Eks Karyawan PLN Manfaatkan Digitalisasi dalam Usaha Handcraft dan Home Decor

Eks Karyawan PLN Manfaatkan Digitalisasi dalam Usaha Handcraft dan Home Decor

Andika Syahputra - detikSumut
Minggu, 21 Apr 2024 06:00 WIB
Muhammad Asad pelaku UMKM Handcraft dan Home Decor di Kota Medan (Andika Syahputra/detikcom)
Muhammad As'ad pelaku UMKM Handcraft dan Home Decor di Kota Medan (Andika Syahputra/detikcom)
Medan -

Muhammad Muhammad As'ad muda memilih untuk berhenti setelah diterima bekerja di PLN tahun 1995 lalu. Hanya satu bulan dia bekerja di PLN.

Setelah lulus SMA tahun 1995, As'ad diterima bekerja di PLN. Sebulan bekerja dia menjadi petugas pencatat meteran listrik.

Keputusannya berhenti bekerja karena gaji Rp 300 ribu per bulan kala itu. Gaji itu terlalu minim baginya. Dia lebih memilih bekerja bersama orang tua yang menjalani bisnis handcraft dan home decor berbahan dasar rotan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kerja sama orang tua awalnya bisa dapat Rp 800 ribu per bulan waktu itu, bisa 3 kali lipat dari gaji. Tahun 1995 itu kalau nggak salah UMR (Upah Minimum Regional) PNS atau PLN Rp 300 ribu," ungkapnya saat berbincang dengan detikcom Kamis 18 April 2024.

"Kalau sekarang pendapatan karyawan PLN bisa lebih tinggi dari usaha rotan ini, tak usah disesali, semua ada rezekinya masing-masing," bilanganya.

ADVERTISEMENT

Setelah dirasa memiliki cukup ilmu dan pengalaman, sejak 2002 bisnis handcraft dan home decor milik orang tua diserahkan kepada As'ad.

Sejak 2016 M As'ad sudah punya langganan atau agen yang menampung barang produksinya. Pengiriman pun dilakukan secara rutin sesuai produksi.

Bahan baku rotan dan kursi berbahan rotan (Andika Syahputra/detikcom)Bahan baku rotan dan kursi berbahan rotan (Andika Syahputra/detikcom)

Oleh sang agen, barang itu kemudian dijual ke daerah Jambi, Palembang, dan Lampung. "Ada langganan kita sampai Jambi, Palembang, Lampung, satu agen. kita kirim ke agen kirim lebih sering ke Lubuklinggau dan Tutupan, Lampung," katanya.

Menjadi langganan karena pembayaran agen tersebut cepat dan lancar. Biasanya ketika dikirim agen tersebut langsung membayar DP atau uang muka 50%.

"Pembayaran nanti transfer lah, langganan sama mereka dari 2016-2017. Kirim ke agen itu, biasa mereka kirim DP 50%, setelah dihitung-hitung dua hari kemudian dilakukan pelunasan," katanya.

Pengiriman ke luar kota biasanya menggunakan truk ekspedisi bertingkat. Truk tersebut biasanya bermuatan maksimal 70 set.

"Sekali kirim ke luar kota pakai truk, truk mobil bertingkat atas bawah. Isinya sekitar 60-70 set, truk mau pulang yang kita ambil, dari pada kosong jadi diambil, harganya ketemu," tuturnya.

Transaksi Usaha Pakai BRI

Karena luasnya jangkauan bisnis dan perkembangan zaman, As'ad memanfaatkan digitalisasi teknologi perbankan yang ada di BRI.

"Semua item kan kita buat, misalkan item kursi ini, kan kita banyak jenisnya. Rata-rata seminggu itu 15 sampai 20 set. 1 set itu 4 kursi 1 meja," tuturnya.

Selain menjual hasil kerajinan ke agen, dia juga menjual sendiri di toko miliknya yang ada di kawasan Galang, Deli Serdang.

"Toko sendiri ada di kawasan Galang. Toko yang adad di depan sini, kalau kurang barang ambil dari kita," ungkapnya.

Sejak menjadi nasabah tahun 2014 lalu, As'ad menggunakan rekening BRI sebagai transaksi keuangan. Perputaran uang usaha yang dijalankannya dilakukan pada rekening BRI.

"Kalau yang pembayaran menunggu barang laku biasanya saya kurang layani, karena kita butuh uang untuk perputaran. Agen itu transfer ke rekening BRI saya untuk pembayaran," bilangnya.

As'ad juga turut memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang ada di BRI. Pinjaman KUR diambil As'ad untuk menambah modal cadangan.

"Awalnya kenal BRI ambil pinjaman konvensional sekitar Rp 70 juta pinjamannya. Target 2 tahun, tapi masih 6 bulan saya lunasi," katanya.

As'ad kemudian beralih ke pinjaman KUR karena bunga yang lebih kecil. "Beralih ke KUR setelah konvensional selesai karena bunganya lebih murah 2014 pertama kali sekitar Rp 25 juta ambil pertama. Ditotal sudah 5 kali, terakhir ngambil Rp 75 juta," ungkapnya.

Keberadaan KUR diakuinya sangat membantu perputaran modal usaha. Produksinya juga meningkat. "Ngambil KUR untuk modal cadangan juga," sebut dia.

M As'ad saat mengecek bahan baku rotan. (Andika Syahputra/detikcom)M As'ad saat mengecek bahan baku rotan. (Andika Syahputra/detikcom)

Sudah 2 Tahun Jadi Merchant BRI

Bukan hanya menjual produk jadi, As'ad juga menjual bahan baku rotan. Dia punya beberapa perajin yang mengambil rotan darinya.

Hari itu ada dua orang dari Binjai yang datang ke tempat As'ad mengendarai mobil pickup. Mereka ingin menjemput bahan baku rotan yang sudah dipesan sebelumnya.

Dua orang pekerja As'ad terlihat sibuk memindahkan rotan tersebut ke mobil pick up. Setelah selesi pembeli rotan yang diketahui bernama Rina pun akan melakukan pembayaran.

"Bisa bayar transfer, bisa juga ini QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard)," ujar As'ad ke Rina sembari menunjukkan barcode QRIS BRI miliknya.

Rina kemudian membuka ponsel miliknya dan melakukan pembayaran melalui QRIS. "Sudah ya bang," kata Rina yang dijawab terima kasih oleh As'ad.

As'ad bercerita dia sudah dua tahun terakhir menjadi merchant BRI. Hal itu didapatnya ketika dia mengikuti pameran ketika HUT BRI.

"Waktu itu diajak BRI ikut pameran, mereka nawari buat QRIS, langsung dibuat. Memang tidak sering orang bayar QRIS, kalau tidak QRIS bisa transfer ke rekening BRI saya. Ini untuk memudahkan pelanggan saja," sebutnya.

Transaksi QRIS BRI Meningkat

Direktur Jaringan dan Layanan BRI Andrijanto, mengatakan sepanjang 2023 volume transaksi merchant QRIS BRI mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 400 persen. Hal ini menunjukkan penggunaan QRIS semakin diminati masyarakat karena lebih mudah dan cepat.

"Jumlah merchant QRIS BRI telah mencapai 3,7 juta atau tumbuh 30% year-on-year (yoy) seiring dengan akuisisi merchant QRIS BRI yang dilakukan secara masif. Pada tahun ini, akuisisi merchant QRIS BRI diproyeksikan mengalami pertumbuhan 20% yoy dengan volume transaksi diproyeksikan tumbuh sekitar 18% yoy," ujarnya dikutip dari laman resmi BRI.




(astj/astj)


Hide Ads