Seorang remaja bernama Pandu Brata Syahputra Siregar (18) meregang nyawa usai diduga dianiaya polisi dan dua petugas bantuan polisi (banpol). Sebelum autopsi, Polres Asahan sempat membantah bahwa korban dianiaya polisi.
Namun, setelah dilakukan penyelidikan, petugas kepolisian mengungkap bahwa korban sempat dianiaya sebelum dilaporkan tewas. Begini perjalanan kasus tersebut.
Kasus tewasnya Pandu ini beredar di media sosial (medsos). Narasi unggahan medsos menyebutkan bahwa korban tewas ditendang oleh oknum polisi. Namun, Polres Asahan membantah informasi tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kapolres Asahan AKBP Afdhal Junaidi mengatakan bahwa itu narasi tersebut tidak benar, hanya dibuat-buat oleh netizen.
"(Ditendang polisi) itu kan kata-kata netizen," kata Afdhal Junaidi saat dikonfirmasi detikSumut, Selasa (11/3/2025).
Bantahan itu juga disampaikan oleh Kasi Humas Polres Asahan Iptu Anwar Sanusi.
"Nggak benar itu beritanya," kata Anwar.
Kronologi Sebelum Terungkap
Anwar Sanusi mengatakan peristiwa itu terjadi pada Minggu (9/3) sekira pukul 00.30 WIB. Saat itu, personel Polsek Simpang Empat menerima informasi dari masyarakat soal ada sejumlah pemuda yang diduga akan melakukan balap liar di di Jalan Sungai Lama, Desa Perkebunan Hessa, Kecamatan Simpang Empat.
Petugas pun menuju lokasi dan menemukan sekitar 50 orang anak muda tengah berkumpul. Belakangan diketahui bahwa para pemuda itu hendak balap lari.
"Datanglah masyarakat, karena lagi hangat-hangatnya geng motor itu, dilapor ke polsek, dirasa (masyarakat) mau balap liar. Ada anak sekolah teman dia (korban) yang tau dia ada sakit sesak atau apa. Rupanya atlet lari anak ini, masyarakat menginformasikan ke polsek balap liar, ternyata orang ini mau balap lari," kata Anwar, Rabu (12/3).
Lalu, pihak kepolisian pun membubarkan gerombolan pemuda tersebut dan melanjutkan patroli ke arah Desa Sei Lama. Kemudian, saat patroli itu, petugas menemukan empat pemuda, salah satunya korban, tengah mengendarai satu sepeda motor melaju dengan kecepatan tinggi dan ugal-ugalan.
Petugas pun mencoba menghentikan para pemuda tersebut, tetapi mereka tidak mau berhenti.
Petugas terus mengikuti keempat orang tersebut. Setibanya di Desa Sei Lama, korban yang berada duduk di paling belakang melompat ke arah kanan dan terjatuh telungkup ke tanah.
Setelah itu, korban pun mencoba melarikan diri dan kembali terjatuh. Sementara rekannya pergi meninggalkan korban.
Selanjutnya, personel mendekati korban dan menemukan bagian pelipis korban terluka dan mengeluarkan darah. Lalu, pihak kepolisian membawa korban ke Polsek Simpang Empat.
"Saat itu, juga personil polsek membawanya ke Puskesmas Simpang Empat untuk dilakukan tindakan medis. Lebih kurang 30 menit, personel kembali membawa korban ke polsek untuk dilakukan pembinaan," ujarnya.
Kemudian sekira pukul 10.00 WIB, keluarga Pandu datang ke polsek untuk menjemputnya. Anwar mengatakan korban meninggalkan polsek dalam keadaan sehat.
Jadi, kata Anwar, tidak ada penganiayaan yang dilakukan oleh pihak kepolisian ke korban. Hal itu juga dibuktikan dari rekaman CCTV.
"Selama yang bersangkutan berada di Polsek Simpang Empat tidak ada tindakan kekerasan ataupun tindakan fisik yang dilakukan oleh personel polsek selain pemeriksaan urine. Begitu juga pengakuan Pandu kepada pihak keluarga yang bersangkutan tidak ada dianiaya petugas polri," ujarnya.
Simak Selengkapnya di Halaman Selanjutnya...
Makam Diekshumasi
Pihak kepolisian pun menyelidiki kasus tewasnya Pandu. Polisi juga melakukan ekshumasi atau pembongkaran makam Pandu. Ekshumasi dilakukan di Huta I Parlakitangan Sordang Baru, Kecamatan Ujung Padang, Kabupaten Simalungun, Minggu (16/3).
Pada akhirnya, petugas menetapkan tiga tersangka dalam kasus itu. Ketiganya, yakni eks Kanit Reskrim Polsek Simpang Empat Ipda Akhmad Efendi dan dua petugas banpol Dimas Adrianto Pratama (DAP) dan Yudi Siswoyo (YS).
Dirreskrimum Polda Sumut Kombes Sumaryono mengatakan motif para pelaku menganiaya korban karena kesal korban dan teman-temannya melarikan diri saat akan diamankan. Selain itu, pelaku juga kesal karena teman korban sempat meludahi pelaku.
"(Motifnya) pelaku merasa kesal dan emosi dikarenakan sewaktu dalam pengejaran, korban bersama temannya mencoba melarikan diri. Lalu, sewaktu dalam pengejaran, teman korban ada melakukan perlawanan kepada pelaku dengan cara meludahi dan juga menendang pelaku," kata Sumaryono, Rabu (20/3).
Kronologi Setelah Terungkap
Sumaryono mengatakan kejadian itu berawal pada Sabtu (8/3) sekira pukul 23.45 WIB. Saat itu, pelaku Dimas menuju ke samping Pabrik Sintong Abadi Desa Sei Lama, Kecamatan Simpang Empat, dengan mengendarai sepeda motor.
"DAP ini datang untuk memantau apakah ada kegiatan balap liar dan di lokasi tersebut hanya ada kerumunan orang. Di lokasi itu, ada korban bersama teman-temannya," jelasnya.
Lalu, pada Minggu (9/3) sekira pukul 00.30 WIB, sejumlah personel Simpang Empat tiba di lokasi untuk membubarkan kerumunan itu. Setelah itu, pelaku Dimas melihat ada lima orang yang menaiki satu sepeda motor pergi melarikan diri. Satu dari lima orang tersebut adalah korban Pandu.
Pelaku Dimas pun mengejar kelima orang tersebut. Lalu, belakangan pelaku Yudi dan Akhmad datang dengan berboncengan sepeda motor mengejar rombongan korban.
Pada saat mengejar sepeda motor yang membawa korban itu, pelaku Dimas sempat berulang kali menendang ke arah sepeda motor korban. Lalu, salah seorang rekan korban pun melompat dan kabur.
Selang beberapa waktu, korban juga melompat dari sepeda motor itu. Namun, saat itu, korban dapat diamankan oleh pelaku Dimas dengan cara membantingnya.
"Korban berhasil ditangkap oleh DAP dengan cara membanting korban, sehingga korban telentang dan bagian kepalanya terbentur di atas tanah," jelasnya.
Setelah itu, pelaku Dimas menginjak perut korban sebanyak dua kali menggunakan kaki kanannya. Pada saat yang bersamaan, pelaku menekan perut korban menggunakan dengkulnya.
Selain itu, Dimas juga memukul wajah korban sebanyak tiga kali menggunakan tangannya dan memiting leher korban sambil kembali memukul wajahnya sebanyak dua kali.
Tak lama, pelaku Akhmad datang menghampiri korban dan pelaku Dimas, sedangkan pelaku Yudi tetap berada di atas sepeda motor. Lalu, pelaku Akhmad langsung menendang korban menggunakan lutut yang mengenai bagian perut korban.
Kemudian, pelaku Akhmad menyuruh korban untuk duduk. Setelah itu, Akhmad menodongkan senjata api ke arah korban.
"Pelaku AE menyuruh korban duduk dan pelaku AE ada menodongkan senjata api ke korban," kata Sumaryono.
Usai kejadian itu, pelaku Dimas menaikkan korban ke atas sepeda motornya. Lalu, korban dipindahkan ke mobil patroli Polsek Simpang Empat untuk dibawa ke polsek.
Setibanya di polsek, korban sempat dibawa ke Puskesmas Simpang Empat untuk mendapatkan perawatan karena bagian pelipisnya terluka. Setelah itu, korban kembali dibawa ke polsek untuk tes urine.
Simak Selengkapnya di Halaman Selanjutnya...
Sekira pukul 13.30 WIB korban pun dijemput keluarganya ke polsek dan dibawa ke rumah keluarganya di Sei Lama. Namun, setelah itu korban meminta dibawa pulang ke kosnya di Jalan Durian, Kisaran Timur.
Lalu, pada Senin (10/3) pagi, korban dibawa ke IGD RSUD Kisaran. Saat dicek oleh dokter ada luka jahitan di pelipis, bengkak di kepala, dan nyeri di perut.
Setelah itu, dokter menyarankan korban untuk melakukan rontgen dan pemeriksaan darah. Namun, nahas, pada pukul 16.30 WIB, korban dinyatakan meninggal dunia.
"Sekira pukul 16.30 WIB, korban dinyatakan meninggal dunia oleh pihak RSUD, dugaan (dokter) akibat sesak napas di bagian dada dan keram pada perut tersebut," kata Sumaryono.
Berdasarkan hasil penyelidikan, Ipda Akhmad Efendi ternyata sempat ingin menutup-nutupi kasus penganiayaan itu.
"Betul, seperti itu (ingin menutup-nutupi)," kata Kasat Reskrim Polres Asahan AKP Ghulam Yanuar saat dikonfirmasi detikSumut.
Ghulam membenarkan bahwa Akhmad sempat menyuruh dua tersangka lainnya untuk tidak mengakui adanya penganiayaan itu. Dua tersangka lainnya itu merupakan bantuan polisi (Banpol) Polsek Simpang Empat. Keduanya, yakni Dimas Adrianto Pratama (DAP) dan Yudi Siswoyo (YS).
"Iya, betul (sempat di-briefing untuk tidak mengakui)," jelasnya.
Simak Video "Video: Calon Jaksa di Sumut Tewas Tenggelam saat Kejar Saksi Korupsi"
[Gambas:Video 20detik]
(mjy/mjy)