Modifikasi cuaca daerah terdampak Karhutla (kebakaran hutan dan lahan) sukses menyebabkan hujan di beberapa daerah di Sumatera Barat (Sumbar). Posko operasi di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) melaporkan hujan ringan hingga sedang terpantau di Kabupaten Solok setelah penerbangan pertama dengan penyemaian 1 ton garam pada pukul 11.05 WIB.
Hujan ringan hingga sedang juga terjadi di Kabupaten Lima Puluh Kota setelah penyemaian di wilayah Utara Lima Puluh Kota pukul 14. 20 WIB.
"Alhamdulillah, sudah mulai hujan disini," kata Kalaksa BPBD Kabupaten Lima Puluh Kota, Rahmadinol kepada wartawan, Jumat (25/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Rahmadinol, daerah-daerah yang mengalami hujan dengan durasi sekitar 30 menit dengan intensitas ringan hingga deras, terutama kawasan Kecamatan Harau yakni di Nagari Bukik Balang, Nagari Bukik Limbuku, Nagari Koto Tuo, Nagari Lubuk Batingkok, dan Nagari Sarilamak.
Sementara Nagari Tarantang gerimis, Nagari Gurun gerimis, dan Nagari Harau belum hujan. Selain Kecamatan Harau, hujan juga terjadi di Kecamatan Luak, dan Kecamatan Lareh Sago Halaban.
Operasi modifikasi cuaca dilakukan BNPB dan BMKG untuk menangani Karhutla di Sumbar. Hal itu berlangsung mulai Jumat (25/7) hingga Selasa (29/7/2025) mendatang.
Pada hari pertama ini sebanyak tiga ton garam dapur disemai di udara kawasan Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kabupaten Solok. Penyemaian senyawa kimia Natrium Klorida (NaCl) sebagai bentuk Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) untuk meningkatkan curah hujan di daerah terdampak Karhutla.
Operasi dilakukan menggunakan pesawat Cessna Grand Carravan 208B PK-NGT yang lepas landas dari Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Padang Pariaman.
"Modifikasi cuaca ini penting dilakukan karena sangat rendah curah hujan, bahkan beberapa daerah ada yang lebih 60 hari mengalami musim kering, tidak pernah hujan, dan mendekati esktrem, seperti Lima Puluh Kota dan Solok," kata Kepala BMKG Stasiun BIM, Desindra Deddy Kurniawan.
Menurutnya, pada bulan Juli ini merupakan puncak musim kering di daerah Sumbar. Kondisi itu akan berlanjut hingga September 2025 mendatang.
"Kemarin tidak ada tanda-tanda bibit awan daerah Solok, yang ada hanya di Lima Puluh Kota dan Pesisir Selatan. Hari ini daerah Solok sudah nampak, artinya ini pertanda baik dan bisa diintervensi dengan OMC, agar cepat terjadinya hujan," ujarnya.
Kepala Pelaksana BPBD Sumbar, Rudy Rinaldy menyebutkan, pihaknya sepanjang kemarau hingga saat ini sudah menerima laporan delapan daerah mengalami Karhutla. Ia menilai, mayoritas Karhutla ini terjadi akibat pembukaan atau pembersihan lahan dengan cara pembakaran.
Adapun delapan daerah terdampak itu, seperti Pesisir Selatan, Kota Padang, Payakumbuh, Lima Puluh Kota, Solok, Padang Pariaman, Pasaman, dan Tanah Datar. Dari delapan daerah itu, dua di antaranya telah menetapkan Tanggap Darurat selama dua pekan, yakni Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kabupaten Solok.
"Kita perkirakan sudah mencapai 500 hektar lebih yang terbakar, namun angka ini belum ril, sebab kita masih fokus melakukan pemadaman. Kita di provinsi juga sudah menyiapkan Surat Keputusan Siaga Darurat," ujarnya.
Selain itu, pihaknya juga telah mengirimkan armada pengangkut air ke daerah terdampak Karhutla. Kendati demikian, penanganan di lapangan tetap kurang memadai, sebab selain banyak lokasinya yang cukup jauh, terjal, dan di perbukitan sehingga sulit dilewati atau dicapai.
Simak Video "Video: Modifikasi Cuaca BMKG-BNPB Sukses Padamkan Seluruh Titik Api di Riau"
[Gambas:Video 20detik]
(mjy/mjy)