Ternyata e-KTP warga Kota Medan 'sakti mandraguna'. Bagaimana tidak, e-KTP Medan tidak hanya sebagai kartu identitas tapi bisa dipakai berobat di rumah sakit se-Indonesia.
Sejak 1 Desember 2022 kepesertaan BPJS Kesehatan di Medan sudah di atas 95% dan naik menjadi 98,3% pada Mei 2024. Capaian itu membuat Pemerintah Kota Medan menerapkan Program Universal Health Covarage (UHC) Jaminan Kesehatan Medan Berkah (JKMB).
Dengan program itu semua warga Medan bisa berobat secara gratis dengan fasilitas kelas III di fasilitas kesehatan meski tidak memiliki BPJS Kesehatan atau kepesertaan nonaktif karena menunggak. Tidak hanya rumah sakit pemerintah, berobat dengan e-KTP Medan bisa dilakukan di rumah sakit swasta.
'Kesaktian' e-KTP Medan bisa dipakai berobat di rumah sakit swasta dirasakan langsung oleh Ratna (59) warga Jalan Karya Jaya, Gang Eka Budi I, Kecamatan Medan Johor, Medan. Satu hari jelang Ramadhan 1443 H atau tepatnya 22 Maret 2023, Ratna terbangun dari tidurnya setelah mendengar suara suaminya Muliadi (60) yang bangun dini hari. Samar-samar Ratna yang belum sepenuhnya sadar mendengar suara suaminya yang mengaku tidak bisa berbuat apa-apa.
Ternyata hari itu stroke suaminya kambuh. Tidak hanya stroke, suami Ratna juga mengalami sesak nafas akibat masalah paru-paru. "Stroke bapak itu kambuh satu hari sebelum Ramadhan tahun lalu. Pas satu hari sebelum berpuasa, 22 Maret 2023 kalau tidak salah," kata Ratna kepada detikcom di kediamannya.
![]() |
Stroke yang kambuh ketika itu merupakan kedua kalinya. 3 tahun lalu pertama kali Mulyadi mengalai stroke. Kala itu hanya stroke ringan, dengan perobatan tradisional perlahan kondisinya pulih. Karena ada masalah dengan paru-paru Muliadi, Ratna mau tidak mau harus membawa suaminya ke rumah sakit. Saat itu kondisinya iuran BPJS mereka menunggak, belum lagi tidak ada uang untuk biaya perobatan. "Waktu itu kejepit, uang nggak anak, bapak sakit, BPJS nunggak delapan bulan," ucapnya mengenang pengalaman itu.
Ratna sendiri adalah tukang jahit dan penghasilan hanya cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebelum jatuh sakit, Muliadi adalah seorang dosen honor. Sejak sakit Muliadi tidak lagi bisa bekerja dan tak memiliki penghasilan.
"Kondisinya memang tidak ada uang. Sewaktu bapak masih jadi dosen honor, cukuplah untuk beliau. Saya bantu jahit di rumah. Setelah stroke yang pertama tidak lagi aktif jadi dosen, pemasukan juga tidak ada," katanya.
Kesehatan Muliadi menurun menjelang siang hari, saat itu rumah Ratna ramai dikunjungi tetangga. Satu di antaranya berinisiatif melaporkan kondisi Muliadi ke Abdi Sitorus, kepling tempat. Setibanya di rumah Ratna, Abdi menyarankan agar Muladi dibawa ke rumah sakit.
Ratna bingung karena dia tidak ada uang, BPJS juga tidak aktif. "Kami belum tahu kalau bisa berobat ke rumah sakit cuma pakai KTP. Kepling yang bawa kami ke sana, beliau cuma bilang 'ayo kita bawa ke sana (RS Mitra Sejati) aja'," katanya.
Dengan tumpangan mobil tetangga, Muliadi tiba RS Mitra Sejati Jalan Abdul Haris Nasution yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kediaman Ratna. Setiba di lokasi, Muliadi dibawa ke IGD. "Urusan administrasi waktu itu Pak Kepling yang bantu. Saya bersyukur karena memang waktu itu tidak ada uang. Tapi alhamdulillah bisa masuk rumah sakit cuma pakai KTP. Kata Pak Kepling itu programnya Wali Kota Medan Pak Bobby. Padahal saya sendiri tak tahu ada program itu," ungkapnya.
Pejuang ICU
Tak lama berada di IGD, Muliadi dipindahkan ke ruangan Intensive Care Unit (ICU). 10 hari Muliadi berada di ICU. "Sampai Bapak 2 minggu dirawat di sana. Ruangan kelas III kami dikasi. Saya nggak tanya di kelas berapa kami, cuma tempat kami itu kelas III, tapi bapak masuk ICU, 10 hari di sana," tuturnya.
Total Muliadi menjalani perawatan di RS Mitra Sejati selama 14 hari. "Bapak masuk ICU karena harus pakai ventilator. Perawat di sana bilang 'Bapak itu pejuang ICU karena sampai 10 hari'. Selama 10 hari itu orang yang ada di ICU silih berganti, rata-rata kan karena koma. Keluar ICU ada yang sadar atau ada juga yang meninggal dunia. Makanya itu mungkin Bapak dibilang pejuang ruang ICU," katanya.
Setelah membaik Muliadi dipindahkan ke kamar rawat inap. Selama menjalani perawatan di RS, Ratna merasa mendapat perlakuan yang baik. "Pelayanan bagus kok, tidak ada dibeda-bedakan, meski kami berobat cuma pakai KTP. Alhamdulillah bisa berobat tanpa mencemaskan soal biaya," bilangnya.
Ucapkan Terima Kasih ke Bobby Nasution
Ratna mengucapkan terima kasih ke Wali Kota Medan Bobby Nasution. Sebab, dengan program UHC suaminya bisa berobat ke rumah sakit hanya dengan menunjukkan KTP. "Saya pikirannya waktu itu terjepit. Semua serba terjepit. Tapi ada pertolongan dari Allah SWT, terima kasih juga ke Pak Bobby karena programnya yang bagus," ungkapnya.
Berobat Gratis di Deli Serdang. Baca Halaman Berikutnya...
Berobat Gratis di Deli Serdang
Kesaktian e-KTP Medan yang bisa dipakai berobat gratis juga pernah dirasakan oleh Kakek Amsaruddin. Berkat program UHC, cucunya bisa berobat di RS Sembiring, Delitua, Deli Serdang. Pada Juli 2024 lalu ia datang melihat cucunya karena sakit di Delitua, rumah anaknya .
Anak Amsaruddin membawa anaknya ke RS Sembiring karena kondisi semakin lemas akibat buang air terus menerus. Dokter yang berjaga di IGD setelah melakukan pemeriksaan menganjurkan cucu Amsaruddin untuk dirawat inap. "Karena orang tuanya tunjukkan KTP Medan dibantu pihak rumah sakit untuk pengurusannya. Alhamdulillah selesai dengan cepat," katanya.
Program UHC, diyakininya banyak membantu warga kurang mampu mendapatkan pelayanan kesehatan secara gratis. "Manfaatnya sangat besar untuk keluarga kami," ungkapnya.
Sebelum adanya program UHC, dia juga pernah mau berobat di RS Sembiring namun tidak bisa dirujuk dari puskesmas karena faskesnya beda daerah. Berkat program UHC warga Medan berobat di rumah sakit manapun.
![]() |
Simak Video "Video: BPJS Kesehatan Catat Iuran Warga RI Tahun 2024 Capai Rp 165 Triliun"
[Gambas:Video 20detik]
(astj/astj)