Ratusan umat Buddha tampak mulai berdatangan ke Vihara Buddha Sakyamuni (VBSM), Denpasar, pada Senin (16/5/2022) sore.
Mereka tengah bersiap-siap untuk melaksanakan puja bakti. Salah satu umat Buddha yang ditemui detikBali, yakni Liana Eka Putri.
Dirinya mengaku telah dua tahun lamanya merayakan Waisak secara daring alias dalam jaringan atau online.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setelah Corona ini pertama kalinya saya bisa puja bakti di Vihara. Seneng banget karena sudah dua tahun gak pernah puja bakti offline. Akhirnya bisa kesini dan ketemu teman-teman juga disini," sebut perempuan berusia 24 tahun ini.
Liana Eka Putri mengatakan selama pelaksanaan perayaan Waisak, baik dirinya maupun umat lainnya diwanti-wanti untuk terus menerapkan protokol kesehatan selama berada di Vihara.
"Selama di sini kami wajib pakai masker, scan QR PeduliLindungi dan ukur suhu badan. Semoga dengan terus mengikuti prokes, pandemi bisa berlalu supaya kami bisa beribadah dengan tenang dan nyaman tentunya," jelasnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Perayaan Waisak VBSM, Anita Verina, mengatakan, perayaan Waisak tahun ini menjadi yang pertama kali umat bisa berkumpul kembali secara tatap muka setelah masa pandemi COVID-19.
"Tentunya kami laksanakan ini dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan secara ketat," ujar Anita Verina, ketua panitia perayaan Waisak VBSM.
Menurutnya, adapun estimasi umat yang datang hari ini lebih dari 1.000 lebih
"Ini dilihat dari kegiatan Patidana kemarin. Kira-kira jumlah umat yang datang 500 dan itu bukan upacara besar seperti Waisak ini," ungkapnya.
Dirinya menuturkan, dalam puja bakti kali ini berfokus pada Damasala.
"Kami ada kegiatan pelepasan burung atau Abayadana. Kenapa kami melepaskan burung karena kita tahu biasanya burung itu ditangkap untuk dipelihara atau dikonsumsi. Jadi, kami melepaskan burung untuk memberi kebebasan mereka ke alam. Kami memberikan rasa tidak takut atau melindungi mereka," terangnya.
Adapun jumlah burung yang dilepaskan berjumlah 120 ekor.
Menurutnya, adapun tema Trisuci Waisak 2566/2022, yakni Moderasi Beragama Membangun Kedamaian.
"Moderasi beragama menjunjung nilai kemanusiaan dan menghadirkan
keseimbangan pemahaman agama di tengah masyarakat," jelasnya.
Tambahnya, moderasi beragama sebagai jalan bijak memadukan cinta kasih dan kasih sayang serta pemahanan agama lebih terbuka terhadap perkembangan kehidupan dewasa ini.
"Sehingga moderasi beragama dapat menjauhkan sikap ekstrem bahkan pemikiran primordialisme dan intoleransi terhadap perbedaan," tambahnya.
(dpra/dpra)