5 Khutbah Jumat Bulan Syaban, Mari Raih Keberkahannya

5 Khutbah Jumat Bulan Syaban, Mari Raih Keberkahannya

Fria Sumitro - detikSumut
Kamis, 15 Feb 2024 15:30 WIB
ilustrasi khutbah Jumat
Kumpulan Khutbah Jumat Bulan Syaban (Foto: Fria Sumitro/detikSumut)
Medan -

Saat ini, umat Islam tengah berada dalam bulan kedelapan kalender Hijriah, yakni Syakban. Bulan yang berada di antara Rajab dan Ramadan ini kerap dilalaikan oleh manusia.

Padahal, ada banyak amalan yang bisa dikerjakan selama bulan ini. Untuk itu, khatib salat Jumat dapat mengingatkan para jemaah untuk meningkatkan ibadah selama Syakban.

Dikutip dari situs NU Online, berikut kumpulan khutbah Jumat bulan Syaban. Langsung simak di bagian berikut ini, yuk!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khutbah Jumat Bulan Syaban (1): Rahasia dan Keistimewaan Bulan Sya'ban

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلهِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْاِحْسَانِ، وَمُضَاعِفِ الْحَسَنَاتِ لِذَوِي الْاِيْمَانِ وَالْاِحْسَانِ، اَلْغَنِيُّ الَّذِيْ لَمِ تَزَلْ سَحَائِبُ جُوْدِهِ تَسِحُّ الْخَيْرَاتِ كُلَّ وَقْتٍ وَأَوَانٍ، العَلِيْمُ الَّذِيْ لَايَخْفَى عَلَيْهِ خَوَاطِرُ الْجَنَانِ، اَلْحَيُّ الْقَيُّوْمُ الَّذِيْ لَاتَغِيْضُ نَفَقَاتُهُ بِمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَزْمَانِ، اَلْكَرِيْمُ الَّذِيْ تَأَذَّنَ بِالْمَزِيْدِ لِذَوِي الشُّكْرَانِ. أَحْمَدُهُ حَمْدًا يَفُوْقُ الْعَدَّ وَالْحُسْبَانَ، وَأَشْكُرُهُ شُكْرًا نَنَالُ بِهِ مِنْهُ مَوَاهِبَ الرِّضْوَانِ

ADVERTISEMENT

أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ دَائِمُ الْمُلْكِ وَالسُّلْطَانِ، وَمُبْرِزُ كُلِّ مَنْ سِوَاهُ مِنَ الْعَدَمِ اِلَى الْوِجْدَانِ، عَالِمُ الظَّاهِرِ وَمَا انْطَوَى عَلَيْهِ الْجَنَانُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ نَوْعِ الْاِنْسَانِ، نَبِيٌّ رَفَعَ اللهُ بِهِ الْحَقَّ حَتَّى اتَّضَحَ وَاسْتَبَانَ. صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْاِحْسَانِ. أَمَّا بَعْدُ، أَيُّهَا الْاِخْوَانُ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ، بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah

Segala puji bagi Allah swt, yang telah memberikan kita semua hidayah dan inayah untuk terus istiqamah dalam melaksanakan shalat Jumat ini. Shalawat dan salam semoga terus mengalir kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw yang telah mengorbankan segala waktunya hanya untuk menyebarkan Islam dengan penuh kasih sayang, sebagaimana yang kita rasakan saat ini. Semoga kita bisa bersamanya kelak di hari kiamat, amin.

Selanjutnya, khatib berwasiat kepada diri khatib sendiri, keluarga, dan semua jamaah yang hadir pada pelaksanaan shalat Jumat ini, untuk terus meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt, dengan memperbanyak ibadah dan kebajikan, serta menjauhi semua larangan-Nya. Sebab, tidak ada bekal yang lebih baik untuk dibawa menuju akhirat selain ketakwaan.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah

Allah swt telah menciptakan dua belas bulan dalam satu tahun sebagai salah satu tanda kekuasaan-Nya. Tentu, dalam setiap bulannya terdapat keistimewaan dan rahasia yang tersirat di dalamnya. Dan sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang terus berupaya untuk memaksimalkan ibadah dan kebaikan, khususnya di bulan-bulan yang dianggap mulia dalam Islam.

Saat ini kita telah memasuki salah satu bulan yang sangat dimuliakan dalam Islam, yaitu bulan Sya'ban. Bulan yang sangat agung. Di dalamnya banyak rahasia dan keistimewaan yang Allah khususkan hanya pada bulan ini. Oleh karena itu, Rasulullah menegaskan bahwa di balik hikmah bulan ini disebut dengan bulan Sya'ban adalah karena terdapat kebaikan yang sangat banyak. Dalam riwayat Anas bin Malik, nabi bersabda:

إِنَّمَا سُمِيَ شَعْبَانَ لِأَنَّهُ يَتَشَعَّبُ فِيْهِ خَيْرٌ كَثِيْرٌ لِلصَّائِمِ فِيْهِ حَتَّى يَدْخُلَ الْجَنَّةَ

Artinya, "Dinamakan bulan Sya'ban karena di dalamnya terdapat kebaikan yang sangat banyak kebaikan bagi orang yang berpuasa di dalamnya, hingga ia masuk surga." (HR Anas bin Malik).

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah

Rasulullah sebagai contoh dan teladan bagi umat Islam selalu menjalani bulan ini dengan berpuasa. Bahkan jumlah puasa yang dilakukannya melebihi bulan-bulan yang lain selain bulan Ramadhan, ternyata ketika ditanya oleh para sahabat perihal semua itu, beliau menjawab bahwa bulan ini merupakan bulan diangkatnya semua amal ibadah kepada Allah.

ذَاكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ يُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

Artinya, "Ini adalah bulan yang kerap dilalaikan oleh manusia darinya. Ia adalah bulan di antara Rajab dan Ramadhan, yaitu bulan di mana amal-amal akan diangkat kepada Tuhan alam semesta, maka aku senang amalku diangkat ketika aku sedang berpuasa." (HR. An-Nasa'i)

Selain itu, terdapat banyak kejadian-kejadian luar biasa yang terjadi pada bulan Sya'ban. Salah satunya adalah peristiwa perubahan arah kiblat dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha Palestina, kemudian Allah kembalikan lagi seperti semula, yaitu menghadap Masjidil Haram Makkah. Berkaitan dengan hal ini, Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ

Artinya, "Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana engkau berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu." (QS. Al-Baqarah [2]: 144).

Hikmah dari peristiwa ini adalah Allah hendak mengetahui orang-orang yang benar-benar beriman pada ajaran yang dibawa oleh nabi, dan orang-orang yang ingkar kepadanya. Berkaitan dengan hal ini, Allah swt berfirman dalam Al-Qur'an:

وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنْتَ عَلَيْهَا إِلا لِنَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ

Artinya, "Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang." (QS. Al-Baqarah [2]: 143).

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah

Dalam peristiwa perubahan arah kiblat, umat Islam benar-benar diuji keimanannya oleh Allah. Tidak sedikit dari mereka yang ingkar dan keluar dari ajaran Islam. Dan tidak sedikit pula yang keimanannya justru semakin kuat dan mantap pada ajaran yang dibawa oleh nabi. Oleh karenanya, saat ini menjadi momen yang sangat tepat untuk kembali menguatkan keyakinan dan keimanan hanya kepada Allah semata.

Selain itu, bulan ini juga dikenal dengan bulan shalawat kepada Nabi Muhammad. Umat Islam sangat dianjurkan untuk terus memperbanyak membaca shalawat kepadanya. Hal ini karena seiring dengan turunnya firman Allah swt, berupa perintah membaca shalawat:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Artinya, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya." (QS Al-Ahzab [33]: 56).

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah

Demikian khutbah Jumat perihal rahasia dan keutamaan bulan Sya'ban. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang bisa mengambil keuntungan dan memaksimalkan bulan Sya'ban, dan tidak termasuk golongan orang-orang yang menyia-nyiakan bulan mulia ini. Sekali lagi khatib mengingatkan untuk terus meningkatkan kualitas ketakwaan kepada Allah, sebab hanya dengan ketakwaan seseorang bisa selamat di dunia dan akhirat.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ

أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

(Oleh: Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur)

Khutbah Jumat Bulan Syaban (2): Yang Dilakukan Nabi di Bulan Sya'ban

Khutbah I

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ

اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ اللَّيْلِ عَلَى النَّهَارْ، تَذْكِرَةً لِأُولِى الْقُلُوْبِ وَالْأَبْصَارْ، وَتَبْصِرَةً لِّذَوِي الْأَلْبَابِ وَالْإِعْتِبَارْ. أَشْهَدُ أَنْ لَاۧ إِٰلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهْ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلاَئِقِ وَالْبَشَرْ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ نُوْرِ الْأَنْوَارْ، وَعَلَى أٰلِهِ وَصَحْبِهِ الْأَطْهَارْ. أَمَّا بَعْدُ

فَيَآأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ فِيْ سُوْرَةِ الْبَقَرَةِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ وَتُوبُوْا إِلَى اللهِ جَمِيْعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ

Ma`âsyiral Muslimîn jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,

Pada kesempatan yang mulia ini marilah kita tingkatkan kualitas takwa kita, di antaranya dengan berusaha sungguh-sungguh untuk meningkatkan amal kebaikan di bulan Sya'ban. Di antara cara yang kita lakukan adalah meraih keberkahan di bulan Sya'ban dengan cara menekankan substansi puasa. Mengapa kita harus sungguh-sungguh meningkatkan amal kebaikan di bulan Sya'ban dengan cara menekankan substansi puasa?

Ini karena Sya'ban, bulan ke-8 dalam kalender Hijriyah adalah bulan yang mulia dan utama, yang mendapatkan perhatian Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Rasulullah telah mengingatkan kepada kita tentang pentingnya bulan Sya'ban ini, yang banyak orang melupakannya atau tidak memperhatikannya. Dalam sebuah hadits disebutkan:

عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ!، لَمْ أَرَكَ تَصُوْمُ مِنْ شَهْرٍ مِنَ الشُّهُوْرِ مَا تَصُوْمُ مِنْ شَعْبَانَ؟ قَالَ: ذٰلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ، بَيْنَ رَجَبَ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيْهِ اْلأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. فَأُحِبُّ أَنْ يُّرْفَعَ عَمَلِيْ وَأَنَا صَائِمٌ

Artinya: "Dari Usâmah bin Zaid ra. ia berkata: aku bertanya: Wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihat engkau (memperbanyak) berpuasa pada suatu bulan pun sebagaimana engkau berpuasa pada bulan Sya'ban? Beliau menjawab: (Sya'ban) itu adalah bulan di mana manusia melupakannya (tidak memperhatikannya), antara Rajab dan Ramadhan, padahal ia adalah bulan di mana diangkat dan dilaporkanlah semua amal perbuatan manusia kepada Tuhan semesta alam. Oleh karena itulah aku senang amalku akan dilaporkan ketika aku sedang berpuasa." (HR. al-Nasâ'î)

Jama'ah shalat Jumat yang dimuliakan Allah,

Hadits di atas menunjukkan kepada kita mengenai kemuliaan bulan Sya'ban. Kemuliaan bulan Sya'ban ini tampak dari begitu perhatian Rasulullah memuliakannya dengan memperbanyak berpuasa Sya'ban. Sya'ban yang letaknya di antara bulan Rajab dan Ramadhan, justru banyak orang melupakannya atau tidak memberikan perhatian kepadanya. Padahal ia adalah bulan di mana semua amal perbuatan manusia diangkat dan dilaporkan kepada Tuhan semesta alam.

Begitu menyenangkan bila saat amal kita diangkat dan dilaporkan ke hadirat Allah SWT, sedang kita dalam keadaan berpuasa, melakukan amal kebaikan.

Jama'ah shalat Jumat yang dimuliakan Allah,

Hadits di atas pun menunjukkan kesunahan untuk menghidupkan waktu-waktu di mana banyak manusia terlena, dengan melakukan berbagai ketaatan dan kebaikan.

Oleh karena itu, di bulan Sya'ban ini kita disunnahkan untuk memperbanyak berpuasa Sya'ban, tentu saja bukan semata-mata berpuasa hanya menahan diri dari makan dan minum dan segala yang membatalkan puasa sejak fajar shadiq, waktu shalat subuh, sampai terbenamnya matahari, waktu shalat maghrib, tetapi betul-betul berusaha untuk mencapai esensi puasa itu sendiri, yaitu meninggalkan perkataan yang keji (qaul al-zûr) dan perbuatan kotor (maksiat).

Saudara-saudara kaum Muslimin yang dimuliakan Allah,

Berpuasa yang demikian ini berarti merupakan cara untuk mendapatkan keberkahan di bulan Sya'ban. Sebagaimana telah diajarkan oleh Nabi SAW bahwa sejak kita masuk bulan Rajab agar kita berdoa memohon keberkahan di Bulan Rajab, bulan Sya'ban dan bulan Ramadhan. Doa dimaksud adalah doa yang tersebut dalam riwayat Imam Ahmad yang berbunyi:

اَللّٰهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَارِكْ لَنَا فِيْ رَمَضَانَ

"Wahai Allah, berikanlah kepada kami keberkahan di bulan Rajab dan bulan Sya'ban, dan berikanlah kepada kami keberkahan di bulan Ramadhan."

Dengan demikian, cara kita meningkatkan kualitas kebajikan di bulan Sya'ban, di antaranya dengan memperbanyak berpuasa di bulan Sya'ban, dalam arti menjalankan substansi puasa itu sendiri, yakni meninggalkan segala perbuatan yang keji dan kotor (maksiat) dan dosa. Cara yang baik ini merupakan upaya kita untuk meraih keberkahan hidup, yakni bertambahnya kebaikan-kebaikan, kemanfaatan-kemanfaatan dan kemaslahatan-kemaslahatan bagi kita.

Jama'ah shalat Jumat yang dimuliakan Allah,

Dalam keadaan berbuat kebajikan itulah, kitab berharap mudah-mudahan amal perbuatan kebajikan kita itulah yang dilaporkan kepada Allah Swt. Semoga kita mendapatkan keberkahan di bulan Sya'ban ini dan bulan Ramadhan yang akan datang. Semoga kita dan bangsa kita Indonesia ini dihindarkan dari malapetaka dan kemurkaan. Amîn yâ Mujîbad Da'awât.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بِاْلُقْرءَانِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهٗ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah II

نَحْمَدُ اللهَ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ، وَنَعُوْذُ بِهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئاَتِ أَعْمَالِنَا. أَشْهَدُ أَنْ لَاۧ إِٰلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهْ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةْ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ مِنْ يَوْمِنَا هَذَا إِلَى يَوْمِ النَّهْضَةْ . أَمَّا بَعْدُ. أَيُّهَا النَّاسُ! أُوْصِيْكُمْ بتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ تَعَالَى مُخْبِرًا وَأٰمِرًا: إِنَّ اللهَ وَمَلَآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ وَبَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا إِبْراهَيْمَ فِي الْعٰلَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، بِرَحْمَتِكَ يَآ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ....

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالمْؤُمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَا قَاضِيَ الْحاَجاَتِ. اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ الِإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ وُلاَةَ الْمُسْلِمِيْنَ بِمَا فِيْهِ صَلاَحُ الِإِسْلاَمِ وَالْمُسْلِمِيْنَ. رَبَّنَا أتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّءْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا. رَبَّناَ لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا. رَبَّنَا أتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهْ! إِنَّ اللهَ يَأمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاۤءِ ذِي اْلقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ اْلفَخْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمٍ يَّزِدْكُمْ وَاسْئَلُوْا مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

(Oleh: Ustadz Ahmad Ali MD, Pengurus Lembaga Dakwah PBNU)

Khutbah Jumat Bulan Syaban (3): Tiga Cara Allah Memuliakan Bulan Sya'ban

Khutbah I

الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانَ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلَ يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ. أمَّا بعْدُ، فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ. فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,

Secara bahasa, sya'ban berasal dari kata syi'ab yang artinya jalan di atas gunung. Makna ini selaras dengan posisi bulan Sya'ban yang menyongsong bulan Ramadhan. Hal ini merupakan kiasan bahwa bulan kedelapan dalam kalender Hijriyah tersebut merupakan momen tepat untuk menapaki jalan kebaikan secara lebih intensif, mempersiapkan diri menyambut bulan paling mulia, yakni Ramadhan.

Posisi bulan Sya'ban yang terletak di antara Rajab dan Ramadhan seringkali kurang mendapat perhatian lebih dibanding dua bulan mulia yang menghimpitnya itu. Pada Rajab, keutamaan-keutamaan seputar puasa dan amalan lainnya kerap kita dengar. Di bulan Rajab pula kita mengenang peristiwa dahsyat yang dialami Rasulullah: Isra' Mi'raj. Bulan Ramadhan lebih hebat lagi. Orang-orang seakan-akan menjadi manusia baru, berburu fadhilah dan pahala berlipat di bulan suci ini. Tidak demikian dengan Sya'ban. Dalam hadits riwayat Abu Dawud dan Nasai, Nabi menyebut Sya'ban sebagai bulan yang biasa dilupakan umat manusia.

Dilupakan bukan berarti terhina. Ia diabaikan manusia karena manusianya sendiri yang kurang menyadari kemuliaan bulan Sya'ban, bukan akibat bulan Sya'ban itu sendiri tidak mulia. Sikap ini biasanya hanya terjadi di kalangan awam atau orang-orang yang secara ruhani belum mendekat kepada Allah. Para salafus shalih memberi perhatian lebih pada bulan ini dengan beragam kegiatan ibadah, utamanya pada momen nisfu Sya'ban (pertengahan bulan Sya'ban).

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,

Bukti dari mulianya bulan Sya'ban, bisa kita lihat dari sejumlah peristiwa penting bersejarah di dalamnya. Peristiwa-peristiwa ini bisa dipandang bukan semata sebagai fakta historis tapi juga pertanda bahwa Allah memberikan perhatian spesial terhadap bulan ini.

Pertama, pada bulan Sya'ban Allah menurunkan ayat perintah bershalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ sebagaimana yang tercantum dalam Surat al-Ahzab ayat 56:

إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Artinya, "Sungguh Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, shalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya."

Mayoritas ulama, khususnya dari kalangan mufassir, sepakat bahwa ayat ini turun di bulan Sya'ban. Secara bahasa, shalawat berakar dari kata shalât yang berarti doa. Dalam ayat tersebut ada tiga shalawat: shalawat yang disampaikan Allah, shalawat yang disampaikan malaikat, dan (perintah) shalawat yang disampaikan umat Rasulullah ﷺ.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya-mengutip pernyataan Imam Bukhari-menjelaskan bahwa "Allah bershalawat" bermakna Dia memuji Nabi, "Malaikat bershalawat" berarti mereka sedang berdoa, sementara "manusia bershalawat" selaras dengan pengertian mengharap berkah.

Ayat tersebut menjadi bukti kedudukan Rasulullah yang tinggi. Kemuliaan dan rahmat dilimpahkan langsung oleh Allah kepada beliau, malaikat-malaikat suci terlibat dalam merapalkan doa-doa, dan seluruh kaum beriman pun diperintah untuk mengucapkan shalawat kepadanya.

Wajar sekali bila Syekh Abdul Qadir al-Jailani dalam menganjurkan umat Islam untuk memperbanyak shalawat di bulan Sya'ban, di samping bergegas membersihkan diri atau bertobat dari kesalahan-kesalahan yang sudah lewat guna menyambut Ramadhan dengan hati yang bersih.

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,

Kedua, bulan Sya'ban merupakan saat diturunkannya kewajiban berpuasa bagi umat Islam. Imam Abu Zakariya an-Nawawi dalam al-Majmû' Syarah Muhadzdzab menjelaskan bahwa Rasululah menunaikan puasa Ramadhan selama sembilan tahun selama hidup, dimulai dari tahun kedua Hijriah setelah kewajiban berpuasa tersebut turun pada bulan Sya'ban.

Puasa merupakan kegiatan penting guna meredam nafsu yang sering menuntut dimanjakan. Melalui puasa, manusia ditempa secara ruhani untuk menahan berbagai godaan duniawi, bahkan untuk hal-hal yang dalam kondisi normal (tak berpuasa) halal. Menahan diri dari hal-hal halal seperti makan, minum, berhubungan dengan istri, menjadi sinyal kuat bahwa sesungguhnya ada yang lebih penting dari kenikmatan dunia yang fana ini, yakni kenikmatan Akhirat, berjumpa dengan Allah subhanahu wata'ala.

Bulan Ramadhan merupakan bulan paling mulia di antara bulan-bulan lainnya. Artinya, Sya'ban merekam sejarah penting "diresmikannya" kemuliaan Ramadhan dengan difardhukannya puasa bagi kaum mukminin selama sebulan penuh. Sya'ban menjadi tonggak menyambut bula suci sebagai anugerah besar dari Allah yang melipatgandakan pahala segala amal kebaikan di bulan Ramadhan.

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,

Ketiga, bulan Sya'ban juga menjadi sejarah dimulainya Ka'bah menjadi kiblat umat Islam yang sebelumnya adalah Masjidil Aqsha. Peristiwa peralihan kiblat ini ditandai dengan turunnya ayat 144 dalam Surat al-Baqarah:

قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ

Artinya: "Sungguh Kami melihat wajahmu kerap menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkanmu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram."

Saat menfsirkan ayat ini, Al-Qurthubi dalam kitab Al-Jami' li Ahkâmil Qur'an dengan mengutip pendapat Abu Hatim Al-Basti mengatakan bahwa Allah memerintahkan Rasulullah ﷺ untuk mengalihkan kiblat pada malam Selasa bulan Sya'ban yang bertepatan dengan malam nisfu Sya'ban.

Kiblat menjadi simbol tauhid karena seluruh umat Islam menghadap pada satu tujuan. Beralihnya kiblat dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram juga menegaskan bahwa Allah tak terikat dengan waktu dan tempat. Hal ini ditunjukkan dengan sejarah perubahan ketetapan kiblat yang tidak mutlak dalam satu arah saja. Umat Islam tidak sedang menyembah Ka'bah ataupun Masjidil Aqsha melainkan Allah subhanahu wata'ala.

Semoga kita semua termasuk orang-orang yang tidak menyia-nyiakan bulan Sya'ban, meski di tengah kesibukan duniawi yang luar biasa. Al-faqir mengajak kepada jamaah sekalian untuk menyisihkan waktu untuk meningkatkan kedekatan kita kepada Allah, melalui kontemplasi, dzikir, dan amal kebaikan, lebih-lebih di bulan mulia ini. Wallahu a'lam.

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

(Oleh: Alif Budi Luhur)

Khutbah Jumat Bulan Syaban (4): Mendaki Ridha Allah di Bulan Sya'ban

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لله عَلَى نِعَمِهِ فِي شَهْرِ شَعْبَان، الَّذِى جَعَلَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ الكَامِلِيْنَ، وَأَمَرَنَا بِاتِّبَاعِ سَبِيْلِ المُؤْمِنِيْن، وأشْهَدُ أَنْ لَا إله إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الحق المبين وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصادق الوعد الأمين، اللهم صَلَّى عَلَى سيدنا محمد وَعَلَى أله وَصَحْبِهِ أجمعين، وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أمَّا بَعْدُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ، وكُوْنُوا مِنَ المُؤْمِنِيْنَ الصَّادِقِين، وَاعْلَمُوا رَحِمَكُمُ اللهُ إِنَّ لِلإِيمَانِ شُعَبٌ، فَدُونَكُمْ منها مَا نَطَقَ به القرأنُ، وَمَا بَيَّنَهُ رسولُ اللهِ صلَّى الله عليه وسلم "المُؤْمِنُ حَقّاً إذا ذكرالله وجلت قلبه وخشعت نفسه، وفاضت عينه، من إذا سمع القرأن ثلج صدره وزاد إيمانه، وعلا يقينه، من يعتمد على ربه في نوال غايته، بعد أن بذل جهده فى سبيل حاجته، المؤمن حقا من أمن بكل ماجاء به القرأن، إيمانا لايزلزله شك وارتياب، وجاهد بنفسه وماله فى نصرة الدين وإقامة الحق المبين، المؤمن حقا لاسلطان للشيطان على نفسه، وأنه إيمان المرء يزيد بالطاعات وينقص بالمعصية.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Marilah kita bersama-sama menjaga kualitas takwa kita kepada Allah subhanahu wata'ala dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya dengan penuh kesadaran dan keinsafan. Karena hanya dengan takwalah jalan kita mendekati Allah subhanahu wata'ala mencapai kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat, seperti yang difirmankan Allah dalam Yunus 63-64:

اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَكَانُوْا يَتَّقُوْنَۗ (٦٣) لَهُمُ الْبُشْرٰى فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِى الْاٰخِرَةِۗ لَا تَبْدِيْلَ لِكَلِمٰتِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُۗ (٦٤)

Artinya: "(Yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Tidak ada perubahan bagi janji-janji Allah. Demikian itulah kemenangan yang agung."

Hadirin kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah,
Syukur alhamdulillah kita panjatkan ke hadirat Allah yang Mahakuasa, karena hari ini kita semua masih menikmati indahnya bulan Sya'ban. Sya'ban adalah bulan kedelapan dalam penanggalan hijriah. Secara bahasa kata "sya'ban" mempunyai arti "berkelompok". Nama ini disesuaikan dengan tradisi bangsa Arab yang berkelompok mencari nafkah pada bulan itu).

Sya'ban termasuk bulan yang dimuliakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selain bulan yang empat, yaitu Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Salah satu cara Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memuliakan Syaban adalah beliau banyak berpuasa pada bulan ini.

Hadits yang diriwayatkan oleh Imam an-Nasa'i dan Abu Dawud dan disahihkan oleh Ibnu Huzaimah menyatakan, Usamah berkata pada Rasululllah shallallahu 'alaihi wasallam, "Wahai Rasulullah, saya tak melihat Rasul melakukan puasa (sunnah) sebanyak yang Rasul lakukan dalam bulan Sya'ban." Rasul menjawab: "Bulan Sya'ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadhan yang dilupakan oleh kebanyakan orang."

عن أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

"Usamah bin Zaid berkata, 'Wahai Rasululllah aku tidak pernah melihat engkau berpuasa sebagaimana engkau berpuasa pada bulan Sya'ban. Nabi membalas, "Bulan Sya'ban adalah bulan yang biasa dilupakan orang, karena letaknya antara bulan Rajab dengan bulan Ramadan. Bulan Sya'ban adalah bulan diangkatnya amal-amal. Karenanya, aku menginginkan pada saat diangkatnya amalku, aku dalam keadaan sedang berpuasa." (HR Nasa'i)

Hadirin,

Oleh karena itu, marilah di awal-awal bulan Sya'ban ini kita perkokoh keimanan dan ketakwaan kita. Mumpung masih ada waktu, mumpung ada bulan Sya'ban yang penuh dengan keutamaan dan keistimewaan.

Kata "sya'ban" juga berasal dari kata syi'ab bisa dimaknai sebagai jalan setapak menuju puncak. Artinya bulan Sya'ban adalah bulan persiapan yang disediakan oleh Allah subhanahu wata'ala kepada hamba-Nya untuk menapaki dan menjelajahi keimanannya sebagai persiapan menghadapi puncak bulan Ramadhan.

Meniti perjalanan menuju puncak bukanlah hal yang mudah. Minimal memerlukan persiapan-persiapan yang terkadang sangat melelahkan dan menguras energi. Ingatlah pekerjaan mendaki gunung yang mengharuskan berbagai macam pelatihan. Begitu pula meniti langkah menuju puncak selama bulan Sya'ban, tentunya pendakian itu mengharuskan kesungguhan hati dan niat yang suci. Mendaki adalah usaha menuju yang lebih tinggi yang harus dilalui dengan susah dan payah. Kepayahan itu akan terasa ketika kita memilih berpuasa di bulan Sya'ban sebagai bentuk pendakian menuju puncak, persiapan menyambut bulan suci Ramadhan.

Ma'asyiral mu'minin rahimakumullah,

Pendakian menuju puncak di bulan Sya'ban ini juga dapat dilakukan dengan cara banyak beristigfar dan meminta ampun atas segala dosa yang telah kita lakukan di bulan-bulan sebelumnya. Baik dosa yang kasat mata maupun dosa yang adanya di dalam hati dan tidak kasat mata, dan justru dosa terakhir inilah yang terkadang lebih menumpuk di bandingkan dosa kelakukan. Ujub, riya' (pamer agar dilihat orang lain), sum'ah (pamer agar didengar orang lain), takabur, dan lain sebagainya:

Coba kita dalami an-Nahl ayat 78:

وَاللهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَالأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur."

Bukankah ayat tersebut seolah mewajibkan manusia agar selalu insaf dan sadar bahwa berbagai anugerah kita di dunia ini-jabatan, kekuatan, kekayaan, kegagahan, kepandaian dan semuanya-adalah pemberian Allah subhanahu wata'ala, dan manusia pada awalnya tidak mengerti suatu apa pun.

Karenanya, jikalau sampai terbersit dalam hati kita sebagai manusia akan kepemilikan dan ke-aku-an, sadarlah bahwa itu adalah kesombongan dan ketakaburan. Apalagi jikalau perasaan itu disertai dengan kesengajaan menafikan Allah subhanahu wata'ala maka segeralah bertobat. Allah sendiri mengancam orang-orang seperti ini dalam Surat Thaha ayat 124:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى

"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta."

Dengan demikian, ma'asyiral Muslimin, wajiblah setiap manusia itu selalu bersujud dan berbakti kepada Allah subhanahu wata'ala setiap saat, setiap waktu. Semakin berpangkat, semakin pandai, semakin kaya, semakin berada, maka sujudnya harus semakin dalam dan penuh makna.

Sebagai penghujung khutbah ini, marilah di waktu yang istimewa ini di bulan Sy'aban yang penuh fadhilah ini, kita mendaki bersama dengan menjalankan berbagai amal shaleh dan meminta pengampunan atau maghfirah-Nya, sehingga kita akan sampai di puncak nanti sebagai insan yang siap menjalankan keinsaniahannya di depan Sang Khaliq

اللهُمَّ رَبُّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا، اِنَّهَا سَاۤءَتْ مُسْتَقَرًّا وَّمُقَامًا، رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا، بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا.

اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

(Oleh: Mahbib Khoiron)

Khutbah Jumat Bulan Syaban (5): Marhaban Sya'ban, Pintu Gerbang Bulan Ramadhan

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَام أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ, اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ, وَاشْكُرُوْهُ عَلَى مَا هَدَاكُمْ لِلإِسْلاَمِ، وَأَوْلاَكُمْ مِنَ الْفَضْلِ وَالإِنْعَامِ، وَجَعَلَكُمْ مِنْ أُمَّةِ ذَوِى اْلأَرْحَامِ. قَالَ تَعَالَى : إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Jamaah Jumat rahimakumullah

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat kesehatan dan kesempatan untuk berkumpul di majlis Jumat hari ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya yang mulia.

Pada kesempatan kali ini, marilah kita juga merenungkan tentang betapa pentingnya memiliki ketakwaan sebagai seorang muslim. Takwa merupakan landasan yang menjadi kunci keselamatan di dunia dan akhirat dan harus kita pertahankan sampai kita berpisah dengan kehidupan dunia. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Imran ayat 102:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.".

Ketakwaan juga adalah cara untuk membuktikan keimanan kita kepada Allah swt. Takwa mendorong kita untuk menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala bentuk larangan-Nya. Ketakwaan mengajarkan kita untuk selalu berusaha menjadi pribadi yang berbakti kepada Allah swt dan berbuat baik kepada sesama. sehingga kita perlu mengembangkan ketakwaan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam hubungan sosial kemasyarakatan.

Ketakwaan memotivasi kita untuk berperilaku baik dan memperlakukan orang lain dengan adil dan baik, serta menjauhi perbuatan yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Oleh karena itu, mari kita perkuat ketakwaan kepada Allah agar kita senantiasa berada di jalan yang benar dan mendapatkan petunjuk dari Allah swt.

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Pada kesempatan khutbah ini, khatib akan menyampaikan materi khutbah berjudul: "Marhaban Sya'ban, Pintu Gerbang Bulan Ramadhan." Tema tentang ini penting untuk disampaikan mengingat saat ini kita sudah memasuki bulan Sya'ban yang merupakan bulan ke-8 dalam kalender hijriah. Bulan ini diapit oleh dua bulan mulia yakni Rajab dan Ramadhan dan seolah menjadi paket yang ditunggu-tunggu umat Islam dengan banyaknya doa dipanjatkan yang merupakan hadits nabi riwayat Anas bin Malik ra:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبَ وَشَعْبَانَ، وَبَلِّغنَا رَمَضَانَ

Artinya: "Ya Allah, anugerahkanlah keberkahan kepada kami di bulan Rajab dan Sya'ban, dan sampaikanlah umur kami pada bulan Ramadhan."

Jamaah Jumat rahimakumullah

Hadirnya bulan Sya'ban sebelum bulan Ramadhan, seolah menjadikan bulan ini sebuah pintu gerbang yang mengingatkan kita untuk menyiapkan diri dan membawa bekal persiapan yang cukup untuk menghadapi dan memasuki suasana serta kondisi baru. Agar tidak kaget memasuki bulan Ramadhan, Rasulullah saw telah memberi contoh untuk melakukan latihan-latihan di bulan Sya'ban berupa peningkatan kuantitas berpuasa. Hal ini didasarkan hadits Rasulullah saw diriwayatkan dari Sayyidah 'Aisyah:

فَمَا رَاَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم اِسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ اِلَّا رَمَضَانَ وَمَارَاَيْتُهُ اَكْثَرَ صِيَامُا مِنْهُ فِيْ شَعْبَانَ رواه البخاري

Artinya: "Saya tidak pernah melihat Rasulullah melaksanakan ibadah puasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan, dan tidak pernah melihat Rasulullah memperbanyak puasa dalam satu bulan selain bulan Sya'ban" (HR. Bukhari).

Latihan ini penting karena pada bulan Ramadhan nanti, kita umat Islam akan menjalankan kewajiban yang menjadi salah satu rukun Islam yakni berpuasa selama satu bulan penuh. Dengan memulai latihan puasa di bulan ini, maka saatnya nanti menjalankan puasa di bulan Ramadhan, tubuh kita akan sudah terbiasa dengan perubahan pola makan seperti di bulan-bulan lainnya.

Selain manfaat secara jasmani, keutamaan berpuasa di bulan Sya'ban juga sudah diingatkan oleh Nabi Muhammad dalam haditsnya. Nabi menyebut bahwa pada bulan ini, amal ibadah manusia akan diangkat oleh Allah swt sehingga Nabi ingin saat amal itu diangkat, beliau masih dalam keadaan berpuasa. Hal ini disebutkan dalam hadits riwayat Nasai:

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

Artinya: "Itulah bulan yang manusia lalai darinya. Bulan yang berada di antara bulan Rajab dan Ramadhan, yaitu bulan yang disana berisikan berbagai amal, perbuatan diangkat kepada Rabb semesta alam, aku senang amalku diangkat ketika aku sedang berpuasa." (HR Nasai).

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Bukan hanya ibadah puasa, pada bulan ini, kita juga dianjurkan untuk meningkatkan ibadah-ibadah lain seperti membaca Al-Qur'an, shalat, berzikir, dan membaca shalawat. Terkait membaca shalawat, memang bulan ini merupakan bulan yang spesial untuk nabi dan dianjurkan banyak membaca shalawat padanya. Pasalnya, pada bulan inilah diturunkan sebuah ayat yang memerintahkan kita untuk bershalawat kepada Nabi. Bukan hanya kita saja sebagai manusia biasa, Allah dan Malaikat-Nya pun dalam ayat ini disebutkan ikut bershalawat kepada Nabi. Ayat ini tertulis dalam Al-Qur'an Surat Al-Ahzab ayat 56 yang sudah sangat masyhur yakni:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Artinya: "Sungguh Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, shalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya."

Turunnya ayat ini di bulan Sya'ban menjadi tanda bahwa Rasulullah menjadikan bulan ini spesial baginya. Dalam sebuah hadits dari Dari Anas bin Malik ra rasulullah menyebut bulan Sya'ban ini adalah bulan miliknya:

رجَب شَهْرُ اللَّهِ وشَعْبَان شَهْرِي وَرَمَضَان شَهْرُ أُمَّتي

Artinya: "Rajab adalah bulan Allah, dan Syaban adalah bulanku, Ramadhan adalah bulan umatku."

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Di bulan Sya'ban ini, mari kita gapai kualitas dan kuantitas ibadah dengan mempersiapkan jasmani dan ruhani kita. Mari kita bersihkan diri kita dari dosa-dosa di masa lalu melalui istighfar "Astaghfirullah" serta mengungkapkan rasa syukur karena masih diberi umur panjang bisa bertemu bulan Sya'ban dengan ungkapan "Alhamdulillah", sekaligus mempersiapkan diri memasuki gerbang masa depan dengan ucapan "Bismillah". Mari kita sirami tanaman amal kita di bulan Sya'ban yang telah kita semai sebelumnya di bulan Rajab sehingga pada bulan Ramadhan nanti kita akan dapat memanennya dengan baik.

Semoga kita dapat meraih keutamaan-keutamaan di bulan Sya'ban yang dalam Kitab Duratun Nashihin diwakili oleh huruf-huruf yang ada dalam kata "Sya'ban" (شعبان). Pertama adalah ش (syin) berarti asy-syafa'ah wasy syarafah (pertolongan dan kemuliaan), kedua ع ('ain) berarti al-'izzah wal karamah (kemuliaan dan kehormatan), ketiga ب (ba') berarti al-birr (kebajikan), keempat ا (alif) berarti al-ulfah (kecondongan atau kasih sayang), dan kelima ن (nun) yang berarti an-nur (cahaya atau menerangi).

Semoga Allah senantiasa mengabulkan harapan-harapan kita dan kita bisa terus menjalankan misi utama kita di dunia yakni beribadah kepada Allah sekaligus mendapatkan pertolongan dan perlindungan-Nya. Amin

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْن

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلّٰهِ الْاَحَدِ الصَّمَدِ الَّذِيْ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِالْإِتِّحَادِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ دَعَانَا بِحُبِّ الْبِلَادِ. الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ الَّذِيْ أَرْسَلَ لِلْعَالَمِيْنَ اِلَى يَوْمِ الْمَعَادِ


أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللٰهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللٰهُ تَعَالَى اِنَّ اللٰهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللٰهِ اِنَّ اللٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللٰهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللٰهِ اَكْبَرُ

(Oleh: H Muhammad Faizin, Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung)

Demikianlah kumpulan khutbah Jumat bulan Syaban. Mari perbanyak amal di bulan Syakban untuk menyongsong Ramadan!




(mff/dhm)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads