Sumut in History

Nostalgia Gulungan Kenangan Lewat Kaset Pita

Kartika Sari - detikSumut
Minggu, 08 Okt 2023 07:00 WIB
Tape jadul untuk memutar kaset pita. (Kartika Sari/detikSumut)
Medan -

Lantunan merdu suara Michael Jackson terdengar di ruangan Indra Rio Panjaitan, kolektor kaset pita di Medan. Musik itu diputar menggunakan radio tape jadul keluaran tahun 80'an.

Sesekali, Indra tampak menyetel manual tape tersebut untuk mendapatkan suara yang nyaman di telinga. Hasil suara tape ini punya ciri khas dibanding saat mendengar melalui CD ataupun digital streaming modern.

Indra bercerita bahwa setiap mendengarkan musik dari kaset pita, memori lama langsung keluar secara otomatis. Ia bercerita, ada lagu yang selalu ia dengarkan bersama keluarganya setiap pagi menggunakan radio tape.

"Kami pasti setiap pagi dengar lagu Rohani. Apalagi tiap tengah lima untuk menemani mamak menyapu, pasti lagu punya Nikita, itu penyanyi lagu rohani yang tiap pagi diputar mamak," cerita Indra kepada detikSumut, kemarin.

Musik tape dari kaset pita, bagi Indra, punya tempat spesial saat ia dengarkan. Saat mendengar kaset pita, ia mendapatkan banyak pengetahuan, seperti sejarah dari musik tersebut.

"Enaknya di kaset tape, misalnya ada album terkenal dulu seperti Jamrud, padahal untuk lagu Selamat Ulang Tahun yang viral itu di Side A, paling terakhir. Jadi dari awal kita dengar semua untuk bisa mendapatkan itu. Bisa diputar cepat, tapi kita kan sayang sama karetnya itu. Makanya orang dulu, kalau kita bilang lagu Selamat Ulang Tahun nih, tapi dia tahu semua isi album itu," kata Indra.

"Handphone kan belum canggih dulu, jadi sambil dengar, lihat booklet covernya dan baca-bacalah. Mau tak mau, pengetahuan pasti ada masuk, itu aku sukanya," lanjutnya.

Kumpulan kaset pita. (Kartika Sari/detikSumut)

Pria kelahiran 1987 ini bercerita bahwa dirinya sudah mulai menggemari musik pita sejak duduk di bangku SMP. Ia pun mengenang masa dirinya harus rela berhemat untuk menabung agar dapat membeli kaset pita yang ia idamkan.

"Kalau uang jajannya Rp 3.500, kita nabung dulu dua bulan baru bisa terbeli kasetnya. Nah, kalau mau tahu info musik luar kita tahunya itu kalau tidak V Channel atau MTV. Aku suka Cher, Guns n Roses, Metalica, Megadeth, Nirvana, rata-rata rock lah. Zaman itu kita beli untuk kebutuhan karena dulu kita tidak bisa sesuka kita dengar lagu kalau tidak punya. Radio kan lihat jam, baru MTV ampuh kan kita lihat dulu playlistnya. Makanya kita beli biar kapanpun bisa kita dengar," ujarnya.

Kaset pita dulu punya era emas yang menjadikannya sebagai momen ajang pamer di tongkrongan. Terlebih, kaset pita tersebut merupakan album keluaran terbaru ataupun susah didapat.

"Nah, dulu itu punya kaset pita terbaru jadi ajang pamer, itu zaman SMP dan SMA. Kalau aku dulu pasti album terbaru dari satu band, misalnya Zamrud, Ningrat. Terus album konser juga dulu susah, misalnya dari Nirvana yang New York Unplagged, konser terakhir mereka. Itu udah mahal susah pula dapatnya karena kan kita tinggal di Tarutung. Ya terpaksalah beli itu nitip sama yang bapaknya kaya terus main ke Medan atau ikut anaknya yang liburan ke Medan," kata Indra.

"Kalau remaja sekarang kan beda, kalau dulu kita cuma Jumat, Sabtu, Minggu saja yang bisa keluar. Jadi pas momen itu kita sering bawa kaset terus dengar di rumah kawan. Dari 10 pria, pasti ada satu orang yang bawa kaset, nanti diputarkan di kedai. Terus kalau ada kawan kita yang baru beli kaset baru, kita pasti baik kali sama dia, terus bilang kapan kita ke rumahmu?," lanjutnya.

Tumbuh besar mendengarkan musik kaset pita, Indra pun mulai serius mengoleksi ini sejak tahun 2010. Hingga saat ini, ia punya koleksi sekitar 1.700-an kaset pita original yang ia dapatkan rata-rata dari luar Kota Medan, seperti Jawa dan Bali. Ia menyebutkan harga di luar Medan jauh lebih terjangkau dengan perbedaan harga hingga ratusan ribu Rupiah.

Indra kemudian mengajak tim detikSumut untuk melihat koleksinya yang terpajang di rak besi miliknya. Beberapa koleksi diantaranya seperti Pink Floyd, The Beatles, Caesar, UFO, Nirvana, Metalica, dan musisi maupun band Indonesia lainnya.

Indra bercerita beberapa koleksi miliknya yang langka sempat ditawar oleh orang lain. Namun, karena barang tersebut sudah didapat, ia pun memilih untuk tidak menjualnya.

"Siapa yang tahu band Camel, Skadele, aku punya satu. Ada beberapa yang menawar tapi nggak aku kasih, karena langkanya ini lebih parah dari Pink Floyd karena peredarannya. Camel aku punya ditawar Rp 1,7 juta," tutur Indra.

Bertahan Demi Penikmatnya. Baca Halaman Berikutnya...



Simak Video "Lontong Medan Alay: Warisan Rasa di Jakarta Barat"

(astj/astj)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork