- 10 Mitos Populer dari Kepulauan Riau 1. Mitos Pulau Penyengat 2. Mitos Batu Babi 3. Mitos Pulau Paku Tanjungpinang 4. Mitos Tok Hitam 5. Mitos Batu Duyung 6. Mitos Pulau Hang Tuah 7. Mitos Palasik (Kepala Terbang) 8. Mitos Penabuh 9. Mitos Makam Belanda Tanjunguban 10. Mitos Orang Bunian Tanjunguban
Dilansir dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, mitos bermakna cerita suatu bangsa mengenai dewa dan pahlawan pada zaman dulu, mengandung penafsiran tentang asal usul semesta alam, manusia, serta bangsa tersebut. Mitos mengandung arti mendalam yang diungkapkan dengan cara yang gaib.
Berdasarkan buku yang berjudul Folklore Melayu: Dalam Bentuk dan Keragamannya karya Drs. Suhardi, M.Pd., berikut 10 mitos yang populer di kalangan masyarakat Kepri:
10 Mitos Populer dari Kepulauan Riau
1. Mitos Pulau Penyengat
Pulau Penyengat merupakan pulau kecil yang indah dan kaya akan sejarah. Dikisahkan bahwa pulau ini menjadi mas kawin sang raja kepada permaisurinya. Seorang sastrawan besar Melayu, Raja Ali Haji yang juga penulis Gurindam Dua Belas menjadikan pulau ini sebagai tempat makannya.
Mitos yang berkembang di masyarakat dan diyakini kebenarannya adalah adanya larangan untuk muda-mudi yang pergi berduaan ke pulau ini, karena dapat menimbulkan terjadinya dua hal. Pertama adalah mereka dapat langsung menikah atau dapat putus secara tiba-tiba atau hubungan keduanya akan retak dalam waktu yang cepat.
Selain itu, terdapat makhluk gaib di pulau ini. Konon, makhluk gaib tersebut sering membuat jebakan agar seseorang menghilang atau disembunyikan oleh si makhluk gaib di pulau itu.
2. Mitos Batu Babi
Mitos ini terdapat di daerah Senggarang, Kota Tanjungpinang yang tepat berada di depan vihara besar di daerah itu. Batu babi ini jelas terlihat saat pasang dan surut air laut.
Menurut kepercayaan masyarakat setempat, dulunya banyak masyarakat yang memelihara babi di daerah ini. Namun, karena keterbatasan lahan dan sumber makanan, sedangkan jumlah babi semakin banyak, maka babi-babi ini ingin menyeberang ke Pulau Penyengat.
Pulau Penyengat memiliki rumput-rumput yang muda dan segar serta luas. Itulah yang membuat salah satu kelompok induk, bapak, dan anak-anak babi tersebut ingin menyeberang. Namun nahas, usaha kelompok babi itu tidak berhasil.
Mereka mencoba menyeberang kedua kalinya, namun tetap tidak berhasil. Untuk yang ketiga kali mereka hampir berhasil, namun tiba-tiba kawanan babi itu berubah menjadi batu.
Masyarakat setempat percaya bahwa Pulau Penyengat tidak menerima kehadiran babi. Itulah sebabnya sampai saat ini di Pulau Penyengat tidak terdapat babi. Selain itu, tanaman sayur di pulau itu bebas dari hama babi.
3. Mitos Pulau Paku Tanjungpinang
Mitos yang dipercayai masyarakat tentang pulau ini yaitu terdapat sebuah pohon yang ada di tengah Pulau Paku. Pohon ini berhubungan dengan kehidupan masyarakat. Jika pohon ini subur, maka kehidupan ekonomi masyarakat juga akan berkembang dengan baik, begitu juga sebaliknya.
Selain itu, terdapat mitos bahwa jika seorang perantau yang sudah sukses dan menetap lama di Kota Tanjungpinang kemudian ia ingin pulang ke tempat asalnya, maka ia harus melemparkan sedikit emas ke Pulau Paku. Ini dilakukan sebagai wujud ucapan terima kasih atas kehidupan baik yang diperolehnya selama berada di Kota Tanjungpinang.
4. Mitos Tok Hitam
Tok Hitam merupakan seorang sufi, yaitu orang yang menyebarkan dan mengembangkan agama Islam di daerah Sei Enam Bintan. Tok Hitam dikenal sebagai sosok yang ahli dalam mengobati penyakit. Oleh karena itu, ia sangat disegani.
Selain itu, Tok Hitam memiliki ucapan yang ampuh. Setiap ucapan yang terlontar dari mulutnya pasti selalu terjadi. Masyarakat memercayainya sebagai tokoh yang memiliki ilmu mumpuni.
Sampai saat ini, kepercayaan itu masih ada pada masyarakat sekitar. Mereka masih sering mengunjungi makam Tok Hitam untuk berdoa agar disembuhkan dari berbagai penyakit. Makam Tok Hitam tersebut berada di daerah Kijang dan dijaga oleh tokoh masyarakat bernama Mustafa Akbar.
5. Mitos Batu Duyung
Batu duyung adalah sebuah makam keramat yang dipercayai masyarakat setempat memiliki kekeramatan. Orang yang dimakamkan di sini dulunya adalah seorang ulama yang selalu mengajar anak-anak mengenai agama Islam.
Ulama ini memiliki jasa yang besar dalam menyebarkan ajaran Islam di daerah Kijang. Ia dimakamkan di suatu tempat dekat batu besar. Tak lama kemudian, batu itu berubah menyerupai duyung. Oleh karena itu, masyarakat menyebutnya dengan makam batu duyung.
6. Mitos Pulau Hang Tuah
Pulau Hang Tuah adalah pulau kecil yang berada di depan Pantai Kijang. Masyarakat setempat meyakini pulau ini sebagai tempat persinggahan Hang Tuah dengan bala tentaranya pada zaman dulu. Selain itu, Hang Tuah juga menjadikan pulau ini menjadi tempat persembunyiannya.
Tidak semua orang dapat melihat pulau ini, karena pulau ini hanya muncul di waktu-waktu tertentu dan orang-orang tertentu saja yang dapat melihatnya. Itulah yang melatarbelakangi penamaan pulau ini menjadi Pulau Hang Tuah.
7. Mitos Palasik (Kepala Terbang)
Palasik adalah seseorang yang dihinggapi ilmu buruk. Seseorang yang dihinggapi ilmu buruk ini sewaktu-waktu kepalanya akan terpisah dari badannya dan terbang mencari bayi yang baru lahir.
Setelah menemukan bayi yang dijadikan mangsa, ia akan menghisap darahnya sehingga bayi tersebut akan sakit dan diare, bahkan dapat menyebabkan kematian.
Bayi yang mengalami sakit dan diare hanya bisa disembuhkan oleh palasik itu sendiri. Ibu dari bayi itu harus mendatangi rumah palasik untuk meminta obat agar anaknya sembuh.
8. Mitos Penabuh
Penabuh merupakan orang yang suka memenggal kepala anak. Terutama anak-anak yang berada sendirian di rumah tanpa ditemani orangtua.
Kepala anak yang dipenggal ini akan diberikan kepada pekerja yang sedang membangun jembatan dan ditanam di beton pangkal dan ujung jembatan tersebut. Ritual ini dipercayai agar jembatan yang dibangun dapat tahan lama. Hal ini menimbulkan mitos baru yaitu di jembatan yang baru dibangun sering dijumpai adanya anak kecil yang hanya memiliki kepala.
9. Mitos Makam Belanda Tanjunguban
Terdapat makam tentara Hindia Belanda di daerah Tanjunguban yang bentuknya berbeda dengan makam masyarakat sekitar. Perbedaan mencolok terletak pada ukuran makam yang besar dan batu nisan yang tinggi.
Masyarakat sekitar yang tinggal di dekat makam sering mendengar adanya berbagai aktivitas di makam itu. Namun, tak tampak setelah dilihat. Masyarakat setempat melarang anak-anak mereka mendekati makam itu karena sangat angker.
10. Mitos Orang Bunian Tanjunguban
Masyarakat di daerah Bintan khususnya di Sei Lekop meyakini adanya orang bunian di wilayah itu. Orang bunian adalah orang halus yang sewaktu-waktu dapat menyerupai manusia dan hanya dapat dilihat oleh orang-orang tertentu saja, yaitu seseorang yang disukainya untuk dijadikan suami.
Masyarakat setempat mempercayai bahwa orang bunian tinggal di pedalaman hutan atau bukit. Mereka percaya orang bunian akan keluar hutan atau bukit biasanya menjelang waktu magrib. Oleh karena itu, anak-anak dilarang keluar saat magrib.
Kehidupan orang bunian sama dengan manusia yaitu memiliki keluarga dan anak-anak. Orang bunian hanya dapat dilihat saat mereka ingin menampakkan dirinya. Mereka akan menyerupai manusia jika ada seseorang yang mereka sukai untuk dijadikan suami.
Seseorang yang dicuri orang bunian akan mereka bawa ke kampung dan keluarga mereka. Orang yang telah dibawa orang bunian susah untuk kembali ke keluarganya karena sudah memiliki alam yang berbeda.
Orang yang telah dibawa oleh orang bunian dapat kembali lagi setelah keluarga orang bunian melepaskannya. Namun, kondisi fisik dan jiwa orang yang dikembalikan tersebut sudah tidak waras lagi.
Artikel ini ditulis oleh Aprilda Ariana Sianturi, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(dhm/dhm)