Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) memiliki berbagai kesenian tradisional. Salah satu kesenian tersebut yakni Ronggeng Pasaman.
Ronggeng Pasaman merupakan pertunjukan sastra lisan di daerah Pasaman Barat. Tradisi Ronggeng Pasaman memuat unsur musik, tari, dan teks pantun. Para pemainnya akan mendendangkan pantun sambil menari berpasangan.
Berikut detikSumut sajikan informasi tradisi Ronggeng Pasaman dari Sumbar. Simak informasinya di artikel ini ya!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah hingga Nilai Religius dari Ronggeng Pasaman
Sejarah Ronggeng Pasaman
Dikutip dari laman Kebudayaan Kemdikbud, Ronggeng Pasaman bermula sejak zaman kerajaan untuk menghibur raja serta keluarganya di istana. Sementara di desa-desa, ronggeng sebagai media penyampaian pesan serta ritual sebagai ucapan syukur terkait hasil panen.
Menurut masyarakat, ronggeng berasal dari masyarakat Jawa yang migrasi ke Pasaman oleh penjajah Jepang sebagai tenaga kerja. Maka para pekerja juga membawa adat kebiasaan mereka seperti ronggeng.
Akhirnya, ronggeng mulai dimodifikasi oleh warga setempat memakai bahasa Minangkabau dan Mandailing. Kesenian ini juga dibawakan pada acara adat atau acara keagamaan.
Mengenal Kesenian Ronggeng Pasaman
Dikutip dari buku Kesenian Ronggeng Pasaman, Sebagai Media Pembauran Masyarakat Multietnis di Kabupaten Pasaman Barat oleh Yondri Hasanadi, tradisi ini mempunyai kaidah ketika menampilkannya.
Kaidah pertama yakni ada alur, penampil (tokoh dan penokohan), latar ruang dan waktu, dan perlengkapan (sarana). Kaidah kedua, teks bahasa, dan dialog disesuaikan dengan lingkungan sosial budaya masyarakat, yakni suku Minangkabau dan Mandailing.
Setiap penampil dalam pertunjukan juga dimungkinkan punya ilmu kebatinan agar berjalan dengan lancar dan baik. Dikenal dengan sebutan pamaga diri (pemagar diri) juga bisa mencegah gangguan dalam pertunjukan.
Tata Cara Penampilan Ronggeng Pasaman
Dilansir dari laman Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat, Ronggeng Pasaman sebagai sarana hiburan yang dapat dipentaskan dalam acara adat misalnya pergantian kepala nagari. Ada juga untuk pesta pernikahan, khitanan, turun mandi anak dan lainnya, bisanya ditampilkan selama kurang lebih enam jam saat malam hari.
Ronggeng Pasaman ditampilkan oleh pria setidaknya tiga orang, satunya sebagai pendendang dan duanya sebagai penari. Para penari akan berpasangan sambil membalas pantun sesuai dengan irama lagu.
Pemain musiknya paling minim yakni lima orang, mereka akan mengiringi penampilan. Satu orang untuk biola, satunya pemain rebana, dua yang memetik gitar, dan satunya memainkan tamburin.
Fungsi dan Nilai Religius Penampilan Ronggeng Pasaman
Dilansir dari laman Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat, Ronggeng Pasaman sebagai sarana hiburan yang dapat dipentaskan dalam acara adat misalnya pergantian kepala nagari. Ada juga untuk pesta pernikahan, khitanan, turun mandi anak dan lainnya, bisanya ditampilkan selama kurang lebih enam jam saat malam hari.
Pariaman juga sebagai kota pertama yang menganut agama Islam di akhir abad ke-18 walaupun tidak langsung mengubah pola perilaku. Ada juga kegiatan yang bertentangan seperti sabung ayam, judi, dan menghisap madat. bahkan percaya terhadap nilai mistik.
Mengutip dari buku Kesenian Ronggeng Pasaman oleh Yondri Hasanadi, akhirnya masyarakat Minangkabau di Pasaman Barat, menganut agama Islam yang taat serta mendukung tradisi ini. Sebab ada filosofis sesuai falsafah yang berlaku, yakni basandi syarak, syarak basandi khitbullah, sejalan ajaran agama Islam.
Demikianlah informasi mengenai Ronggeng Pasaman dari Pasaman Barat. Semoga bermanfaat detikers.
Artikel ini ditulis oleh Elisabeth Christina Hotmaria Simanjuntak, Mahasiswa Peserta Magang Merdeka di detikcom.
(dhm/dhm)