Seorang pria berusia 40-an sedang mengobrol dengan beberapa orang di sebuah gang buntu di Kelurahan Sei Sikambing C, Medan Helvetia, Medan saat didatangi pada suatu sore. Pria yang bernama Denny Syahputra tersebut merupakan penghuni dan pemilik sebuah bangunan peninggalan Jepang.
Bangunan tersebut merupakan bunker yang dibangun saat Jepang menjajah Indonesia. Bunker itu menjadi satu dari sekian banyak saksi pilu masa lalu Indonesia.
Lokasi bunker tersebut tepat berada di seberang Universitas Panca Budi di Jalan Gatot Subroto. Di seberang jalan, ada gang Family, di ujung gang nantinya belok kanan dan kemudian belok kiri ke arah gang buntu.
Dari luar, bunker kokoh tersebut tersembunyi di antara bangunan rumah yang lain. Jika tidak diperhatikan dengan jeli, kita tidak tahu jika bangunan tersebut merupakan bunker Jepang.
Terdapat dua akses masuk ke bunker itu tersebut, yakni dari sisi Timur dan Barat. Di setiap pintu masuk, terdapat dinding sehingga akses masuknya jadi dari sisi kiri-kanan dan tanpa pintu.
Bagian dalam bunker tersebut terdapat empat ruangan yang dihubungkan oleh pintu. Lebar ruangan tersebut bervariatif dan paling lebar memiliki ukuran sekitar 4x5 meter.
Terdapat tiga jendela yang dulu digunakan untuk mengintai situasi di luar bunker. Selain itu, terdapat juga besi yang disebut dulunya tempat mengaitkan katrol untuk menuju terowongan penghubung antara bunker dengan Universitas Panca Budi.
Dulu, di lahan kampus tersebut merupakan lokasi penjara tahanan. Para tentara Jepang menggunakan terowongan tersebut ketika situasi perang berkecamuk.
Secara keseluruhan, bunker tersebut memiliki panjang 14 meter, lebar 12 meter dan tinggi 7 meter sebelum ditinggikan sekitar 1 meter. Sedangkan ketebalan dindingnya sekitar 140 centimeter.
Denny mengatakan keluarga sudah tiga generasi menempati bunker tersebut. Sejak kakeknya, Muhammad Idris yang merupakan veteran yang ikut berjuang saat masa penjajahan dulu.
"Sejak saya lahir, putus pusat saya sudah di sini, sudah tiga generasi kami di sini, mulai dari kakek, mamak saya, dan ketiganya saya," kata Denny Syahputra kepada detikSumut, belum lama ini.
Berdasarkan cerita sang kakek ke Denny, bunker tersebut dikuasai kakeknya setelah Jepang meninggalkan Indonesia. Dulu, di sekitar bunker terdapat berbagai tanaman keras seperti kelapa hingga jati.
Orang tuanya dulu sudah meninggikan bagian dalam bunker sekitar 1 meter. Hal itu dilakukan untuk menyesuaikan dengan ketinggian jalan.
"Ini sudah ditinggikan sekitar 1 meter, dulu masih beralaskan tanah. Ditinggikan karena kan semakin lama semakin tinggi jalan depan," ucapnya.
Suhu di Bungker Dingin saat Siang dan Panas Ketika Malam. Baca halaman Berikutnya...
Simak Video "Video: 2 Pemuda Serang Resepsionis Hotel di Medan gegara Kunci Kamar"
(astj/astj)