Masyarakat Jawa memiliki tradisi khusus yang bertepatan dengan Tahun Baru Islam pada 1 Muharram, yang dikenal sebagai malam 1 Suro. Malam 1 Suro menandai awal bulan pertama dalam kalender Jawa. Pada malam ini, masyarakat Jawa mengadakan berbagai kegiatan dan acara untuk merayakannya.
Lantas, kapan malam 1 Suro 2024? Apa saja larangan pada malam tersebut? Simak informasinya berikut iniya, detikers!
Kapan Malam 1 Suro 2024?
Banyak yang beranggapan bahwa 1 Suro sama dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriah. Namun, ternyata penanggalan Jawa dan Hijriah memiliki perbedaan. Meskipun keduanya menggunakan peredaran bulan sebagai dasar, seringkali terdapat selisih hari antara keduanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan Kalender Hijriah Indonesia Tahun 2024, 1 Suro jatuh pada Senin Legi, 8 Juli 2024. Ini berarti malam 1 Suro akan dimulai pada Minggu malam, yaitu pada 7 Juli 2024.
Di sisi lain, Tahun Baru Islam atau 1 Muharram akan jatuh lebih awal, yaitu pada Minggu Kliwon, 7 Juli 2024. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dalam penetapan tanggal antara kalender Hijriah dan kalender Jawa.
Larangan Pada Malam 1 Suro
1. Dilarang Menikah
Dikutip dari skripsi yang berjudul "Adat Larangan Menikah di Bulan Suro Dalam Perspektif Urf" karya Zainul Ula Syaifudin, larangan menikah di bulan Muharram ada karena masyarakat Jawa menganggap bulan tersebut sebagai waktu yang tidak tepat untuk bersenang-senang. Larangan ini merupakan bentuk penghormatan terhadap peristiwa tragis yang menimpa keluarga Rasulullah SAW.
Pada bulan Suro atau Muharram, terjadi pembantaian terhadap 72 anggota keluarga Rasulullah SAW dengan persetujuan Khalifah Yazid bin Muawiyah. Peristiwa ini menjadi alasan utama masyarakat Jawa menghormati bulan tersebut dan menghindari kegiatan yang dianggap tidak pantas seperti perayaan pernikahan.
2. Dilarang Berpesta
Pada malam 1 Suro, mengadakan pesta adalah hal yang dilarang. Larangan ini dimaksudkan untuk menghormati keluarga Rasulullah SAW yang sedang berduka.
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar, menjelaskan bahwa bulan Asyura merupakan masa prihatin bagi keturunan Rasulullah SAW.
Pada bulan tersebut, cucu Nabi Muhammad SAW, Husain bin Ali bin Abi Thalib, mengalami penindasan hingga akhirnya dibunuh dengan kejam di Padang Karbala, bahkan lehernya dipenggal.
Larangan berpesta di malam 1 Suro bukan karena takut akan musibah, melainkan sebagai bentuk simpati masyarakat terhadap tragedi yang menimpa cucu Rasulullah SAW, Husain bin Ali bin Abi Thalib.
3. Dilarang Berpergian Jauh
Menurut Ayu Lusio M. Siburian dan Watson Malau dalam artikel ilmiah "Tradisi Ritual Bulan Suro pada Masyarakat Jawa di Desa Sambirejo Timur Percut Sei Tuan," orang Jawa dilarang bepergian pada malam 1 Suro karena malam tersebut dianggap sangat sakral dan penuh risiko.
Masyarakat Jawa percaya bahwa melakukan perjalanan jauh pada malam ini dapat membawa bahaya atau musibah. Keyakinan ini berasal dari pandangan bahwa malam 1 Suro adalah waktu ketika energi dan roh-roh leluhur sangat kuat dan bisa mempengaruhi kehidupan sehari-hari.
Untuk menghindari malapetaka dan memastikan keselamatan, masyarakat Jawa biasanya memilih untuk tetap di rumah dan tidak melakukan kegiatan penting atau bepergian jauh pada malam 1 Suro.
4. Dilarang Berkata Kasar
Dari artikel ilmiah yang berjudul "Sasi Suro pada Orang Jawa di Desa Wonorejo Kecamatan Mangkutana" oleh Triwijayanti, diketahui bahwa masyarakat Jawa menganggap bulan Suro sebagai waktu yang dipenuhi energi negatif.
Mereka percaya bahwa selama bulan ini, roh-roh para wali hadir dan mendengarkan doa serta harapan mereka, sehingga perkataan buruk bisa menjadi kenyataan.
Sehubungan dengan hal tersebut, tradisi yang berlaku di masyarakat Jawa adalah untuk tidak mengucapkan kata-kata kasar atau buruk mulai dari malam 1 Suro dan selama bulan tersebut.
Larangan ini juga mencerminkan nilai-nilai moral yang menghindari perilaku yang tercela dalam kehidupan sehari-hari.
Demikianlah penjelasan mengenai jadwal hingga larangan yang harus dihindari pada malam 1 Suro. Semoga bermanfaat ya, detikers.
Artikel ini ditulis Siti Alya Zikriena Poetri, peserta magang bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(mjy/mjy)