Dosen di Aceh yang Lestarikan Bahasa Gayo Lewat Cerita Anak

Aceh

Dosen di Aceh yang Lestarikan Bahasa Gayo Lewat Cerita Anak

Agus Setyadi - detikSumut
Sabtu, 27 Apr 2024 02:00 WIB
Dosen UTU, Jusnaini Hasni (Foto: UTU Meulaboh)
Foto: Dosen UTU, Jusnaini Hasni (Foto: UTU Meulaboh)
Banda Aceh -

Dosen Universitas Teuku Umar (UTU) Meulaboh, Aceh, Jusnaini Hasni melestarikan bahasa Gayo lewat dua cerita anak yang di karangnya. Kedua cerita berbahasa daerah itu telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan memenangkan sayembara.

Kedua cerita tersebut berjudul 'Lepat ni Belangi' mengisahkan tentang lepat makanan khas Gayo yang mengandung berbagai nutrisi. Lepat merupakan penganan terbuat dari tepung ketan dan diisi gula merah kemudian dibungkus dengan daun pisang.

Pada bagian tengahnya diberi taburan kelapa parut gongseng kemudian dikukus. Cerita tentang lepat itu telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara naskah kedua berjudul 'Mungoro' menceritakan tentang budaya membajak sawah dengan kerbau yang saat ini sudah berganti dengan traktor berkat kemajuan zaman. Kedua cerita itu memenangkan sayembara yang digelar Balai Bahasa Provinsi Aceh.

"Cerita tersebut kita sampaikan dalam bahasa sederhana yang mudah dimengerti anak-anak," kata Jusnaini dalam keterangannya, Jumat (26/4/2024).

ADVERTISEMENT

Pengumuman pemenang kedua naskah itu tertuang dalam Surat Keputusan Nomor 0424/I5.1/BS.02.01/2024 tanggal 23 April 2024 tentang
Penetapan Pemenang Sayembara Penyusunan dan Penerjemahan Cerita Anak dari Bahasa Daerah ke Bahasa Indonesia, Balai Bahasa Provinsi Aceh Tahun Anggaran 2024.

Dosen Bahasa Inggris Prodi Manajemen itu menjelaskan, dirinya membuat cerita tersebut beberapa waktu lalu dengan tujuan untuk menjaga dan melestarikan bahasa Gayo. Dia berharap, anak-anak di sana tetap cakap berbahasa daerah.

Kedua cerita itu disebut sengaja dibuat dengan menyasar segmen pembaca anak-anak sehingga mereka tetap memiliki kemampuan berbahasa daerah. "Terutama bagi kalangan anak-anak yang sudah banyak terkikis kemampuan bahasa daerahnya," jelas Jusnaini.

Dosen asal Gayo Lues itu menjelaskan, kedua naskah yang ditulisnya dan telah diterjemahkan akan dilakukan proses penyuntingan oleh Balai Bahasa Provinsi Aceh secara bertahap. Cerita itu kemudian akan dicetak menjadi buku.

"Kami juga sudah dihubungi oleh pihak balai bahasa mengenai taklimat penyuntingan naskah. Semoga proses ini berjalan lancar hingga naskah dapat dicetak," ujarnya.




(agse/astj)


Hide Ads