
Melihat Proses Pembuatan Hujan, Butuh Garam dan Awan Terbaik
Teknologi Modifikasi cuaca membutuhkan garam, kapur dan awan. Selain untuk mengatasi asap akibat karhutla, ternyata bisa untuk mengatasi kekeringan lahan.
Teknologi Modifikasi cuaca membutuhkan garam, kapur dan awan. Selain untuk mengatasi asap akibat karhutla, ternyata bisa untuk mengatasi kekeringan lahan.
Hujan hasil teknologi modifikasi cuaca turun di sejumlah daerah. Hujan buatan ini membuat titik panas (hotspot) kebakaran hutan dan lahan (karhutla) berkurang.
Kepala BNPB Letjen Doni Monardo mengatakan hampir sebanyak 50 ribu personel dikerahkan untuk menangani karhutla di enam provinsi.
Hujan buatan menjadi salah satu opsi mengatasi karhutla di Sumatera dan Kalimantan. Namun BPPT menyampaikan adanya kendala dalam menciptakan hujan buatan.
KLHK menyebut kondisi udara di Banjarmasin dan Palangkaraya pada pagi tadi lebih baik dibandingkan hari-hari sebelumnya.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) di Kalimantan dan Sumatera.
Masih ada 27 titik api di Riau. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan helikopter dan pesawat sudah disiapkan untuk padamkan api.
"Karena hujan buatan itu prioritasnya untuk lumbung pangan, sentra pangan. Sehingga kalau hujan tidak turun di sana nanti panen terganggu," kata BMKG.
"Nah itu saya mengimbau kepada Pak Gubernur untuk dibuat hujan buatan. Hujan buatan, bagaimana caranya kan bisa dari ahlinya," ucap Prasetio soal polusi di DKI.
Kekeringan terjadi di sejumlah daerah di Jawa dan NTT. Untuk mengatasi kondisi tersebut, dua pesawat disiapkan untuk pembuatan hujan buatan.