali Mandara tidak hanya menerima siswa dari Kabupaten Buleleng saja, melainkan dari seluruh wilayah Bali. Banyak siswa kurang mampu berbondong-bondong ingin masuk ke sekolah ini. Pasalnya sekolah negeri di bawah naungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali ini tidak memungut biaya sepeser pun dari siswa.
Pola layanan pendidikan yang digunakan yakni dengan sistem asrama. Jadi, seluruh keperluan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar hingga kebutuhan hidup selama menempuh di SMA Negeri Bali Mandara sudah ditanggung dan dibiayai oleh pemerintah, mulai dari biaya makan, pakaian, hingga kebutuhan lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak berdiri tahun 2011, sekolah ini telah menghasilkan banyak lulusan yang berkualitas dan memiliki prestasi membanggakan, baik di kancah nasional maupun internasional.
Total ada sekitar 750 siswa miskin yang telah lulus dari SMA Negeri Bali Mandara. Ada yang sudah bekerja, dan tidak sedikit yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
"Dari 750 alumni itu, 30 orang yang bekerja sedangkan 720 orang alumni lainnya melanjutkan pendidikan, baik di sekolah kedinasan ataupun di perguruan tinggi negeri atau swasta, tapi perguruan tingginya lebih banyak yang swasta untuk mendapatkan beasiswa dan biaya pendidikan" ujar Mantan Kepala Sekolah SMA Negeri Bali Mandara, I Nyoman Darta, Selasa (31/5/2022).
Sejarah SMA Bali Mandara
Nyoman Darta menuturkan bahwa SMA Negeri Bali Mandara didirikan pada tahun 2011 oleh Pemprov Bali, melalui kerjasama dengan Yayasan Putera Sampoerna. Selanjutnya, dari perjanjian yang disepakati itu, Pemerintah Provinsi Bali berkewajiban untuk menyiapkan kebutuhan fisik sekolah seperti lahan, bangunan, dan fasilitas pendukung lainnya.
Sedangkan pihak Yayasan mempunyai kewajiban untuk menyiapkan biaya operasional biaya makan dan minum, buku-buku, pakaian seragam siswa, alat-alat laboratorium, pakaian seragam siswa, biaya kegiatan non akademik dan gaji guru serta pegawai.
"SMA Negeri Bali Mandara itu berdiri tahun 2011, pada awalnya SMA Negeri Bali Mandara ini terjadi proses Kerjasama dengan Yayasan putera sampoerna. Perjanjian kerjasamannya 5 tahun, tetapi di tahun pertama sudah berhenti karena dianggap SMA Negeri Bali Manda telah mandiri, tetapi untuk kelas 10 yang diterima tahun pertama itu dilanjutkan pembiayaan operasionalnya sampai tamat, namun kelas 10 berikutnya tidak dibiayai. Ditahun kedua sudah dibiayai oleh APBD Provinsi Bali" jelasnya.
Kondisi Gedung Sekolah SMA Bali Mandara
Lanjut Darta menceritakan, ditahun pertama sekolah berdiri, pihaknya banyak mengalami kesulitan lantaran gedung sekolah belum siap. Gedung sekolah SMA Negeri Bali Mandara dulunya merupakan bekas Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) yang kondisinya sudah mengalami kerusakan yang parah, akibat tidak difungsikan dalam kurun waktu yang lama.
Saat itu kondisinya sangat memprihatinkan karena bangunan belum siap, seperti asrama dan ruang kelas, serta hanya ada satu unit kamar mandi. Sehingga siswa angkatan pertama yang saat itu jumlahnya 75 orang, harus tidur di ruang aula yang kondisinya sangat rusak. Dengan disekat lemari untuk membedakan siswa putri dan siswa putra.
Para guru pun bertugas mengawasi keadaan ruangan segara bergantian. "Karena kamar mandinya cuma satu, anak-anak itu mandi dari pukul dua malam dengan harapan besok pagi sudah semua bisa mandi. Itu terjadi kurang lebih 3 sampai 4 bulan pertama, kamar mandinya juga tidak ada pintu dan harus ditutup dengan triplek. Begitulah perjuangan kita diawal," tukasnya.
SMA Bali Mandara Membuka Pendaftaran Peserta Didik Baru
Kini SMA Negeri Bali Mandara akan membuka pendaftaran peserta didik baru untuk tahun ajaran 2022/2023. Akan tetapi saat ini tidak semua diperuntukan untuk siswa miskin.
Dimana ditahun ajaran baru ini, sekolah negeri di bawah naungan Pemprov Bali ini akan menerapkan sistem zonasi untuk pertama kalinya dalam penerimaan peserta didik baru.
Hal itu mengingat kebijakan Pemprov Bali baru-baru ini telah mengubah status SMA Negeri Bali Mandara menjadi sekolah reguler (umum), sama seperti sekolah lainnya yang ada di Bali.
(kws/kws)