Kawasan Bukti Lawang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara terkenal akan wisata airnya. Hal itu pun digunakan warga setempat sebagai mata pencaharian.
Namun saat pandemi beberapa tahun lalu menjelanak, sektor wisata di seluruh dunia termasuk Bukti Lawang juga terkena dampak pandemi. Warga pun kebingungan dan akhirnya tidak mendapatkan penghasilan.
Kemudian beberapa anak muda di Bukti Lawang pun menginisiasi sebuah instansi yang berfokus pelestarian lingkungan yang mendatangkan pemasukan. Instansi itu bernama Sumatera Trash Bank.
Namun awalnya, mereka tidak tahu menahu langkah selanjutnya. Diceritakan mereka masih fokus membersihkan sampah.
"Sebelum berdirinya trash bank kita mengadakan yang namanya aksi bersih setiap satu minggu sekali di jalan-jalan juga. Kita minta izin sama perkebunan dan kita dikasih lahan untuk TPA. Sebab dulunya sampah ada di mana-mana. Di jalan, di sungai. Sebelumnya kita tak tahu mau jadi apa sampah itu nantinya," kata Manajer Sumatera Trash Bank, Imam Rauzi, saat berbicangan dengan detikSumut, Minggu, (8/10/2023).
Adanya Sumatera Trash Bank membuka peluang lain bagi warga setempat dengan memanfaatkan limbah sampah menjadi uang. Pasalnya, masyarakat akan menerima upah dari setiap sampah yang ditabung.
Cara menabungnya pun cukup unik. Sebab setiap warga nantinya diajarkan untuk membuat ecobrick, sebuah botol plastik yang dipadatkan sampah plastik yang telah dibersihkan.
Nantinya warga menyetorkan plastik untuk dicuci terlebih dahulu. Usai botol bersih dan kering, warga diminta mengisinya ke dalam botol plastik. Nantinya dari setiap botol yang terisi plastik dengan berat 7 ons akan dihargai Rp 5 ribu.
"Untuk masyarakat sendiri kita mengadakan yang namanya tadi untuk mengisi ecobrick. Jadi mereka itu nabung sampah kemari, kita cuci plastiknya, setelah kering kita kembalikan kepada mereka lagi," terangnya.
"Mereka masyarakat mengisi botol. Itu kita hargai dulunya sekitar Rp 5 ribu. Per botolnya harus ada berat 7 ons," lanjutnya.
Lemahnya Kecakapan Pilah Sampah
Meski telah berjalan selama tiga tahun, Imam mengakui masyarakat setempat masih belum cakap memilah sampah yang dapat ditabung di bank sampah. Dari penemuan sehari-hari, warga masih menyetor kondisi sampah yang bercampur jenisnya.
Kemudian Imam dan teman-teman si Sumatera Trash Bank pun mengakali dengan cara memberikan sambako bagi warga yang mampu menabung sampah dengan kondisi yang telah dipilah terlebih dahulu.
"Sampai saat ini ada beberapa kesulitan yang seperti masyarakat itu kurang memahami bagaimana memilah sampah dari rumah. Jadi sekarang ini ada masyarakat yang menyetor sampah masih bercampur jenisnya. Cara mengatasinya di sini kita adakan feedback. Kalau dia udah jadi nasabah kita kasih seperti sembako. Jadi ada daya tarik untuk memilah sampah dari rumah," bebernya.
Baca selengkapnya di halaman berikut...
Simak Video "Jaga Lingkungan, Pertamina Dukung Bank Sampah & Mangrove"
(afb/afb)