Mengenal Padung, Anting Wanita Karo Zaman Dulu yang Beratnya hingga 2 Kg

Sumut in History

Mengenal Padung, Anting Wanita Karo Zaman Dulu yang Beratnya hingga 2 Kg

Finta Rahyuni - detikSumut
Minggu, 12 Jan 2025 16:00 WIB
Penampakan padung-padung saat dipajang di museum: (Foto: Dok. Kemendikbud).
Penampakan padung-padung saat dipajang di museum. (Foto: Dok. Kemendikbud).
Medan -

Perhiasan atau aksesoris menjadi simbol kecantikan serta kepribadian dan status seseorang. Sejak zaman dahulu, wanita dari suku mana pun di Sumut telah mengenakan perhiasan. Bahkan, tidak hanya perempuan, ada juga laki-laki.

Tapi bagaimana jika perhiasan itu beratnya mencapai 2 kg?. Tentu akan aneh jika dibayangkan. Namun, nyatanya, wanita suku Karo zaman dulu menggunakan perhiasan hingga seberat 2 kg. Namanya, adalah padung-padung. Padung-padung ini berbentuk anting dan telah digunakan wanita suku Karo turun temurun dari nenek moyang mereka.

Namun, di masa sekarang sudah tidak ada lagi wanita yang memakai perhiasan itu. Sekarang, masyarakat lebih memilih menggunakan perhiasan yang lebih kecil dan ringan. Namun, padung-padung ini menjadi warisan suku Karo yang harus tetap dilestarikan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagaimana bentuk dan makna dari Padung-padung ini, berikut detikSumut berikan penjelasannya:

Dikutip dari laman resmi Kemendikbud, padung-padung adalah sejenis anting yang memiliki ukuran cukup besar dengan berat berkisar 1,5-2 kg. Dulunya, padung ini digunakan perempuan suku Karo sebagai perhiasan sekaligus simbol status.

ADVERTISEMENT

Padung-padung adalah perhiasan yang digunakan wanita suku Karo pada akhir abad 19 sampai dengan awal abad ke 20. Perhiasan ini ada yang terbuat dari perak dan terkadang dari emas jenis suasa. Panjangnya berkisar antara 7,5 cm,13 cm, dan 15,5 cm.

Di antara perhiasan-perhiasan lain yang dimiliki oleh suku Karo, padung-padung memiliki bentuk yang unik dan sederhana. Pada saat dikenakan, padung-padung dalam sekilas pandang dapat membangkitkan respon emosional bagi orang yang melihat karena bentuk dan ukurannya yang unik.

Dilansir dari jurnal mahasiswa Desain Produk Universitas Trisakti bernama Ariani yang berjudul "Potensi Padung-padung Sebagai Alternatif Elemen Estetik pada Pengembangan Desain Produk Kontemporer" dijelaskan bahwa bentuk padung-padung ini melingkar seperti serangga kaki seribu. Kedekatan masyarakat Karo dengan alam menjadi inspirasi bagi mereka dalam membentuk padung-padung.

Bentuknya yang bergulung menyerupai spiral tersebut terlihat sangat sederhana dibandingkan perhiasan-perhiasan lain yang kaya akan ornamen dan ragam hias pada masa itu. Namun, justru karena wujud yang sederhana itulah yang menyebabkan padung-padung menjadi sebuah perhiasan yang unik. Karakter material yang digunakan juga terlihat menonjol.

Penggunaan padung-padung adalah dengan cara memasukkan salah satu bagian ke dalam lubang daun telinga. Kemudian, salah satu bagian yang lain dikaitkan ke tudung atau kain penutup kepala yang kerap digunakan wanita suku Karo zaman dulu .Dengan begitu, beratnya padung-padung akan menjadi berkurang.

Tidak hanya melambangkan kedekatan masyarakat Karo terhadap alam yang telah memberikan kehidupan layak kepada mereka, namun juga mengandung pesan
dari seorang ayah sebagai bentuk kecintaannya kepada anak gadisnya yang akan menikah.

Walaupun di dalam garis keturunan masyarakat Karo masih menganut
sistem patrilineal, yang berarti anak laki-laki adalah penerus marga dalam keturunan mereka, namun bukan berarti anak perempuan tidak memiliki arti sama
sekali.

Padung-padung diberikan oleh seorang ayah kepada anak gadisnya pada hari pernikahannya sebagai lambang statusnya yang baru setelah menikah.

Saat ini, padung-padung sudah tidak dikenakan oleh para wanita suku Karo. Padung-padung saat ini hanya bisa dilihat melalui foto-foto yang diabadikan oleh orang-orang Belanda yang pada masa penjajahan banyak berdomisili di dataran tinggi Tanah Karo.

Selain melalui gambar, wujud fisik padung-padung dapat dilihat di beberapa museum yang ada di Tanah Karo yaitu museum Lingga di Kabanjahe dan museum Pusaka Karo di Berastagi serta museum-museum di luar negeri seperti di Mueller Museum di Jenewa (Perancis), Troppen Museum di Belanda, The Metropolitan Museum of Art di New York, Dallas Museum of Art di Dallas, dan beberapa museum lainnya.




(dhm/dhm)


Hide Ads