50 Warga Terjebak di Hutan Tapteng Bertahan Hidup dengan Makan Nangka Muda

Duka dari Utara Sumatera

50 Warga Terjebak di Hutan Tapteng Bertahan Hidup dengan Makan Nangka Muda

Finta Rahyuni - detikSumut
Selasa, 02 Des 2025 22:19 WIB
Teka foto: Warga yang terjebak di hutan. (Foto: dok. pribadi Rosmawati)
Warga yang terjebak di hutan. (Foto: dok. pribadi Rosmawati)
Tapanuli Tengah -

Sekitar 50 warga terjebak di hutan saat banjir yang terjadi di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara (Sumut), kini telah dievakuasi. Selama di hutan, mereka bertahan hidup dengan memakan nangka yang masih muda.

Para warga tersebut terjebak di hutan sejak Selasa (25/11) dan baru dievakuasi secara mandiri pada Kamis (27/11).

Keluarga korban bernama Rosmawati Zebua mengatakan bahwa dari keterangan adiknya, sejak menyelamatkan diri ke hutan tersebut, keluarganya dan puluhan warga lainnya hanya bisa menahan lapar karena tidak ada makanan yang bisa dimakan. Banjir bandang yang tiba-tiba terjadi membuat mereka tidak sempat untuk membawa pasokan makanan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau dari saat kejadian (Selasa) sampai besoknya (hari Rabu) nggak makan sama sekali," kata Rosmawati, Selasa (2/12/2025).

Pada keesokan harinya, rasa lapar yang sudah tidak tertahan lagi membuat warga pun mencari tumbuhan yang bisa untuk dimakan. Saat itu, tumbuhan yang tersedia hanya nangka muda.

ADVERTISEMENT

"Kata adik saya, mereka makan nangka muda yang besarnya sebiji kelereng, dipanggang, itulah mereka makan. Hanya itu yang ada di hutan itu. Minumnya nggak tahu lagi, mungkin air hujan itu, nggak ada di situ minum," jelasnya.

Rosmawati sebelumnya mengatakan ada anak abangnya yang masih berusia tiga bulan turut diboyong saat menyelamatkan diri ke hutan itu. Setelah berhari-hari, bayi tersebut harus menahankan dinginnya di hutan. Setelah dievakuasi, kondisi bayi tersebut sempat memprihatinkan.

"Puji tuhan selamat, sudah sempat kritis, nggak nangis lagi, mungkin masuk angin, menyusui dari ibunya juga nggak ada karena nggak makan itu," jelasnya.

Rosmawati mengatakan kabar bahwa orangtuanya telah dievakuasi itu baru diterima Rosmawati pada Minggu (30/11).

Untuk mendapatkan kabar tersebut, adiknya harus mencari jaringan hingga ke Kecamatan Pandan, karena jaringan telekomunikasi di wilayah tersebut masih putus.

"Mereka keluarnya itu hari Kamis katanya adik saya, baru bisa komunikasi dengan saya hari Minggu, adik saya nyari jaringan ke Pandan," jelasnya.

Untuk bisa selamat dari hutan tersebut, adik laki-lakinya yang kini berusia 25 tahun, harus memberanikan diri untuk berenang menyeberangi sungai yang masih tinggi pada Kamis (27/11). Meski harus mempertaruhkan nyawa, aksi itu nekat dilakukan adiknya karena melihat kondisi para warga yang sudah kelaparan dan semakin memprihatinkan.

Adiknya berenang melewati sungai menuju Huta Bolon, Kecamatan Tukka. Setelah berhasil menyeberangi sungai dengan segala tantangan, adiknya mencari pertolongan dengan menemui beberapa keluarga dari warga yang terjebak di dalam hutan itu.

Rosmawati mengatakan ada sejumlah keluarga dari para warga yang terjebak itu, masih berada di perkampungan. Mereka sebelumnya terjebak seusai pulang bekerja, sehingga tidak bisa kembali ke desa.

"Adik saya memberanikan diri berenang untuk nyari bantuan ke seberang. Memang belum surut, tapi dia nyobain saja, karena nggak ada sama sekali yang tahu keadaan mereka di (hutan) sana kan. Dari di antara keluarga itu yang baru pulang kerja, kan ada terjebak saat kejadian di bawah, mereka tidak bisa kembali ke kampung. Jadi, itulah yang membantu mengevakuasi mereka dari hutan," jelasnya.

Mereka mengevakuasi puluhan warga tersebut dengan alat seadanya. Mereka menyambung bambu yang ada di lokasi dan menggunakan tali untuk menjadi alat penyeberangan melewati sungai.

"Mereka menyambungkan bambu untuk evakuasi, nyambungin panjang. Mereka di atas kayu itu, mereka memegangi kayu buat bertahan," kata Rosmawati.

Setelah berhasil dievakuasi, para warga pun mencari tempat untuk mengungsi. Sebagian mencari rumah kerabatnya yang bisa ditinggali, sedangkan sebagiannya memilih mengungsi ke tempat pengungsian yang disediakan pemerintah karena tidak ada sanak saudara yang hendak dituju. Sementara rumah mereka telah hancur diterjang banjir.

"Semua berpisah setelah mereka turun dari hutan itu, karena kan rumah sudah nggak ada sama sekali. Jadi, ha masing masih nyari keluarga yang masih ada untuk pengungsian. Ada katanya sebagian di GOR Pandan, ada sebagian yang masih ada rumah keluarga atau kerabatnya," pungkasnya.

Halaman 3 dari 2


Simak Video "Video WALHI Sumut Sayangkan Tak Ada Status Darurat Bencana Nasional Sumatera"
[Gambas:Video 20detik]
(afb/afb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads