Indonesia secara umum menggunakan kalender masehi dalam penanggalan baik dalam menentukan hari, bulan, hingga tahun. Namun tidak dengan suku Batak, karena suku ini memiliki penanggalan sendiri yang berbeda.
Sistem Penanggalan Suku Batak
Penanggalan pada suku Batak biasa disebut dengan Parhalaan. Dalam bahasa Batak, parhalaan berarti penanggalan atau kalender. Kata ini berasal dari kata "hala" yang berarti kalajengking, yaitu binatang berbisa.
Sejak zaman dahulu, masyarakat Batak telah tertarik pada ilmu perbintangan (astronomi) dan ilmu ramalan (astrologi). Pengetahuan ini mereka catat pada bambu, tulang, dan kulit kayu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Parhalaan yang dicatat pada bambu disebut Bulu Parhalaan, pada tulang disebut Holi Parhalaan, dan pada kulit kayu disebut Pustaha Parhalaan. Ribuan tahun yang lalu, kalender telah diciptakan oleh para leluhur mereka sesuai dengan pola dan sistematika yang mendasarinya.
Apa saja keunikan dari kalender khas Suku Batak ini?, berikut detiksumut buat ringkasannya.
Sejarah Penanggalan Parhalaan
Dilansir dari Skripsi Berjudul Sistem Penanggalan Parhalaan Suku Batak Dalam Perspektif Astronomi oleh fadly, awal mula kalender ini bermula dari Pengetahuan tentang benda-benda langit yang tercermin dalam mitologi Batak, yang mencakup konsep makrokosmos dan mikrokosmos.
Banua Ginjang (Benua Atas) berada di langit tingkat tujuh, Banua Tonga (Benua Tengah) meliputi Bumi, Matahari, Bulan, dan Bintang, sedangkan Banua Toru (Benua Bawah) adalah bagian bawah bumi dan Samudera Primordial yang gelap gulita.
Kisah "Porbadaan ni Bulan dohot Mataniari" (Perkelahian Bulan dan Matahari) menceritakan bagaimana Matahari dan Bulan selalu berkejaran dan berkelahi, yang dituturkan hingga tahun 1950-an. Meskipun hanya dongeng metafora, cerita ini menunjukkan bahwa masyarakat Batak sudah memahami benda-benda langit dan peredarannya, yang menjadi dasar perhitungan kalender mereka.
Acuan Waktu dalam Penanggalan Parhalaan
Masyarakat Batak tidak hanya mengenal nama-nama bulan dan hari, tetapi juga memiliki pengetahuan tentang pembagian waktu 24 jam setiap hari. Menurut Parhalaan, satu hari dimulai saat matahari terbit pada pukul 06.00 pagi hingga matahari terbenam pada pukul 18.00 sore, dan berlanjut hingga pukul 06.00 pagi keesokan harinya.
Berikut adalah pembagian waktu 24 jam menurut Parhalaan:
- Binsar Mata ni Ari - 06.00
- Pangului - 07.00
- Turba - 08.00
- Panguit Raja - 09.00
- Sagang Ari - 10.00
- Huma na Hos - 11.00
- Hos (tonga ari) - 12.00
- Guling - 13.00
- Guling Dao - 14.00
- Tolu Gala - 15.00
- Dua Gala - 16.00
- Sagala (singki ari-sobo imbul) - 17.00
- Mate Mata ni Ari (sundut) - 18.00
- Samon - 19.00
- Hatiha Mangan - 20.00
- Tungkap Hudon - 21.00
- Sampe Modom - 22.00
- Sampe Modom Nabagas - 23.00
- Tonga Borngin - 24.00
- Haroro ni Panangko - 01.00
- Tahuak Manuk Sakali - 02.00
- Tahuak Manuk dua Kali - 03.00
- Buha-buha Ijuk - 04.00
- Andos Torang (torang ari) - 05.00
Nama-nama Bulan Parhalaan
Kalender atau penanggalan adalah sistem penghitungan yang digunakan untuk mengatur waktu dalam periode tertentu, dengan bulan sebagai unit utamanya. Hari merupakan unit terkecil dalam kalender, diikuti oleh sistem waktu seperti jam, menit, dan detik. Orang Batak pada masa lampau tidak familiar dengan konsep tahunan karena tidak menghitungnya, namun mereka memiliki pengetahuan mendalam tentang nama-nama bulan yang terdiri dari 12 bulan dalam satu tahun.
- Sipaha Sada: Maret-April
- Sipaha Dua: April-Mei
- Sipaha Tolu: Mei-Juni
- Sipaha Opat: Juni-Juli
- Sipaha Lima: Juli-Agustus
- Sipaha Onom: Agustus-September
- Sipaha Pitu: September-Oktober
- Sipaha Walu: Oktober-November
- Sipala Sia: November-Desember
- Sipaha Sampulu: Desember-Januari
- Li: Januari-Februari
- Hurung: Februari-Maret
Selain itu untuk merujuk penanggalan dalam kalender batak tidak menggunakan angka dalam penyebutan namun menggunakan nama. Nama-nama ini tersusun mulai dari hari pertama hingga ke-30 sesuai jumlah hari setiap bulannya.
Urutan Nama- Hari di Kalender Parhalaan
- Hari Pertama: Artia
- Hari ke-2: Suma
- Hari ke-3: Anggara
- Hari ke-4: Muda
- Hari ke-5: Boraspati
- Hari ke-6: Sikkora
- Hari ke-7: Samirsa
- Hari ke-8: Antian Ni Aek
- Hari ke-9: Suma Ni Mangadop
- Hari ke-10: Anggara Sappulu
- Hari ke-11: Muda Ni Mangadop
- Hari ke-12: Boraspati Ni Takkup
- Hari ke-13: Sikkora Purnama
- Hari ke-14: Samirsa Purnama
- Hari ke-15: Tula (Purnama)
- Hari ke-16: Suma Ni Holom
- Hari ke-17: Anggara Ni Holom
- Hari ke-18: Muda Ni Holom
- Hari ke-19: Boraspati Na Holom
- Hari ke-20: Sikkora Mora Turun
- Hari ke-21: Samirsa Mora Turun
- Hari ke-22: Antian Ni Angga
- Hari ke-23: Suma Ni Mate
- Hari ke-24: Angga Ni Begu
- Hari ke-25: Muda Ni Mate
- Hari ke-26: Boraspati Nagok
- Hari ke-27: Sikkora Duduk
- Hari ke-28: Samirsa Bulan Mate
- Hari ke-29: Hurung
- Hari ke-30: Ringkar
Demikian keunikan dari parhalaan kalender khas masyarakat batak, semoga informasinya bermanfaat!
Artikel ini ditulis oleh Agung Zepanya Bangun mahasiswa peserta magang merdeka di detikcom
(astj/astj)