Terbukti! Suhu Harian Turun saat Nyepi di Bali

Terbukti! Suhu Harian Turun saat Nyepi di Bali

Sui Suadnyana - detikBali
Selasa, 19 Apr 2022 17:09 WIB
Empat orang peneliti tentang Nyepi mendapatkan penghargaan EU Star Award.
Empat orang peneliti tentang Nyepi mendapatkan penghargaan EU Star Award. (Foto: Sui Suadnyana/detikBali)
Denpasar -

Penelitian yang dilakukan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di Bali membuktikan bahwa Hari Raya Nyepi begitu bermanfaat bagi lingkungan. Berdasarkan hasil riset, Nyepi telah mampu menurunkan tren suhu harian.

Penelitian bertajuk "Dampak Hari Raya Nyepi dalam Pengukuran Parameter Cuaca di Stasiun Pengamatan Sinoptik di Bali" dilakukan dengan mengambil data di empat stasiun pengamatan sinoptik di Bali, yakni Denpasar, Ngurah Rai, Jembrana dan Karangasem.

"Tren suhu rata-rata harian menurun selama Nyepi untuk semua stasiun," demikian tertulis dalam bahan presentasi penelitian tersebut yang diterima detikBali dari Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar Dwi Hartono, Selasa (19/4/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain mengukur rata-rata suhu udara harian, penelitian ini juga turut meriset rata-rata harian kelembapan udara.

Dijelaskan, bahwa data yang digunakan adalah suhu udara rata-rata harian, lama penyinaran matahari, dan kelembaban udara rata-rata diambil pada Hari Raya Nyepi dari 1999 hingga 2020. Sebagai perbandingan, digunakan data dua hari sebelum dan sesudah Nyepi.

"Berdasarkan data 22 tahun di empat titik lokasi, diperoleh bahwa suhu udara pada rentang lima hari berfluktuasi dan menunjukkan tren penurunan suhu rata-rata harian selama Nyepi untuk semua stasiun," jelas penelitian tersebut.

Kemudian, pengaruh Nyepi terhadap peningkatan kelembaban udara rata-rata harian hanya terlihat di Stasiun Meteorologi Ngurah Rai. Rata-rata rasio suhu terhadap sinar matahari saat Nyepi serta dua hari sebelum dan sesudah Nyepi menunjukkan bahwa rasio terendah terjadi di Stasiun Geofisika Denpasar dan Stasiun Klimatologi Jembrana.

"Dampak paling signifikan terjadi di Stasiun Geofisika Denpasar dan tidak ada dampak Nyepi di Obervator Pos Karangasem," terang penelitian tersebut.

Dijelaskan lagi dalam bahan presentasi penelitian tersebut, Nyepi merupakan aktivitas langka di dunia yang hanya ada di Bali. Semua aktivitas manusia di luar ruangan berhenti selama sehari.

Karena itu, penelitian ini menggunakan Nyepi untuk mengukur dampaknya terhadap perubahan pengukuran parameter cuaca di Bali. Tujuan dari penelitian ini guna melihat pengaruh Hari Raya Nyepi terhadap perbandingan suhu rata-rata harian terhadap lama penyinaran matahari serta kelembaban udara rata-rata harian pada empat stasiun sinoptik di Bali.

Untuk diketahui penelitian ini dilakukan oleh tim riset BMKG di Bali yakni I Putu Dedy Pratama, Pande Komang Gede Negara, Putu Eka Tulistiawan dan I Ketut Sudiarta.

Penelitian ini berhasil mendapatkan penghargaan European Union (EU) Star Award.




(kws/kws)

Hide Ads