Sumatera Trash Bank, Ciptakan Barang Pakai-Bata Alternatif dari Limbah Sampah

Sumatera Trash Bank, Ciptakan Barang Pakai-Bata Alternatif dari Limbah Sampah

Raja Malo Sinaga - detikSumut
Minggu, 08 Okt 2023 13:00 WIB
Produk-produk olahan dari sampah yang dibuat Sumatera Trash Bank
Foto: Produk-produk olahan dari sampah yang dibuat Sumatera Trash Bank (Raja Malo/detikSumut)
Langkat -

Kawasan Bukti Lawang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara terkenal akan wisata airnya. Hal itu pun digunakan warga setempat sebagai mata pencaharian.

Namun saat pandemi beberapa tahun lalu menjelanak, sektor wisata di seluruh dunia termasuk Bukti Lawang juga terkena dampak pandemi. Warga pun kebingungan dan akhirnya tidak mendapatkan penghasilan.

Kemudian beberapa anak muda di Bukti Lawang pun menginisiasi sebuah instansi yang berfokus pelestarian lingkungan yang mendatangkan pemasukan. Instansi itu bernama Sumatera Trash Bank.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun awalnya, mereka tidak tahu menahu langkah selanjutnya. Diceritakan mereka masih fokus membersihkan sampah.

"Sebelum berdirinya trash bank kita mengadakan yang namanya aksi bersih setiap satu minggu sekali di jalan-jalan juga. Kita minta izin sama perkebunan dan kita dikasih lahan untuk TPA. Sebab dulunya sampah ada di mana-mana. Di jalan, di sungai. Sebelumnya kita tak tahu mau jadi apa sampah itu nantinya," kata Manajer Sumatera Trash Bank, Imam Rauzi, saat berbicangan dengan detikSumut, Minggu, (8/10/2023).

ADVERTISEMENT

Adanya Sumatera Trash Bank membuka peluang lain bagi warga setempat dengan memanfaatkan limbah sampah menjadi uang. Pasalnya, masyarakat akan menerima upah dari setiap sampah yang ditabung.

Cara menabungnya pun cukup unik. Sebab setiap warga nantinya diajarkan untuk membuat ecobrick, sebuah botol plastik yang dipadatkan sampah plastik yang telah dibersihkan.

Nantinya warga menyetorkan plastik untuk dicuci terlebih dahulu. Usai botol bersih dan kering, warga diminta mengisinya ke dalam botol plastik. Nantinya dari setiap botol yang terisi plastik dengan berat 7 ons akan dihargai Rp 5 ribu.

"Untuk masyarakat sendiri kita mengadakan yang namanya tadi untuk mengisi ecobrick. Jadi mereka itu nabung sampah kemari, kita cuci plastiknya, setelah kering kita kembalikan kepada mereka lagi," terangnya.

"Mereka masyarakat mengisi botol. Itu kita hargai dulunya sekitar Rp 5 ribu. Per botolnya harus ada berat 7 ons," lanjutnya.

Lemahnya Kecakapan Pilah Sampah

Meski telah berjalan selama tiga tahun, Imam mengakui masyarakat setempat masih belum cakap memilah sampah yang dapat ditabung di bank sampah. Dari penemuan sehari-hari, warga masih menyetor kondisi sampah yang bercampur jenisnya.

Kemudian Imam dan teman-teman si Sumatera Trash Bank pun mengakali dengan cara memberikan sambako bagi warga yang mampu menabung sampah dengan kondisi yang telah dipilah terlebih dahulu.

"Sampai saat ini ada beberapa kesulitan yang seperti masyarakat itu kurang memahami bagaimana memilah sampah dari rumah. Jadi sekarang ini ada masyarakat yang menyetor sampah masih bercampur jenisnya. Cara mengatasinya di sini kita adakan feedback. Kalau dia udah jadi nasabah kita kasih seperti sembako. Jadi ada daya tarik untuk memilah sampah dari rumah," bebernya.

Baca selengkapnya di halaman berikut...

Selain itu, mereka mengajari warga untuk mampu memilah sampah dengan melakukan sosialisasi. Imam mengaku sosialisasi ini berjalan lambat karena menggunakan sistem door to door.

Hal itu diakui Imam karena lebih sulit memberikan edukasi pemilahan sampah di komunitas masyarakat. Baginya lebih nyata hasil edukasi dengan mendatangi warga satu per satu.

Dia yakin dengan hal tersebut karena hingga saat ini telah 400 kartu keluarga yang menjadi nasabah Sumatera Trash Bank. Dan langkah itu efektif karena Sumatera Trash Bank mampu menampung lebih dari 25 ton sampah per tahunnya.

"Nasabah ada sekitar 400 kartu keluarga sekarang. Kita mengadakan sosialisasi di perkumpulan masyarakat itu sangat sulit. Bagusan kita door to door, rumah ke rumah. Walaupun dalam sehari itu dapat 10-15 rumah," jelasnya.

"Dalam per tahun plastik aja ya, sekitar 24-25 ton. Hanya dari sampah keluarga," sambungnya.

Olah Sampah Jadi Barang Pakai

Keberadaan Sumatera Trash Bank ini menjadi unik pasalnya mengelola sampah menjadi barang pakai. Produk yang mereka ciptakan beragam seperti ecobrick.

Imam mengaku, pemanfaatan ecobrick ini untuk pengganti bata dinding bangunan. Sampah plastik yang dipadatkan di dalam botol plastik bisa menjadi cara yang ampuh mengurangi limbah plastik.

Selain itu, Sumatera Trash Bank mengolah sampah menjadi barang pakai lainnya. Barangnya bermacam rupa, seperti pot bunga, gantungan kunci, carabiner, dan sebagainya. Produk itu diciptakan melalui sampah tutup botol.

Imam menjelaskan tutup botol dikumpulkan terlebih dahulu. Lalu tutup botol dipisahkan seusai warna. Usai dipilah, tutup botol pun dicacah menggunakan mesin.

"Tapi kalau yang tutup-tutup botol tadi nggak perlu dicuci. Kita cacah langsung," ungkapnya.

Kemudian tutup botol-botol itu dimasukkan ke sebuah alat mesin berbentuk tabung. Di dalam mesin itu, tutup botol akan dipanaskan hingga meleleh.

Tutup botol itu pun dicetak menggunakan alat cetakan yang diletakkan di bawah tabung. Pemindahan tutup botol yang telah lelah itu menggunakan melalui pemutaran dari sebuah roda besi.

"Itu ada sekitar 7 menit dibakar sampahnya. Baru bisa dicetak," terangnya.

Selanjutnya, hasil barang jadi itu pun dikeluarkan dari cetakan. Barang-barang jadi itu pun kemudian dijual dari kisaran harga Rp 5-30 ribu.

"Kita nggak tentu. Terkadang bisa sampai Rp 4-5 juta perbulan. Harganya-harganya Rp 5-30 ribu," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Jaga Lingkungan, Pertamina Dukung Bank Sampah & Mangrove"
[Gambas:Video 20detik]
(afb/afb)


Hide Ads