Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), Sumatera Utara (Sumut) ternyata banyak menyimpan cagar budaya. Mulai dari Sanggapati hingga sumur yang dipakai oleh keturunan Raja Sisingamangaraja.
Bagi detikers yang ingin berwisata bersama keluarga, teman atau sahabat, cagar budaya ini menjadi pilihan yang menarik. Selain berwisata, detikers juga bisa sambil belajar tentang sejarah.
Dilansir dari laman resmi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumut, setidaknya ada sembilan cagar budaya yang bisa detikers kunjungi saat berada di Humbahas. Berikut detikSumut sajikan untuk para detikers:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cagar Budaya di Humbahas
1. Sanggapati Raja Sisingamangaraja V
Sanggapati Raja Sisingamangaraja V ini terletak di Desa Janji, Kecamatan Dolok Sanggul. Dalam kamus Batak, sanggapati berarti sebuah patung dewa yang menyerupai Pangulubalang atau pelindung kampung.
Sanggapati di Desa Janji ini merupakan warisan peninggalan dari Raja Sisingamangara V. Lokasi sanggapati ini berjarak sekitar 3,3 kilometer dari pusat Dolok Sanggul.
Lokasi ini luasnya sekitar 1 hektare yang diperkirakan telah berusia sekitar 390 tahun. Di lokasi tersebut terdapat beberapa patung, mulai dari patung Ulubalang, patung seorang perempuan, patung seekor anjing, seekor kucing, serta ada juga pohon-pohon besar dan keramat yang sudah berusia sangat tua.
Patung-patung tersebut ditempatkan di sebuah ruang berukuran 1 x 1 meter dengan tinggi 0,5 meter dan ditutup dengan jeruji besi. Lokasi tersebut hingga saat ini masih dipelihara keturunan Raja Sisingamangaraja V serta masyarakat sekitar.
Menurut keterangan dari keturunan Raja Sisingamangaraja V, lokasi ini dulunya merupakan tempat Raja Sisingamangaraja V melaksanakan ritual.
Tradisi yang dilakukan Raja Sisingamangaraja V itu kemudian berlanjut hingga ke beberapa generasinya. Ritual itu misalnya dilaksanakan karena didasari pertanda yang muncul di lokasi sanggapati atau di Desa Janji.
Pertanda-pertanda itu, seperti runtuhnya ranting Pohon Sampinur atau masuknya dua ekor ayam putih liar ke Desa Janji. Hal ini disebut sebagai pertanda buruk bagi keturunan Raja Sisingamangaraja atau masyarakat di Desa Janji.
![]() |
2. Batu Pemberian Siraja Lottung kepada Putrinya
Batu ini diberikan Siraja Lottung ini kepada putrinya. Baru ini disebut sebagai Batu Siboru Sinur, Siboru Gabe, dan Siboru Torop. Batu ini terletak di Kampung Hutasoit, Kecamatan Bakti Raja.
Batu ini diberikan Siraja Lottung kepada putrinya Siboru Amak Pandan, yang menikah dengan Siraja Sumba, pembuka negeri Tipang. Pemberian batu itu diharapkan dapat memberikan manfaat agar kelak putrinya memiliki banyak keturunan, sehat, bermartabat, dan memiliki harta.
Ketiga batu tersebut berbentuk lonjong berukuran sekitar 30 cm setinggi 30 cm dan berdiameter 5 cm. Ketiganya berada di lokasi Toguan yaitu lokasi pelaksanaan upacara ritual dan tempat musyawarah masyarakat Desa Tipang pada masa lalu.
![]() |
3. Tombak Hatuaan
Tombak Hatuaan adalah lokasi yang dulunya digunakan Raja Sisingamangaraja dan Raja-raja Bius untuk berdoa kepada Mula Jadi Nabolon atau Tuhan Yang Maha Kuasa. Tempat ini berada di Desa Marbun Tonga Marbun Dolok, Kecamatan Bakti Raja.
Doa bersama di tempat ini dilakukan terutama bila terjadi kemarau panjang serta untuk ritual Batu Siungkap- ungkapon di lokasi istana Raja Sisingamangaraja. Masyarakat di sekitar lokasi Tombak Hatuaan sangat menghormati lokasi tersebut sehingga tidak pernah mengganggu kelestarian alamnya hingga sekarang.
Di lokasi ini tumbuh pepohonan yang lebat dan sudah berumur sangat tua. Selain itu, ada juga mata air Mual Lumbanbatu.
Lokasi ini masih jarang dikunjungi masyarakat karena dianggap sangat sakral. Lokasi tersebut, saat ini telah dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan.
![]() |
4. Gua Partonunan
Gua Partonunan ini berada di bagian tengah Kawasan Tombak Sulu-Sulu di Desa Marbun Tonga Marbun Dolok, Kecamatan Baktiraja. Dulunya, tempat itu dipakai oleh Boru Pasaribu, ibunda Raja Sisingamangaraja untuk melakukan kegiatan sehari-harinya, seperti bertenun.
Gua tersebut dulunya juga dipakai sebagai tempat Boru Pasaribu diangkat menjadi Raja Sisingamangaraja I. Dari sinilah awal sejarah generasi Raja Sisingamangaraja I hingga Raja Sisingamangaraja XII.
Gua ini berbentuk rumah adat Batak dengan tinggi sekitar 1,5 meter, panjang 1 meter dan kedalaman 3 meter.
Lokasi ini dianggap sakral sehingga masyarakat atau pengunjung biasanya meletakkan sirih sebagai bentuk persembahan.
![]() |
5. Gua Simaninggir
Gua Simaninggir terletak di Desa Pusuk II, Kecamatan Parlilitan, sekitar 50 Km dari Kota Doloksanggul. Konon katanya gua ini merupakan tempat pelatihan para pasukan Raja Sisingamangaraja XII ketika berada di Parlilitan. Dulunya, Raja Sisingamangaraja XII memimpin langsung kegiatan pelatihan di gua ini.
Menurut penuturan warga, selain untuk pelatihan, gua ini juga dipergunakan sebagai tempat tinggal sementara Raja Sisingamangaraja XII bersama keluarga dan para pasukannya.
Gua berdinding batu tua ini berada dilahan berukuran sekitar 1 hektare dengan tinggi gua sekitar 20 meter dan mempunyai cabang-cabang yang bertingkat-tingkat.
![]() |
6. Sarkofagus Juara Manggun Sitinjak
Dalam KBBI Sarkofagus berarti peti mayat yang dibuat dari batu seperti yang biasa digunakan pada zaman Yunani, Romawi, dan Mesir Purba dulu.
Sarkofagus Juara Manggun Sitinjak ini sendiri terletak di Lumban Sitinjak, Desa Hutajulu, Kecamatan Pollung. Sarkofagus tersebut berada di pinggir jalan desa, berjarak sekitar 15 kilometer dari pusat Doloksanggul.
Sarkofagus ini berukuran panjang 2,5 meter, lebar 1 meter dan tinggi 2,3 meter berada di lokasi perkampungan Marga Sitinjak. Tempat itu saat ini dikelola oleh keturunan Juara Manggun Sitinjak.
![]() |
7. Sarkofagus Ompu Oloan Banjarnahor
Tak hanya Sarkofagus Sitinjak, sarkofagus lain juga berada di Kabupaten Humbahas. Misalnya, Sarkofagus Ompu Oloan Banjarnahor yang terletak di Pulo-pulo Banjar Dolok, Desa Parsingguran II, Kecamatan Pollung.
Lokasi ini berada di pinggir jalan desa berjarak sekitar 17 kilometer dari pusat Dolok Sanggul. Lokasi sarkofagus ini berada di tanah wakaf keturunan Ompu Oloan Banjarnahor seluas 60 m x 40 m. Sarkofagus terbuat dari batu yang diukir dan diberi gambar.
Tempat tersebut hingga saat ini masih dikelola oleh keturunan Ompu Oloan Banjarnahor.
![]() |
8. Aek Rimo Kayu
Aek Rimo Kayu terletak di Desa Sion Utara, Kecamatan Parlilitan, sekitar 50 kilometer dari pusat Doloksanggul. Aek Rimo Kayu ini merupakan warisan peninggalan Raja Sisingamangaraja XII berupa mata air jernih dan sejuk dengan rasa yang sangat alami.
Lokasi mata air ini dikelilingi dengan pagar besi untuk menjaga kelestariannya. Aliran mata air ini mengalir hingga persawahan masyarakat. Masyarakat sekitar mempergunakan mata air ini untuk kebutuhan air minum.
Masyarakat yang melewati lokasi ini kerap meminum airnya secara langsung karena rasanya yang sangat menyegarkan. Selain itu, masyarakat dari luar juga sering menggunakan mata air ini untuk kebutuhan pengobatan karena dipercaya dapat mengobati berbagai macam penyakit.
![]() |
9. Sumur Raja Sisingamangaraja
Sumur Raja Sisingamangaraja berada di Desa Simamora, Kecamatan Baktiraja. Sumur yang berbentuk pancuran ini berada di daerah bukit sebelah timur Kompleks Istana Raja Sisingamangaraja.
Lokasi Sumur Raja Sisingamangaraja ini berukuran 5x10 m dengan jarak sekitar 600 meter dari Kompleks Istana Raja Sisingamangaraja atau sekitar 13 kilometer dari Dolok sanggul.
Menurut penuturan warga sekitar, usia sumur ini sekitar 180 tahun dan merupakan milik keturunan Raja Sisingamangaraja
![]() |
(nkm/nkm)