Tiga Pesepeda Indonesia Taklukkan 1.200 Km dengan Sepeda Bambu di Perancis

Denpasar

Tiga Pesepeda Indonesia Taklukkan 1.200 Km dengan Sepeda Bambu di Perancis

I Wayan Sui Suadnyana - detikBali
Minggu, 27 Agu 2023 10:34 WIB
Pesepeda asal Indonesia saat tur sepeda jarak jauh Paris-Brest-Paris 2023 di Prancis, 20-24 Agustus lalu. Mereka memakai sepeda bambu.
Pesepeda asal Indonesia saat tur sepeda jarak jauh Paris-Brest-Paris 2023 di Prancis, 20-24 Agustus lalu. Mereka memakai sepeda bambu. Foto: dok. Yayasan Bambu Lingkungan Lestari
Jakarta -

Tiga pesepeda asal Indonesia mampu menyelesaikan tur sepeda jarak jauh bergengsi Paris-Brest-Paris 2023 di Perancis yang berlangsung dari 20 hingga 24 Agustus 2023. Para pesepeda itu adalah Wisli Sagara, Bob Aria Bharuna, dan Rezki Mulia Rahmat.

Uniknya, mereka menggunakan sepeda bambu "Spedagi" hasil karya Singgih S. Kartono. Tur dengan jarak 1.200 kilometer (km) itu membuktikan sepeda yang diproduksi di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, tersebut kuat.

Wisli menjadi pesepeda bambu pertama yang melintasi garis finis pada pukul 10.00 waktu Paris, Kamis (24/8/2023). "Saya merasa terharu dan sangat terkesan oleh keramahan warga Perancis di sepanjang perjalanan," katanya melalui siaran pers dari Yayasan Bambu Lingkungan Lestari (YBLL), Sabtu (26/8/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Warga setempat, Wisli melanjutkan, menawarkan makanan dan minuman gratis pada tiga pesepeda tersebut. Bahkan, mereka antusias menyaksikan kereta angin dari bambu yang dibawanya. "Semua memuji sepeda bambu buatan Indonesia ini," ujarnya.

Wisli menyelesaikan rute 1.200 kilometer dari Paris menuju Brest dan kembali ke Paris dalam waktu 87 jam 4 menit 9 detik. Rezki dan Bob menyusul kemudian.

ADVERTISEMENT

Wisli dan Bob menggunakan sepeda bambu Spedagi tipe road bike bernama Dalanrata. Sepeda ini tidak mengalami kerusakan atau gangguan apapun selama perjalanan jarak jauh.

Menurut Bob, hambatan terbesar dalam tur tersebut adalah cuaca yang berubah-ubah. "Panas pada siang hari dan sangat dingin pada malam hari," ujar Bob.

Ketua YBLL Monica Tanuhandaru berpendapat Paris-Brest-Paris adalah momen yang tepat untuk memperkenalkan potensi bambu Indonesia ke dunia. "Keberadaan sepeda bambu di ajang tur itu merupakan momen yang berpotensi untuk mempercepat transisi energi Indonesia," tuturnya.

Saat ini YBLL bersama Spedagi sedang merancang sepeda bambu yang bisa diproduksi dalam skala besar dengan harga yang terjangkau. Hal itu dilakukan untuk mendorong gerakan bersepeda ke sekolah bagi para siswa di pedesaan Indonesia.

Untuk diketahui, Paris-Brest-Paris pertama kali diselenggarakan pada 1891 dan merupakan ajang bersepeda jarak jauh tertua di dunia. Tahun ini ada 6.720 peserta dari 71 negara yang berpartisipasi dan 40 pesepeda di antaranya dari Indonesia.

Paris-Brest-Paris menerapkan aturan swadaya sehingga para peserta tidak boleh menerima bantuan apapun dari pihak luar selama menempuh perjalanan. Berbagai kesulitan yang muncul, termasuk kerusakan sepeda, harus diatasi sendiri oleh para peserta. Para pesepeda juga harus mengatur irama dan kecepatan mereka agar mampu menyelesaikan rute 1.200 kilometer sebelum waktu maksimal 90 jam terlewati.




(gsp/gsp)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads