Tradisi Malam Bainai, Upacara Jelang Pernikahan Adat Sumatera Barat

Amanda Amelia - detikSumut
Senin, 01 Jan 2024 10:40 WIB
Malam Bainai Lesti Kejora (Foto: Instagram @aldiphoto)
Padang -

Sumatera Barat tidak hanya dikenal dengan keindahan alamnya yang mempesona, tetapi juga dengan warisan budayanya yang kaya dan beragam. Salah satu tradisi yang memikat perhatian adalah Malam Bainai, sebuah upacara adat yang diadakan sebagai bagian dari prosesi pernikahan masyarakat Minangkabau.

Dilansir dari website resmi Warisan Budaya Takbenda Indonesia, Malam bainai ini merupakan suatu tradisi dalam sebuah upacara pernikahan.Tradisi Malam Bainai ini sudah dilaksanakan secara turun temurun oleh nenek moyang sejak zaman dahulu kala. Dahulu Inai yang digunakan adalah yang berasal dari tanaman inai yang biasanya tumbuh di halaman rumah.

Bainai artinya melekatkan tumbuhan halus daun pacar merah atau daun inai ke kuku-kuku calon pengantin wanita. Acara ini biasanya dilakukan pada malam hari sebelum akad nikah. Tradisi ini dilakukan sebagai ungkapan kasih sayang dan doa restu dari para sepupu keluarga mempelai wanita.

Adapun perlengkapan malam bainai adalah air yang berisi daun inai yang telah ditumbuk halus, paying kurung, kain jajakan kurung, kain simpai dan kursi untuk tempat duduk calon mempelai, baju tokah serta suntiang rendah.

Proses dalam tradisi malam bainai yaitu baju tokoh dan suntiang dipakaikan ke calon mempelai, kemudian air harum dipercikkan ke calon mempelai oleh sepupu dan kedua orang tua. Setelah itu di pasangkanlah inai ke seluruh kuku tangan dan kaki mempelai wanita. Biasanya inai ini ditunggu semalaman agar warna yang dihasilkan lebih terang.

Prosesi Malam Bainai merupakan momen yang penting sebagai wujud doa restu dari para sesepuh, keluarga dan juga kerabat dekat. Yang acaranya diadakan di malam hari sebelum esok hari mengadakan ijab qobul.

Tradisi Malam Bainai ini terdiri dari beberapa prosesi. Sebelum tradisi itu dimulai, anak daro atau pengantin wanita harus mengenakan baju tradisional, Baju Tokah, serta hiasan kepala, Suntiang.

Prosesi pertama yang dilakukan adalah, Prosesi Mandi-Mandi. Prosesi pertama ini, mirip dengan tradisi siraman yang ada di adat Jawa. Namun, prosesi ini dilakukan hanya dengan mencipratkan air dengan jumlah ganjil dan airnya harus menggunakan Sitawa Sidingin.

Prosesi kedua adalah mengantarkan anak daro ke pelaminan. Kedua orang tua pengantin wanita mengantarkan anak mereka ke pelaminan. Hal ini dapat diartikan sebagai lambang dari perjalanan hidup pengantin wanita.

Prosesi ketiga adalah memakaikan inai atau Malam Bainai. Prosesi ini merupakan prosesi yang paling penting di tradisi tersebut. Pada prosesi ini, para saudara perempuan anak daro akan memakaikan inai kepada kuku anak daro.

Prosesi yang terakhir merupakan prosesi ketika anak daro akan diberi petuah atau nasihat oleh keluarga beserta kerabat dekatnya. Pada prosesi ini, biasanya akan ada alunan musik yang menghangatkan prosesi sebagai akhir dari tradisi Malam Bainai ini.

Artikel ini ditulis Amanda Amelia, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.



Simak Video "Video: Antusias Warga di Bali Ikuti Tradisi Pindapata Sambut Waisak"

(nkm/nkm)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork