Meski dengan senjata seadanya, operasi pendaratan gabungan pertama dalam sejarah perang kemerdekaan berhasil memukul mundur pasukan Belanda pada saat itu.
Sebagai pengingat perang laut di Selat Bali itu, diabadikan dengan Monumen Operasi Lintas Laut Jawa - Bali. Lokasinya tepat di pinggir Jalan Denpasar - Gilimanuk, di kawasan hutan Cekik, Taman Nasional Bali Barat, Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya, Kebupaten Jembrana, Bali.
Dalam kawasan monumen terdapat dua tank. Depan pintu masuk monumen terdapat dua buah ranjau laut, depan monumen juga terdapat dua ranjau dan rudal. Semua perlengkapan dan senjata yang ada di monumen tersebut asli. Konon, pernah digunakan saat perang.
Untuk mengenang perang laut pertama mempertahankan kemerdekaan Indonesia, kita bisa mengunjungi monumen ini.
Bisa dilihat, sebelum naik ke atas patung jangkar kapal, kita dapat melihat gambar sejarah pertempuran pejuang pada dinding-dinding monumen yang dipagari patung senjata dan bambu runcing. Serta di bagian belakang monumen terdapat prasasti besar bertuliskan setidaknya 290 nama para pejuang saat itu.
Para generasi muda bisa mengunjungi tempat ini agar para pewaris negeri ini tidak kehilangan arah dan lebih menghargai pengorbanan para patriot sehingga menumbuhkan rasa kebangsaan.
Sejarah perang laut pertama yang dipimpin Markadi, yang saat itu masih berpangkat kapten, diabadikan dalam sebuah buku yang disusun Samekto dan Abdul Madjid, dengan judul Buku Kenangan Operasi Lintas Laut Jawa-Bali 1946-1947 oleh Pasukan TKR Laut Pimpinan Markadi, Bermain dengan Maut Demi Nusa dan Bangsa.
Menyadur dari buku, dikisahkan, saat misi pengiriman kekuatan ke Bali, terjadi peristiwa pertempuran di Selat Bali.
Seiring semakin melemahnya kekuatan Tentara Rakyat Indonesia (TRI) Sunda Kecil di Bali. Markas Besar TRI yang berada di Yogyakarta memutuskan untuk memperkuat Tentara Rakyat Indonesia Sunda Kecil yang dipimpin oleh I Gusti Ngurah Rai, dengan bantuan senjata dan amunisinya.
Dikisahkan, Pasukan M berangkat dari pelabuhan Banyuwangi dengan 13 jukung dan 3 perahu. Pada pukul 23.00, perahu mengalami kerusakan mesin menyebabkan terkatung katung di tengah laut.
Sebelum matahari naik, pada 4 April 1946 sekitar pukul 06.00, tiba-tiba dari arah tenggara muncul kapal patroli Belanda yang besar.
Melihat kehadiran musuh, Kapten Laut Markadi langsung membuka seragam dan menyembunyikan senjata, bermaksud menyamar sebagai nelayan. Kapten Markadi sempat berteriak nelayan pada komandan kapal Belanda.
Ketika sudah dekat dengan kapal patroli Belanda, Kapten Markadi langsung memerintahkan pasukannya untuk menembak kapal musuh hingga tenggelam.
Kemudian bantuan pasukan musuh berdatangan. Pasukan M juga menghadang kapal kedua dengan senapan mesin, sehingga kapal tersebut tidak bisa mendekat.
Di bawah pimpinan Kapten Laut Markadi, Peristiwa Operasi Lintas Laut Jawa - Bali yang dikenal dengan Pasukan M, mampu menempuh rute laut dengan menerobos blokade musuh.
Setelah kapal pertama yang diserang akhirnya terbakar dan tenggelam, Kapten Markadi pun memerintahkan kapal berputar halauan kembali menuju Banyuwangi.
Kemudian pada malam harinya, Kapten Laut Markadi beserta pasukannya kembali naik perahu dan berhasil mendarat di Pantai Melaya.
(irb/irb)