Kisah Anggota Brimob Polda NTB Bangun Sekolah Gratis di Senggigi

Kisah Inspiratif

Kisah Anggota Brimob Polda NTB Bangun Sekolah Gratis di Senggigi

Ahmad Viqi - detikBali
Minggu, 11 Feb 2024 18:45 WIB
Aipda Muzakki, anggota Satuan Brimob Polda NTB bersama guru dan siswa di Yayasan Riyadlul Wardiyah Abdul Mugni, Minggu (11/2/2024). (Ahmad Viqi/detikBali)
Foto: Aipda Muzakki, anggota Satuan Brimob Polda NTB bersama guru dan siswa di Yayasan Riyadlul Wardiyah Abdul Mugni, Minggu (11/2/2024). (Ahmad Viqi/detikBali)
Lombok Barat -

Nama Aipda Muzakki, anggota Satuan Brimob Polda NTB begitu familiar di telinga warga Dusun Kerandangan, Desa Senggigi, Kecamatan Batulayar, Lombok Barat. Anggota Brimob kelahiran 1984 ini membangun Yayasan Riyadlul Wardiyah yang bergerak di bidang pendidikan anak kurang mampu di Desa Senggigi.

Kepala Sekolah MI Yayasan Riyadlul Wardiyah Abdul Mugni mengatakan pembangunan yayasan ini diinisiasi oleh Muzakki pada 2004. Yayasan dengan luas 3.000 meter persegi (30 are) itu dibangun di atas lahan yang dihibahkan oleh keluarga Muzakki pada 1996 silam.

"Lahan ini adalah milik kakeknya yang dihibahkan untuk membangun yayasan pendidikan," kata Mugni ketika ditemui detikBali, Minggu (11/2/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada 2004, masyarakat secara egaliter membantu membangun tiga gedung yayasan. Setelah berdiri, Muzakki pun ditunjuk menjadi ketua yayasan tahun 2005.

"Saat itu dia baru lulus menjadi anggota polisi. Dia mendampingi kami pada proses pengelolaan yayasan sampai sekarang," cerita Mugni.

ADVERTISEMENT

Mugni bercerita awalnya Yayasan Riyadlul Wardiyah dibangun karena banyak anak-anak di Dusun Kerandangan yang tidak bisa mengakses pendidikan gratis. Atas kebutuhan itu yayasan ini menjadi alternatif anak-anak mendapatkan sekolah secara gratis tanpa dipungut biaya.

"Banyak anak-anak yang mulanya kesulitan mengakses pendidikan gratis, kami tampung di yayasan tersebut. Jadi Muzakki terus yang membantu mengelola keuangan yayasan ini," katanya.

"Niat awalnya karena Senggigi juga kan banyak orang barat berwisata, kami ingin anak-anak di sini tidak tergerus oleh adat budaya barat," lanjut Mugni.

Sebelum yayasan mendapatkan dana Bantuan Operasional (BOS) pada 2010, pendanaan yayasan berasal dari uluran tangan para dermawan. Antara tahun 2006-2009, biaya pendidikan dan gaji guru diperoleh dari sumbangan para pengusaha yang ada di kawasan wisata Senggigi, Lombok Barat.

"Saya ingat betul saya dengan Muzakki meminta dana dengan mengajukan proposal ke berbagai pengusaha. Awalnya kami dapat Rp 6 juta untuk biaya operasional waktu itu," katanya.

Setelah diajukan ke dinas pendidikan, seluruh siswa akhirnya bisa menerima dana BOS tahun 2010. Dengan dana tersebut, lanjut Mugni, biaya operasional pendidikan mulai berjalan normal.

"Memang anak-anak yang sekolah ini kurang mampu. Jadi kami tidak pungut biaya apapun," katanya.

Ambruk Akibat Gempa 2018

Mugni mengatakan Riyadlul Wardiyah telah melalui dua kali masa-masa sulit. Pada Agustus 2018 lalu, dua bangunan Yayasan Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah (MI dan MTs) ini ambruk akibat gempa bumi.

Kala itu bangunan yayasan baru dibangun dengan memiliki 12 ruang kelas. Baik di tingkat Raudhatul Athfal (RA) merupakan jenjang pendidikan anak usia dini (yakni usia 4-6 tahun), MI dan MTs.

"Gempa waktu itu hanya menyisakan dua ruangan saja. Kantor dan ruangan TU. Selain itu semua roboh," katanya.

Pasca gempa bangunan yayasan kembali dibangun mengandalkan sumbangan dari berbagai lembaga. Kala itu Mugni dan Muzakki harus memutar otak agar yayasan yang sudah berdiri 14 tahun dapat berdiri lagi. Bahkan, selama masa tanggap darurat semua siswa belajar menggunakan tenda.

"Kami dapat penanganan dari salah satu lembaga non pemerintah dari Surabaya. Di sana dibangun lagi," katanya.

Saat ini jumlah siswa yang mendapat sekolah gratis di yayasan sebanyak 198 siswa. Di antaranya MI (111 siswa), RA (22), dan MTs (65). Ada pun jumlah guru yang bekerja di yayasan yang dibangun oleh Muzakki itu sebanyak 15 orang dengan 1 orang sebagai PNS.

Sementara, anggota Kompi IV Batalyon A Satuan Brimob Polda NTB Lombok Barat Aipda Muzakki mengaku niat membangun yayasan ini merupakan pesan dari sang kakek. Selain itu banyaknya anak-anak nelayan dan anak-anak di Dusun Kerandangan yang memiliki permasalahan sosial.

"Umumnya, masalah ini berkaitan erat dengan nilai atau norma-norma yang berlaku. Jadi kenapa tidak kami bangun sekolah mendidik anak-anak ini menjadi orang yang memiliki cita-cita," ujarnya.

Menurut Muzakki, pembangunan yayasan itu murni atas dasar keinginan keluarganya. Menjadi ketua yayasan, aktivitas di yayasan tidak mengganggu waktu berdinas di Satuan Brimob Polda NTB.

"Kami tahu pendidikan adalah hal utama yang dibutuhkan oleh masyarakat. Saya katakan dari yayasan ini banyak alumni yang sudah menjadi orang. Bahkan salah satu lulusannya sekarang sudah sukses menjadi anggota DPRD di Lombok Barat," tuturnya.

Dia mengaku senang membantu masyarakat setempat. Apalagi membantu memenuhi kebutuhan pendidikan dengan menyediakan Yayasan berbasis sosial dan pendidikan.

"Saya sih inginnya anak-anak di sini menjadi orang yang mulia. Bisa sekolah sampai perguruan tinggi," katanya.

Terutama, kata Muzakki, bagi anak-anak kurang mampu supaya masih bisa tetap sekolah dan tidak terputus sekolah. "Kalau bukan dengan kepedulian kita, siapa lagi yang bisa mewujudkan cita-cita mereka?" katanya.

Menurut Muzakki, ada 4 poin yang menjadi sebuah titik fokus yayasan yang dia bangun. Yakni pendidikan, ekonomi, sosial, dan kesehatan.




(nor/nor)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads